Pengadaan surat kabar bagi anggota dewan sebagai pembuat kebijakan publik pada Perpustakaan DPR RI

(1)

PADA PERPUSTAKAAN DPR RI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

Fandini Nurul Fauziah

1110025000037

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/ 1435 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Kebijakan Publik Pada Perpustakaan DPR RI: Skripsi, Fandini Nurul Fauziah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, 103 hal.

Penelitian ini membahas tentang pengadaan surat kabar bagi anggota dewan. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pengadaan surat kabar bagi anggota DPR RI dan mengetahui efektifitas penggunaan surat kabar oleh anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan. Metode penelitian yang digunakan berjenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan kajian kepustakaan. Informan dalam penelitian ini adalah staf bidang Perpustakaan DPR RI, dua pustakawan fungsional dan anggota DRP RI perkomisi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Perpustakaan DPR RI sudah melalukan pengadaan surat kabar bagi anggota dewan dan penggunaan surat kabar sudah efektif digunakan oleh anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan publik. Saran yang diberikan penulis untuk Perpustakaan DPR RI perlu pemikiran untuk berlangganan surat kabar secara online agar lebih praktis dan memfasilitasi klipping surat kabar masing-masing komisi sesuai tema.


(6)

ii Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan Sebagai Pembuat Kebijakan Publik pada Perpustakaan DPR RI” ini dengan baik. Topik skripsi ini penulis pilih atas pertimbangan pentingnya peran dan fungsi kebijakan pengadaan surat kabar dalam mencapai visi dan misi Perpustakaan DPR RI. Shalawat dan salam ditunjukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dengan selesainya skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang membantu, membimbing dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. Dengan penuh rasa hormat maka penulis ingin menyampakan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Kedua orang tuaku ayah Drs. Abdul Kohar dan mamah Nurlailah yang selalu memberi motivasi, memberi nasehat, mendoakan. Tanpa mereka penulis tidak akan bisa seperti ini.

2. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Pungki Purnomo M.LIS, selaku ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Bapak Mukmin Suprayogi MSI, selaku sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan.


(7)

iii membimbing penulis.

5. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Ibu Tenny Rosanti, Sos. M,si., ibu Qatriatna Widiasti, S.Hum., ibu Rini Widyastuti dan segenap staf Perpustakaan DPR RI, Setjen DPR RI yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Perpustakaan DPR RI dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Anggota DPR RI periode 2009-2014 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi mengenai penggunaan surat kabar. 8. Kakek H. Kosim Abdul Mukti dan Nenek Hj. Julaeha, ema Icih yang

selalu mendoakan penulis dan memberi masukan-masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar paman H. Abdullah Al-Hadad, keluarga besar bibi Hj. Dewi Komariah, yang selalu memotifasi, membiayai dan memberikan tambahan uang jajan sehingga penulis semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabatku Novia Yulianingsih, Aaf Iffatunnafsi yang selalu memberi semangat dan membantu mencari referensi.


(8)

iv Perpustakaan.

Penulis percaya tidak ada kebaikan yang sia-sia. Semoga Allah SWT. Membalas semua kebaikan kalian semua di dunia maupun di akhirat dan melimpahkan kasih sayangnya, amin.

Semoga karya sederhana ini dapat berguna bagi peneliti maupun pembaca pada umumnya.

Jakarta, 17 Juli 2014


(9)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metode Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Khusus 1. Pengertian Perpustakaan Khusus ... 14

2. Tugas Perpustakaan Khusus ... 16

3. Ciri Perpustakaan Khusus ... 17

4. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Khusus ... 18

5. Koleksi Perpustakaan Khusus ... 19

6. Jenis Koleksi Perpustakaan Khusus ... 20

B. Kebijakan 1. Pengertian Kebijakan Pengembangan Koleksi ... 21

2. Fungsi kebijakan pengembangan koleksi ... 26

3. Pengertian Kebijakan Publik ... 27


(10)

vi

3. Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka ... 34

4. Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka ... 34

D. Surat Kabar 1. Tentang Surat Kabar ... 35

2. Pengertian Surat Kabar ... 36

3. Ciri-Ciri Surat Kabar ... 37

4. Sifat Surat Kabar ... 39

5. Fungsi Surat Kabar ... 40

6. Kelebihan dan Kelemahan Surat Kabar ... 43

7. Kategori Surat Kabar ... 44

E. Efektifitas 1. Pengertian Efektif ... 45

2. Pengertian Efektifitas ... 45

F. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 1. Pengertian Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ... 46

2. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat ... 47

3. Tugas dan Wewenang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ... 47

BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DPR RI A. Sejarah Perpustakaan DPR RI ... 50

B. Visi, Misi, Tujuan, Motto, Dasar Hukum Perpustakaan DPR RI ... 51

C. Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI ... 53

D. SDM Perpustakaan DPR RI ... 54

E. Profil Pengguna Perpustakaan DPR RI ... 56


(11)

vii BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Metode Pengambilan Data ... 62 B. Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan ... 65 1. Teknis Pembelian Surat Kabar ... 67 2. Cara Penyebaran Surat Kabar Kepada Anggota

Dewan ... 68 C. Akibat Tidak Mempunyai Kebijakan Tertulis ... 70 D. Efektifitas Penggunaan Surat Kabar bagi Anggota Dewan

Sebagai Salah Satu Pembuat Kebijakan Publik ... 71 1. Proses Membuat Kebijakan Publik ... 72 2. Hasil Kebijakan, Rancangan Undang-Undang dan

Undang-Undang ... 79 E. Kendala yang dihadapi dalam Pengadaan Surat Kabar

Bagi Anggota Dewan ... 99

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

Tabel 1 SDM Berdasarkan Jumlah Pendidikan ... 54 Tabel 2 SDM Berdasarkan Formasi Jabatan ... 55 Table 3 Jumlah Koleksi Berdasarkan Ragam Koleksi

Perpustakaan DPR RI ... 58 Tabel 4 Hasil Kebijakan dan Undang-Undang ... 97


(13)

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini sangat dinantikan oleh masyarakat dalam menelusur informasi. Para pengelola dan pengguna informasi bersaing untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat, salah satu tempat untuk memenuhi kebutuhan informasi adalah perpustakaan. Perpustakaan merupakan pusat informasi dengan sumber ilmu pengetahuan dan didukung dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin maju. Informasi hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan informasi, begitu pula dengan instansi, salah satu bentuk dan pengelolaannya adalah perpustakaan.

Perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara terus menerus oleh pemakainya sebagai sumber informasi. Banyak dari media massa yang berfungsi dalam penyampain informasi kepada masyarakat, salah satunya adalah surat kabar.

Perpustakaan di sebuah instansi merupakan tempat kumpulan ilmu pengetahuan yang disediakan instansi untuk menambah dan meningkatkan keahlian para pegawai instansi tersebut, perpustakaan merupakan elemen yang sangat penting dalam sebuah organisasi dan instansi, karena


(15)

perpustakaan instansi berfungsi sebagai penunjang segala kegiatan yang dilakukan para pegawai untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan maupun keahlian mereka dengan membaca koleksi yang ada di perpustakaan itu sendiri. Keberadaan perpustakaan khusus biasanya menyesuaikan fungsi, dan tugasnya sesuai dengan visi, misi lembaga yang menaunginya. Salah satu perpustakaan khusus yaitu Perpustakaan DPR RI.

Perpustakaan DPR RI melakukan kegiatan pengembangan koleksi seperti kegiatan pengadaan, seleksi bahan pustaka, penyiangan dll. Dalam pengembangan koleksi mencakup masalah perumusan kebijakan dalam memilih dan menentukan bahan pustaka mana yang akan diadakan serta metode-metode apa yang akan diterapkan, oleh karena itu untuk mendapatkan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna atau pun yang sesuai dengan tujuan didirikannya sebuah perpustakaan maka diperlukan suatu kebijakan pengembangan koleksi yang merupakan alat perencanaan dan sarana untuk mengkomunikasikan tujuan, kebijakan pengembangan koleksi, serta bertujuan untuk dijadikan sebagai pedoman atau panduan perpustakaan dalam melakukan kegiatan pengembangan koleksinya.

Dalam kebijakan pengembangan koleksi salah satunya melakukan pengadaan bahan pustaka, salah satu bahan pustaka yang ada di perpustakaan yaitu surat kabar yang merupakan salah satu media cetak penyedia informasi yang berisikan artikel-artikel yang memuat tulisan tentang peristiwa atau berita penting terhangat seputar kehidupan manusia. Topik umum yang sering ditampilkan dalam surat kabar adalah politik, kriminalitas, bisnis, seni, sosial,


(16)

dan olah raga. Media cetak yang berupa surat kabar mempunyai kelebihan dalam penyampain informasinya kepada masyarakat, yakni harganya yang relatif murah, beritanya menyeluruh, jangkauannya luas mencakup masyarakat di berbagai tempat dalam waktu yang bersamaan dan mudah dibawa.

DPR RI merupakan salah satu lembaga legislatif di Indonesia yang memiliki fungsi penting yaitu menentukan kebijakan (policy) seperti kebijakan publik, maksudnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah/negara yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat, seperti kebijakan ekonomi, transportasi, komunikasi, pertahanan keamanan (militer), serta fasilitas-fasilitas umum lainnya (air bersih, listrik) dan membuat undang-undang. Dalam melakukan tugas dan fungsinya tersebut, DPR membutuhkan tersedianya informasi yang cepat dan akurat.1

Menyadari akan pentingnya kebutuhan informasi tersebut, maka lembaga ini membentuk Perpustakaan DPR RI sebagai sumber informasi dengan demikian pemustaka dapat memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan DPR RI khususnya koleksi surat kabar.

Salah satu kegiatan dalam perpustakaan yaitu pengadaan bahan pustaka. Pengadaan bahan pustaka di Perpustakaan DPR RI lebih mengutamakan surat kabar dari pada koleksi lainnya seperti buku, ensiklopedi yang berhubungan dengan instansi tersebut. Surat kabar

1


(17)

senantiasa membantu meningkatkan kesadaran mengenai hak-hak manusia, hak-hak rakyat dan membantu mendorong kemampuan mereka untuk berusaha serta berjuang demi mendapatkan haknya sebagaai rakyat bangsa Indonesia, maka dari itu perpustakaan membutuhkan suatu kebijakan pengadaan surat kabar yamg dibutuhkan oleh anggota dewan sebagai salah satu sumber pembuat kebijakan perlu pembinaan dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah dikoordinasikan berdasarkan tujuan, rencana dan anggaran yang tersedia. Peran pustakawan dalam menentukan kebijakan pengadaan surat kabar terlebih dahulu dengan cara mengenali siapa pemakai yang dilayani serta analisis koleksi dan evaluasi apakah kebijakan yang telah dilakukan telah sesuai dilakukan telah sesuai dengan tujuan.

Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk mengambil objek Perpustakaan DPR RI. Peneliti mengambil tempat tersebut karena, Perpustakaan DPR RI merupakan salah satu perpustakaan khusus instansi pemerintah yang sebagian besar koleksinya mengutamakan pada surat kabar .

Dari kenyataan yang diperoleh dilapangan, penulis menemukan beberapa fenomena di Perpustakaan DPR RI yaitu seperti koleksi yang ada di Perpustakaan DPR RI lebih banyak membeli surat kabar yang mudah didapatkan dibagikan kepada seluruh anggota dewan setiap harinya dari pada koleksi lainnya seperti: buku, ensiklopedi, buku referensi yang disimpan di Perpustakaan DPR RI,

Dari hal-hal tersebut, perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui kebijakan pengadaan surat kabar yang setiap hari dilanggan oleh


(18)

perpustakaan dan dibagikan untuk semua anggota dewan sebagai pemenuhan informasi dan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan. Sehingga kebijakan untuk pengadaan surat kabar tersebut dapat digunakan dengan tepat dan berguna bagi pembacanya.

Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka penulis tertarik mengambil judul skripsi: PENGADAAN SURAT KABAR BAGI ANGGOTA DEWAN SEBAGAI PEMBUAT KEBIJAKAN PUBLIK PADA PERPUSTAKAAN DPR RI.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang luas terhadap masalah yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan yang jelas dan sesuai dengan topik yang ingin diteliti yaitu sebagai berikut:

a. Pengadaan surat kabar bagi anggota DPR.

b. Keefektifan pemanfaatan surat kabar oleh anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah yang menjadi fokus penelitian ke dalam beberapa pertanyaan, sebagai berikut:

a. Bagaimana pengadaan surat kabar bagi anggota dewan dan apa kebijakan yang terkait dengan pengadaan surat kabar tersebut ?


(19)

b. Efektif atau tidak surat kabar yang diberikan perpustakaan kepada anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan publik ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yaitu:

a. Mengetahui kebijakan perpustakaan DPR RI terhadap pengadaan surat kabar bagi anggota DPR RI.

b. Mengetahui efektifitas penggunaan surat kabar oleh anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang artinya metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional dan akurat. Yakni penelitian yang betujuan untuk memberikan gambaran atau menjelaskan sesuatu hal apa adanya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang artinya prosedur penelitian yang menghasilkan data


(20)

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.2 Metode penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral.3 Penelitian kualitatif digunakan untuk memeperoleh informasi kebijakan pengadaan surat kabar dari beberapa nforman yang dianggap kompeten dalam memberikan infomasi

2. Sumber Data a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung,tanpa perantara atau langsung dari sumbernya.4 Data ini diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu dengan wawancara para pustakawan yang bekerja di bagian pengadaan surat kabar dan kebijakan tertulis perpustakaan mengenai pengadaan surat kabar serta melakukan observasi dengan melakukan penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya.5 Data ini bersumber dari kepustakaan, yang terdiri dari dokumen kebijakan pengadaan surat kabar, laporan, karyatulis, literatur, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah kebijakan pengadaan surat kabar.

2

Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.3.

3

J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulanya (Jakarta: Grasindo, 2001), h.7.

4

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h.86

5


(21)

c. Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.6 Informan yang digunakan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan topik yang diteliti dan yang paling memahami objek penelitian. Penulis memperoleh data yang ingin dibuat dalam bentuk laporan proposal penelitian ini dengan mewawancarai langsung pustawakan di Perpustakaan DPR RI

Informan tersebut dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Pustakawan dan staf yang memahami tentang koleksi perpustakaan

DPR RI khususnya mengenai pengadaan surat kabar

2. Pemustaka (anggota dewan perkomisi) yang setiap hari membaca surat kabar yang diberikan Perpustakaan DPR RI.

Berdasarkan kriteria tersebut, informan yang dipilih penulis yaitu:

1. Pustakawan bagian pengadaan dan staf bagian pembelian surat kabar yang bekerja di Perpustakaan DPR RI.

2. Ketua atau salah satu anggota dewan dari masing-masing komisi yang setiap hari membaca surat kabar yang diberi oleh Perpustakaan DPR RI.

6


(22)

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang adapada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu penelitian maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. 7

Teknik yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive yang artinya teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli dalam makanan.8 Dalam penelitian ini akan melakukan penelitian tentang efektifitas penggunaan surat kabar bagi anggota dewan, maka sampel sumbernya adalah ketua perkomisi DPR RI sebagai orang yang membaca surat kabar yang diberikan Perpustakaan DPR RI.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan diperoleh observasi,

7

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 80-81.

8 Ibid. 85


(23)

dan wawancara. Untuk data sekunder diperoleh dari penelusuran data dan informasi dari dokumen atau catatan yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian.

Alat bantu teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9 Melakukan wawancara secara mendalam berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari responden atau informan, agar informasi yang detail diperoleh, peneliti hendaknya mengetahui, menguasai sebelumnya tentang topik penelitiannya.10 Wawancara juga metode penelitian yang datanya dikumpulkan melalui wawancara dengan responden yang kadang kala disebut key informan. Peneliti memperoleh informasi secara mendalam mengenai kebijakan pengadaansurat kabar bagi anggota dewan untuk pemenuhan informasi sebagai pembuat kebijakan dan elemen yang lain yang terlibat dalam permasalahan di atas.

b. Observasi

9

Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 135.

10

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif:Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian (Malang: UMM, 2005), h. 72


(24)

Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan lansung terhadap objek penelitian.11 Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan aktifitas-aktifitas yang tengah berlangsung.Kemudian hasil observasi tersebut dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi deskripsi hal-hal yang diamati secara lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu.

c. Kajian Kepustakaan

Kajian kepustakaan merupakan penelitian yang datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel, laporan dan sebagainya) dan menganalisa dokumen kebijakan. 5. Teknik Analisa Data

Menganalisis data berarti menguraikan data atau menjelaskan data. Sehingga berdasarkan data itu dapat ditarik pengertian-pengertian dan kesimpulan. Tujuannya yaitu menyimpulkan pesan dari data tersebut menjadi sebuah informasi yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan.

Data akan dianalisis melalui tiga tahapan yaitu: a. Reduksi Data

Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara, dan kajian pustaka dicatat dengan rinci, mengelompokkan atau

11

Prasetya Irawan, logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN Press, 1999), h.63.


(25)

memilah-milah dan memfokuskan pada hal penting. Dengan demikian data yang dapat memberikan gambaran yang jelas.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks bersifat naratif.

c. Penarikan Kesimpulan

Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif penulis buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

E. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan penelitian ini terbagi kedalam 5 (lima) bab yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, di kemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan pemanfaatan penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Pada bab ini, penulis memberikan pengertian pengertian perpustakaan khusus, fungsi tujuan perpustakaan khusus, ciri-ciri perpustakaan khusus, koleksi perpustakaan khusus, jenis koleksi perpustakaan khusus, kebijakan, pengadaan bahan pustaka, pengertian surat kabar, jenis surat kabar, kekuatan


(26)

surat kabar, kelemahan surat kabar, karakteristik surat kabar penggunaan surat kabar, pengertian efektif dan pengertian anggota dewan.

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini, berisi tentang sejarah singkat berdirinya perpustakaan DPR RI, VISI, MISI, tugasdan dasar hukum perpustakaan DPR RI, struktur organisasi, SDM Perpustakaan DPR RI, anggaran, serta koleksi perpustakaan DPR RI.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti membahas dan menganalisa hasil penelitian tentang kebijakan pengadaan surat kabar bagi anggota di Perpustakaan DPR RI.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini, mengemukakan kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan memberikan saran-saran yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.


(27)

14 BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Khusus

1. Pengertian Perpustakaan Khusus

Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, perpustakaan yaitu institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diperuntukan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah atau organisasi lain.12

Perpustakaan khusus menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah sebuah institusi atau unit kerja pengelola karya tulis, karya cetak, dan karya rekam yang dikelola secara profesional berdasarkan sistem yang baku untuk mendukung kelancaran atau keberhasilan pencapaian visi, misi dan tujuan instansi induk yang menaunginya.13

Perpustakaan khusus sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga khusus diluar lembaga perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi. Lembaga yang

12

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.

13

Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009).


(28)

dimaksud berupa lembaga industri, lembaga perkantoran, lembaga-lembaga penelitian dan lain sebagainya, tujuan penyelenggaraannya bukanlah diarahkan untuk konsumsi umum, tetapi hanya diperuntukan bagi para karyawan lembaga yang bersangkutan.14

Perpustakaan khusus berada di bawah suatu biro, di bawah suatu bagian atau bahkan di bawah bidang pemasaran. Karena itu sebuah perpustakaan khusus dapat bersifat nasional dengan dipimpin oleh pejabat eselon dua, atau dapat pula dipimpin oleh eselon lima, karena letak dan struktur perpustakaan di dalam suatu organisasi dapat bervariasi.15

Perpustakaan khusus dapat merupakan perpustakaan sebuah departemen, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri, meupun perusahaan swasta.16

Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang menekankan koleksinya pada suatu bidang khusus dan bidang-bidang lain yang berhubungan.17

Perpustakaan khusus dapat dikatakan merupakan kebalikan dari perpustakaan umum. Perpustakaan tersebut memiliki kekhususan-kekhususan tertentu yang berbeda dengan perpustakaan lainnya.18

14

Karmidi Kartoatmojo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 1.5.

15

Karmidi Kartoatmojo, Manajemen Perpustakaan Khusus, h. 2.3

16

Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 49.

17

M. Dagun Save,“Perpustakaan Khusus”, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebuayaan Nusantara, 1997, Cet.1), h.840.

18


(29)

Perpustakaan sering disebut juga perpustakaan kedinasan, karena keberadaanya pada lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga swasta. Perpustakaan tersebut diadakan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang berkaitan, baik langsung maupun tidak dengan lembaga induknya dengan adanya perpustakaan tersebut maka kebutuhan informasi dan bahan rujukan dapat dengan mudah diperoleh.19

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga (pemerintah atau swasta) atau perpustakaan, asosiasi yang menangani dan mempunyai misi pada bidang tertentu dengan tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan pemakai dilingkungannya baik dalam hal pengolahan maupun pelayanan informasi.

2. Tugas Perpustakaan Khusus

Tugas perpustakaan khusus instansi pemerintah adalah:

a) Menunjang terselenggaranya pelaksanaan tugas lembaga induknya dalam bentuk penyediaan materi perpustakaan dan akses informasi b) Mengumpulkan terbitan dari dan tentang lembaga induknya c) Memberikan jasa perpustakaan dan informasi

d) Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi untuK menunjang tugas perpustakaan

19

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Anggota IKAPI, cet.1, 2006), h. 50.


(30)

e) Meningkatkan literasi informasi.20

3. Ciri Perpustakaan Khusus

Adapun ciri utama sebuah perpustakaan khusus ialah:

a. Memiliki buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu saja. Misalnya perpustakaan yang membatasi pada satu subjek (contoh pertanian kering), subjek yang luas (biologi dan pertanian), maupun berorientasi ke misi (misalnya pengangkutan).

b. Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang ditentukan oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk tempat perpustakaan yang tersebut.

c. Peran utama perpustakaan ialah melakukan penelitian kepustakaan untuk anggota. Dalam melakukan penelitian untuk anggota, sering dipersoalkan seberapa jauh pustakawan harus melakukan penelitian. Ada yang berpendapat pustakawan hanya melakukan penelusuran literatur, ada pula yang berpendapat pustakawan terbatas pada pemberian petunjuk umum mengenai penggunaan saran bibliografi artinya sarana grafis maupun elektronik untuk menelusur permintaan anggota perpustakaan.

d. Tekanan koleksi bukan pada buku (dalam arti sempit) melainkan pada majalah, pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak, atau index karena

20

Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009).


(31)

jenis tersebut umumnya informasinya lebih mutakhir dibandingkan buku.

e. Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota perorangan. Karena itu perpustakaan khusus menyediakan jasa yang sangat berorientasi ke pemakainya dibandingkan dengan jenis perpustakaan lain. Jasa yang diselenggarakan misalnya pemencaran inormasi terpilih atau pengiriman fotokopi artikel sesuai dengan minat pemakai. 21

4. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Khusus

Perpustakaan khusus berfungsi sebagai tempat penelitian, pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.22 Fungsi perpustakaan khusus instansi pemerintah adalah:

a) Mengembangkan koleksi yang menunjang kinerja lembaga induknya b) Menyimpan semua terbitan dari dan tentang lembaga induknya c) Menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya

d) Menjadi pusat referal dalam bidang yang sesuai dengan lembaga induknya

e) Mengorganisasi materi perpustakaan f) Mendayagunakan koleksi

21

Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 49.

22

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 39.


(32)

g) Menerbitkan literatur sekunder dan tersier dalam bidang lembaga induknya, baik cetak maupun elektronik

h) Menyelenggarakan pendidikan pengguna

i) Menyelenggarakan kegiatan literasi informasi untuk pengembangan kompetensi SDM lembaga induknya

j) Melestarikan materi perpustakaan, baik preventif maupun kuratif k) Ikut serta dalam kerjasama perpustakaan serta jaringan informasi l) Menyelenggarakan otomasi perpustakaan

m) Melaksanakan digitalisasi materi perpustakaan n) Menyajikan layanan koleksi digital.

o) Menyediakan akses informasi pada tingkat lokal, nasional, regional dan global.23

5. Koleksi Perpustakaan Khusus

Koleksi diartikan sebagai kumpulan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan.24 Koleksi perpustakaan khusus difokuskan pada koleksi mutakhir dalam subyek yang menjadi tujuan perpustakaan tersebut atau untuk mendukung kegiatan badan induknya. Koleksi perpustakaan khusus adalah tidak dilihat pada banyaknya jumlah bahan pustaka atau jenis terbitan lainnya melainkan ditekankan pada kualitas koleksinya, agar

23

Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009).

24


(33)

dapat mendukung jasa penyebaran informasi mutakhir serta penelusuran informasi.25

Menurut buku petunjuk yang dikeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai perpustakaan khusus instansi pemerintah, perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki koleksi dasar yang menjadi pehatian untuk lebih dikembangkan dibanding dengan koleksi yang lainnya. Koleksi dasar tersebut adalah:

a. Perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki koleksi sekurang-kurangnya 1.000 judul dalam bidang ke khususannya. b. Sekurang-kurangnya 80% koleksinya teridri dari subjek atau disiplin ilmu tertentu sesuaidengan kebutuhan instansi induknya.

c. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan tentang instansi induknya.

d. Perpustakaan melanggan minimal 10 judul majalah yang berkaitan dengan kekhususan instansi induknya.26

6. Jenis Koleksi Perpustakaan Khusus

Jenis kleksi perpustakaan khusus menurut wujud fisik dibedakan sebagai berikut:

a) Buku teks biasa

25 Surachman Arif, “Pengelolaan Perpustakaan Khusus,”

diakses pada hari Minggu, 8 November 2013 dari http://arifs.staf.ugm.ac.id.

26

Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009, 2009).


(34)

b) Buku rujukan atai referensi (seperti hand book, ensiklopedi, direktori, kamus, peta dan statistik)

c) Literatur sekunder (seperti bibliografi khusus, indeks dan abstrak) d) Bukan buku (majalah, surat kabar, mikrofilm/fiche, audio visual

dan CD-ROM

e) Dokumen lain seperti standar paten, pamflet, brosur, kliping dll.27 Jenis koleksi perpustakaan khusus instansi pemerintah sekurang-kurangnya meliputi :

a) Buku yang terkait di bidangnya; b) Serial

c) Koleksi referensi

d) Laporan.28

B. Kebijakan

Dalam hal ini perpustakaan memiliki dua pengertian kebijakan yaitu: kebijakan pengembangan koleksi dan kebijakan publik.

1. Pengertian Kebijakan pengembangan koleksi a. Kebijakan

Kebijakan biasanya berasal dari sebuah keputusan awal dan menjadi pernyataan atau pengertian umum yang menjadi saluran berfikir dalam bertindak, terutama dalam kegiatan sehari-hari,

27

Karmidi Martoatmojo, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus h. 17-18

28

Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009).


(35)

dengan maksud untuk menciptakan keseragaman dalam mengelola sebuah organisasi. Meskipun biasanya kebijakan dibuat untuk maksud yang baik, tapi pada intinya adalah membatasi. Ini karena kebijakan menentukan tindakan apa yang dilakukan dan mencegah penyimpangan dari aturan yang sudah disepakati.29

Kebijakan ini biasanya berfungsi untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil masih sesuai dengan filosofi dan tujuan organisasi, kebijakan dalam sebuah organisasi dapat digunakan untuk:

a) Menangani masalah yang ada dalam organisasi

b) Sebagai panduan setiap orang dalam pembuatan keputusan c) Memastikan konsistensi dalam pencapaian tujuan organisasi d) Menjadi panduan dalam menangani masalah-masalah yang

aktual

e) Menjemaskan nilai-nilai dan tujuan organisasi f) Membuat komitmen dengan tujuan organisasi g) Memenuhi hak-hak staf.30

Dengan demikian dapat dinyatakan kebijakan adalah suatu ketepatan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara-cara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain kebijakan sebuah

29

Robert D Stueart, Library and Information Center Management (Corolado: Libraries Unlimited, 2002), h. 79.

30

Jo Bryson, Effective Library And Information Centre Management (Burlington, Gower Publishing Company. 1990), h. 57.


(36)

perpustakaan seharusnya dituangkan dalam bentuk yang jelas sehingga fungsi perpustakaan akan berjalan dengan baik dan dapat diukur sehingga proses pengembangan kedepan dapat dilakukan. b. Pengembangan Koleksi

Pengertian pengembangan koleksi lebih ditekankan pada pemilihan buku. Pemilihan buku artinya memilih buku untuk perpustakaan. Pemilihan buku berarti juga proses menolak buku tertentu untuk perpustakaan. Selanjutnya pengertian pengembangan koleksi mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan bidang kepustakawanan. Pengembangan koleksi, seleksi dan pengadaan menjadi istilah-istilah yang saling melengkapi. Tujuan pengembangan koleksi yaitu membangun koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai dan didayagunakan secara optimal.

Pengembangan koleksi adalah suatu proses yang dapat mempertemukan perpustakaan dengan kebutuhan informasi seluruh masyarakat pemakainnya dengan menggunakan sumber-sumber baik yang berada di dalam maupun di luar unit informasi tersebut.31

Pengertian pengembangan koleksi menurut Leonard Montague dalam buku Harrod’s Librarian’s Glossary adalah:

31

Edward G. Evans, Developing Library and Information center collection (London: 2005, Libraries Unlimited), h. 49.


(37)

“Proses perencanaan program akuisisi untuk memenuhi kebutuhan mendesak, tetapi untuk membangun koleksi yang koheren dan dapat diandalkan selama beberapa tahun, untuk memenuhi tujuan dari layanan perpustakaan. Istilah menuntut kedalaman dan kualitas saham, dan termasuk aktivitas yang terkait terhadap eksploitasi publisitas koleksi, pelatihan staf, dll.”32

Koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan jelas merupakan salah satu faktor yang perlu menjadi perhatian utama dalam menunjang eksistensi perpustakaan. Koleksi adalah sejumlah dokumen yang bisaberupa buku, laporan, arsip dan lain-lain yang dikumpulkan dalam suatu ruangan baik yang secara fisik terlihat ataupun dalam suatu lokasi virtual oleh satu ataun lebih orang atau yang dikumpulkan oleh sebuah entitas organisasi dan diatur dengan menggunakan aturan sistematis untuk memudahkan temu kembali. 33

Pengembangan koleksi dapat disimpulkan bahwa proses pengembangan koleksi yang diba dikatakan berhasil bila dala proses tersebut bisa menyediakan suatu informasi, dalam format yang tepat, kepada tangan orang yang tepat, dan di waktu yang tepat pula saat orang tersebut benar-benar membutuhkannya.34

Dengan membaca definisi yang diberikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pengembangan koleksi adalah suatu ketentuan atau ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara pengembangan koleksi perpustakaan yang telah

32

Leonard Montague, Harrod’s Librarians Glossary (England: 1995, Gower Publishing Company Limited), h. 146.

33

Joan M Reitz, Dictionary For Library And Information Science (London: libraries unlimited, 2004) h. 156.

34

Wayne Disher, Crash Course In Collection Development (London: libraries unlimited, 2007), h. 98.


(38)

disetujui oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab atas upaya penambahan dan perluasan koleksi disuatu perpustakaan yang di dalamnya mencakup segala aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan, pendanaan, pemilihan, dan pengadaan bahan pustaka. Kebijakan pengembangan koleksi ini juga akan menjadi sebuah kerangka kerja dan sekumpulan parameter yang dijadikan sebagai acuan kerja oleh sfat perpustakaan dan menilai pelayanan kepada pengguna perpustakaan.

c. Kebijakan Pengembangan Koleksi

Menurut ALA Glossary of Library and Information Science tahun 1983 Kebijakan pengembangan koleksi yaitu:

“Sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan penentuan dan

koordinasi kebijakan seleksi, menilai kebutuhan pemakai, studi pemakaian koleksi, evaluasi koleksi, identifikasi kebutuhan koleksi, seleksi bahan pustaka, perencanaan kerjasama sumberdaya koleksi, pemeliharaan koleksi dan penyiangan

koleksi perpustakaan.”35

Menurut Joan M. Reitz dalam Dictionary For Library And Information Science kebijakan pengembangan koleksi yaitu;

“Pernyataan tertulis yang dibuat secara resmi dari prinsip-prinsip perpustakaan, termasuk kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan mengenai seleksi bahan pustaka (bidang yang dicakup, derajat, spesialisasi, tingkat kesulitan, bahasa, format, keseimbangan, dll) dan kebijakan mengenai hadiah dan pertukaran. Kebijakan pengembangan koleksi dapat sangat membantu dalam menjawab tantangan dari kelompok penekan.”36

35

Pengadaaan Bahan Pustakan Pada Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah, Artikel

diakses pada hari Jum’at 28 Februari 2014 dari http://

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30017/3/Chapter%20II.pdf

36

Joan M Reitz, Dictionary for Library and Information Science (London: 2004, Libraries Unlimited), h. 157.


(39)

Menurut G. Edward Evans dalam buku Developing Library and Information Center Collection kebijakan pengembangan koleksi yaitu;

“Rencana induk perpustakaan untuk membangun dan memelihara koleksinya. Seperti semua rencana barang, kebijakan pengembangan koleksi harus mencerminkan dan berhubungan dengan rencana lain perpustakaan, terutama yang jangka panjang dan strategis dalam karakter. itu juga harus up to date dalam hal misi keseluruhan perpustakaan dan tujuan.”37

Kebijakan pengembangan koleksi yang tertulis harus menjadi dokumen yang bisa di akses oleh siapa saja atau menjadi sebuah dokumen publik. Ini karena bila ada orang yang ingin membacanya dia akan mengetahui untuk siapa utamanya koleksi ditujukan, siapa yang benar-benar bertanggung jawab dalam melakukan seleski bagaimana seleksi dilakukan, prioritas yang ada untuk koleksi, bahan pustaka yang tidak akan dimasukan ke dalam koleksi, dan bagaimana koleksi dirawat, digunakan dan dievaluasi.38

2. Fungsi Kebijakan Pengembangan koleksi Fungsi kebijakan pengembangan koleksi tertulis:

1). Pedoman bagi para selektor untuk untuk bekerja lebih teraraH

2). Sarana komunikasi untuk memberitahu para pemakai, administrator, dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangan selnjutnya.

3). Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana

37

G. Edward Evans, Developing Library and Information center collection, h. 49.

38


(40)

4). Membantu menetapkan metode penilaian bahan 5). Membantu memilih metode pengadaan

6). Membantu menghadapi masalah sensor 7). Membantu perencaan kerjasama

8). Membantu identifikasi bahan yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi (evaluasi).39

3. Pengertian Kebijakan Publik

Pengertian kebijakan publik menurut beberapa ahli yaitu: 1) Thomas R. Dye

Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai berikut: "Publik Policy is whatever the government choose to do or not to do". (Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu). Menurut Dye juga kebijakan publik sebagai suatu upaya untuk mengetahui apa sesungguhnya yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukannya, dan apa yang menyebabkan mereka melakukannya secara berbeda-beda. Dia juga mengatakan bahwa apabila pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan, maka tindakan tersebut harus memiliki tujuan., karena kebijakan publik merupakan "tindakan" pemerintah. Apabila pemerintah memilih untuk tidak melakukan sesuatu, inipun merupakan kebijakan publik, yang tentunya ada tujuannya. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh yang sama besar dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah”.

Sebagai contoh: becak dilarang beroperasi di wilayah DKI Jakarta, bertujuan untuk kelancaran lalu-lintas, karena becak dianggap mengganggu kelancaran lalu-lintas, di samping dianggap kurang manusiawi. Akan tetapi, dengan dihapuskannya becak, kemudian muncul "ojek sepeda motor". Meskipun "ojek sepeda motor" ini bukan termasuk kendaraan angkutan umum, tetapi Pemerintah DKI Jakarta tidak meiakukan tindakan untuk

39

Encang Saepudin, “Kebijakan Seleksi Guna Mendukung Kegiatan Pengembangan

Koleksi,” informasi diakses pada 13 Desember 2013 dari http://encangsaepudin.wordpress. com/2009/04/24/kebijakan-seleksi-guna-mendukung-kegiatan-pengembangan-koleksi/


(41)

melarangnya. Tidakadanya tindakan untuk melarang "ojek" ini, dapat dikatakan kebijakan publik, yang dapat dikategorikan sebagai "tidak meiakukan sesuatu".

2) James E. Anderson Anderson mengatakan:

"Publik Policies are those policies developed by governmental bodies and officials". (Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah). Dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah:

a) Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan. b) Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah

c) Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan

d) Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

e) Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa”.

3) David Easton

David Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai berikut:

"Publik policy is the authoritative allocation of values for the whole society". (Kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai secara syah kepada seluruh anggota masyarakat). Dalam pengertian ini hanya pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat”.40

40

William N Dunn, Analisis Kebijakan. Penerjemah Samodra Wibawa dkk. (Jakarta: Kanisius, 1999), h.76.


(42)

Dengan beberapa pengertian kebijakan publik oleh para ahli di atas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa “kebijakan publik itu adalah serangkaian tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi publik yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan orang banyak atau publik yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku serta batasan-batasan tertentu sebagai indikator pencapaian tujuan yang telah dispakati sebelumnya”.

Jadi pada hakikatnya kebijakan itu dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalah publik, namun pada prakteknya tidak sedikit kebijakan itu dapat menimbulkan masalah baru karena dampak yang ditimbulkannya tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan ketika kebijakana itu dibuat. hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor yang berkaitan dengan para pembuat kebijakan maupun faktor yang berhubungan dengan sasaran kebijakan atau bahkan lingkungan kebijakan itu sendiri.

4. Jenis-Jenis Kebijakan Publik. Jenis kebijakan publik ada 4 yaitu:

1) Substantive and Procedural Policies.

Substantive Policy yaitu suatu kebijakan dilihatdari substansi masalah yang dihadapi oleh pemerintah. Contoh: kebijakan pendidikan, kebijakan ekonomi, dan Iain-lain.


(43)

Procedural Policy yaitu suatu kebijakan dilihat dari pihak-pihak yang terlibatdalam perumusannya (Policy Stakeholders). Contoh: dalam pembuatan suatu kebijakan publik, meskipun ada Instansi/Organisasi Pemerintah yang secara fungsional berwenang membuatnya, misalnya Undang-undang tentang Pendidikan, yang berwenang membuat adalah Departemen Pendidikan Nasional, tetapi dalam pelaksanaan pembuatannya, banyak instansi atau organisasi lain yang terlibat, baik instansi/organisasi pemerintah maupun organisasi bukan pemerintah, yaitu antara lain DPR, Departemen Kehakiman, Departemen Tenaga Kerja, Persatuan Guru Indonesia (PGRI), dan Presiden yang mengesyahkan Undang-undang tersebut. Instansi-instansi/ organisasi-organisasi yang terlibat tersebut disebut policy stakeholders.

2). Distributive, Redistributive, and Regulatory Policies.

Distributive Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur tentang pemberian pelayanan/keuntungan kepada individu-individu, kelompok-kelompok, atau perusahaan-perusahaan. Contoh: kebijakan tentang "Tax Holiday"

Redistributive Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan, pemilikan, atau hak-hak. Contoh: kebijakan tentang pembebasan tanah untuk kepentingan umum.


(44)

Regulatory Policy yaitu suatu kebijakan yang memgatur tentang pembatasan/ pelarangan terhadap perbuatan/tindakan. Contoh: kebijakan tentang larangan memiliki dan menggunakan senjata api.

3). Material Policy.

Material Policy suatu kebijakan yang mengatur tentang pengalokasian/penyediaan sumber-sumber material yang nyata bagi penerimanya. Contoh: kebijakan pembuatan rumah sederhana.

4). Publik Goods and Private Goods Policies.

Publik Goods Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang-barang atau pelayanan-pelayanan oleh pemerintah, untuk kepentingan orang banyak Contoh: kebijakan tentang perlindungan keamanan, penyediaan jalan umum.

Private Goods Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang-barang/pelayanan oleh pihak swasta, untuk kepentingan individu-individu (perorangan) di pasar bebas, dengan imbalan biaya tertentu.Contoh: kebijakan pengadaan barang-barang/pelayanan untuk keperluan perorangan, misalnya tempat hiburan, hotel, dan Iain-lain.41

41


(45)

C. Pengadaan Bahan Pustaka 1. Pengertian Pengadaan

Pengadaan atau yang disebut acquisitions adalah kegiatan yang terkait dalam memilih, memesan dan menerima bahan-bahan pustaka untuk perpustakaan. Kegiatan ini termasuk penganggaran dan penerbit. Tujuan dari staf akuisisi adalah untuk memperoleh materi dengan cepat dan ekonomis mungkin menjadi minat pengguna potensial, dan untuk memberikan informasi tentang keadaan semua permintaan.42

2. Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi. Koleksi yang diadakan oleh suatu perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap, dan terbitan mutakhir agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan berasal dari berbagai macam sumber seperti hadiah, pembelian, tukar menukar, titipan dan pembelian.43

Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dan kebijakan pengembangan koleksi sebuah perpustakaan. Semua kebijakan pengembangan koleksi akhirnya bermuara dan pengadaan bahan pustaka. Dalam kegiatan pengadaan bahan

42

John Feather, International Encyclopedia of information and library Science

(Newyork: Roudledge, 2003), h. 6

43

Soetminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Yogyakarta: Kanisius, 1992),


(46)

pustaka, perpustakaan terikat dan sekaligus dipandu oleh rambu-rambu yang tertuang dalam kebijakan pengembangan koleksi. Koleksi yang mana yang menjadi prioritas utama pengadaan sudah ditentukan dalam kebijakan pengembangan koleksi. Dengan demikian arah pengembangan koleksi sudah jelas. Hal ini penting untuk dilaksankan dengan tujuan untuk menghindari buku atau jenis lainnya yang sebenarnya kurang bermanfaat bagi pengguna jasa perpustakaan masuk kedalam jajaran koleksi.44

Hal yang terpenting untuk mewujudkan peran perpustakaan yang perlu diperhatikan adalah koleksi yang dimiliki perpustakaan tersebut. Karena koleksi harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Sedangkan adanya koleksi harus lewat proses pengadaan bahan pustaka yang ada diperpustakaan. Setiap bahan pustaka yang akan diadakan oleh perpustakaan biasanya dilakukan seleksi terlebih dahulu, penyeleksian merupakan faktor yang penting, maka diperlukan suatu kemampuan dan keahlian serta pengalaman agar suatu perpustakaan selalu berupaya untuk menyajikan informasi yang dapat memuaskan penggunanya.45

Dari pengertian pengadaan bahan pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka adalah rangkaian kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan dimiliki oleh perpustakaan.

44

Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), h. 57.

45


(47)

3. Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka

Tujuan perpustakaan khusus menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah untuk memenuhi kebutuhan materi perpustakaan atauinformasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pencapaian misi instansi induknya.46

Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, anggaran yang tersedia. Dengan adanya pengadaan bahan pustaka maka koleksi perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat tercapai.

4. Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka

Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan bahan pustaka juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam koleksi. Bagian pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan bahan pustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah satu dari kerja pelayanan teknis

46

Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009, 2009).


(48)

yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu, perlu disadari oleh petugas, anggota staf, dan pengguna secara umum menjaga koleksi perpustakaan menjadi tanggung jawab bersama.47

D. Surat Kabar

1. Tentang Surat Kabar

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya.

Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidupnya dari iklan, bahkan kenaikan harga kertas Surat kabar sebagai bahan baku utama surat kabar sering kali tidak mengakibatkan kenaikan harga jual surat kabar per eksemplar secara profesional. Kehadiran iklan dalam media cetak dengan kata lain telah mampu mensubsidi harga eceran surat kabar.

Berdasarkan pengalaman selama tahun 1970-1985 diketahui ternyata lebih banyak surat kabar dan majalah gulung tikar karena tidak mendapatkan iklan, sekalipun di Indonesia budaya membaca belum terlalu memasyarakat. Surat kabar merupakan media utama

47

Surachman Arif “Pengelolaan Perpustakaan Khusus” diakses pada hari Minggu, 8 Maret dari ,http://arifs.staf.ugm.ac.id.


(49)

yang banyak digunakan dalam periklanan di Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti :

1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi. 2. Jangkauan media lainnya, radio dan televisi dibatasi. 3. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran.48

2. Pengertian Surat Kabar

Surat kabar adalah Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus aktual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan.

Surat kabar juga dikemukakan oleh George Fox Mott yaitu :

1. ”Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target

masing-masing.

2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk kepentingan-kepentingan informasi.

3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan informasi-informasi.

5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan

pengetahuan lalu menyebarkannya kepada masyarakat.”49

48

Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia ( Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 1992), h. 5.

49


(50)

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya.Selain pendapat di atas pengertian surat kabar juga yaitu lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca.50

3. Ciri-ciri Surat Kabar

Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai surat kabar sebagai salah satu jenis media cetak, maka kita pun harus mengetahui ciri-ciri dari surat kabar itu sendiri, yaitu :

a. Pubilisitas

Pengertian pubilitas ialah bahwa surat kabar diperuntukan oleh umum karenanya berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain menyangkut kepentingan umum.

b. Universalitas

Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.

50

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984), h. 221.


(51)

c. Perioditas (Kontinuitas)

Perioditas (Kontinuitas) adalah keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu.

d. Aktualitas

Aktualitas adalah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Aktualitas adalah terjemahan dari bahasa Belanda actualiteit. Bagi surat kabar aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan.51

e. Terdokumentasikan

Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau di buat klipping. Misalnya karena berita tersebut berkaitan dengan instansinya, atau artikel itu bermanfaat untuk menambah pengetahuannya. Klipping berita oleh sebuah instansi biasanya dilakukan oleh staf public relations untuk dipelajari dalam rangka menentukan kebijakan

51


(52)

selanjutnya, karena berita tersebut dianggap sebagai masukan dari masyarakat (publik eksternal).52

4. Sifar Surat Kabar

Dibandingkan dengan media elektronik yang menyiarkan pemberitaan seperti radio dan televisi, ditinjau dari ilmu komunikasi sifat surat kabar, yakni:

1. Terekam

Artinya berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf, yang di cetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulangkaji, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu.

2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif

Karena berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak ”mati” di ataskerta, maka untuk dapat mengerti makanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif.

3. Pesan menyangkut kebutuhan komunikan

52

Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa (Bandung: Simbiosa Pekatama Media, 2007), h. 113.


(53)

Dalam proses komunikasi, pesan yang disampaikan kepada komunikan menyangkut teknik transmisinya agar mengenai sasarannya dan mencapai tujuannya.

4. Efek sesuai dengan tujuan

Efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar bergantung pada tujuan si wartawan sebagai komunikator.53

5. Fungsi Surat Kabar

Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi surat kabar sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu : a. Menyiarkan informasi

Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya.

b. Mendidik

Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini

53


(54)

bisa secara implicit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.

c. Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga berita mengandung minat insani (Human Interest) dan kadang-kadang tajuk rencana.

d. Mempengaruhi

Mempengaruhi adalah fungsinya yang keempat yakni fungsi mempengaruhi yang menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implicit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus untuk bidang perniagaan pada iklan-iklan yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan”.54

Fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingin tahuan akan setiap peristiwa yang terjadi

54


(55)

di sekitarnya. Karenanya, sebagian besar rubriksurat kabar terdiri dari berbagai jenis berita namun demikian fungsi hiburan surat kabar pun tidak terabaikan karena tersedianya rubrik artikel ringan.

Feature (laporan perjalanan, laporan tentang profil seseorang yang unik), rubrik cerita bergambar atau komik, serta cerita bersambung. Begitu pula dengan fungsinya mendidik dan mempengaruhi akan ditemukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial dan rubrik opini. Fungsi pers, khususnya surat kabar pada perkembangannya bertambah, yakni sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif.55

Selain hal tersebut di atas surat kabar sebagai media massa mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat seperti dikatakan oleh Yakob Oetomo yaitu :

“Berbagai penelitian mengungkapkan orang mambaca surat kabar, hal itu merupakan sarana untuk hidup, pers menjadi perabot rumah tangga yang lebih dalam maknanya dari perabot meja dan kursi, pers menjadi sarana hidup sebab untuk hidup orang perlu mengetahui lingkungannya dan berkomunikasi dengan lingkungannya, untuk masyarakat semakin luas, kompak serta pesatnya perkembangan pers menjadi sarana disamping

berbagai media massa lainnya”.56

Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam melengkapi berita bagi para pembacanya, sebagai agen perubahan sosial. Menurut Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut :

55

Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa, h. 111.

56 Yakob Oetomo, Persuratkabaran di Indonesia Dalam Era Informasi, Perkembangan, Permasalahannya dan Perspektifnya (Jakarta: Sinar Harapan, 1986), h. 67.


(56)

a. ”Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang dialami di negara-negara lain.

b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menilai menggantungkan pengetahuan pers dan media massa.

c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut. d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers

dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta suasana pembangunan yang

serasi dan efektif”. 57

Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada kehidupan individu dan masyarakat lewat berita-berita dan artikel yang disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan tulisan yang menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah, sehingga dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.

6. Kelebihan dan Kelemahan Surat Kabar

Sebagai media komunikasi surat kabar memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh khalayak, sehingga saling melengkapi atau mengisi dengan media lainnya. Kelebihan surat kabar ialah bahwa berita yang disiarkannya

57

Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa (Bandung: Simbiosa Pekatama Media, 2007), h.121-122


(57)

dapat dibaca kapan saja dan secara berulang-ulang, surat kabat mudah dibawa, selain dapat dijadikan bukti otentik (dokumentasi) juga isi beritanya yang lebih mendalam dan mendetail akan data-datanya. Berbeda dengan media lainnya seperti radio dan televisi, yang untuk menikmati berita yang disiarkannya, khalayak harus memiliki waktu dan tempat tertentu untuk berada didepan televisi.

Selain itu surat kabar memiliki kelemahan seperti juga media lainnya. Yang pertama kelemahan dari surat kabar yaitu pembaca biasanya melihat dulu Headline dari sebuah berita jadi jika menurutnya tidak menarik maka berita tersebut tidak akan dibacanya. Yang kedua, surat kabar mudah rusak jika tidak di simpan secara baik. Ketiga, kelemahan surat kabar itu khalayak harus memiliki tingkat kemampuan membaca. Sedangkan tingkat melek huruf masyarakat sendiri masih rendah, apalagi untuk meningkatkan budaya baca.58

7. Kategori Surat Kabar

Surat kabar dapat di kelompokan pada berbagai kategori. Dengan kategori sebagai berikut :

1. Dilihat dari Ruang Lingkup a. Surat Kabar Nasional b. Surat Kabar Regional c. Surat Kabar lokal

58


(58)

2. Ditinjau dari Bentuk a. Surat Kabar Harian b. Tabloid

3. Dilihat dari Bahasa

a. Surat Kabar berbahasa Indonesia b. Surat Kabar berbahasa Inggris c. Surat Kabar Berbahasa Daerah

Namun jika dilihat dari segmentasinya surat kabar terbagi menjadi dua bagian yaitu menengah keatas dan menengah kebawah dengan pertimbangan berita yang dimuat pada surat kabar tersebut.59

E. Efektifitas

1. Pengertian Efektif

Efektif adalah ada efekya (pengaruh, membawa hasil, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, (usaha, tindakan). Keefektifanadalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, kemanjuran, kemujaraban, keberhasilan, (usaha, tindakan), hal mulai berlakunya (tentang undang-undang, peraturan). 60

2. Pengertian Efektifitas

Efektifitas yaitu berfokus pada akibatnya, pengaruhnya atau efeknya, efektifitas merupakan pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

59

Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, h. 114.

60

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003 h 284.


(59)

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti semakin tinggi efektifitasnya.61

F. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

1. Pengertian Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Di Negara Indonesia yang merupakan bagian dari lembaga legislatif adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota. DPR adalah dewan negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan dewan perwakilan rakyat, sebagaimana yang ternyata dari namanya. Dewan ini memegang kekuasaan untuk merancang hukum, dan memainkan peran legislatif, anggaran, dan pengawasan.

DPR terdiri atas anggota-anggota partai politik yang menang dalam pemilihan umum. Anggota DPR kurang lebih berjumlah 560 orang dan bertugas selama lima tahun, dengan akhir periode mereka

61

Markus Zahnd, Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota dan Penerapannya (Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 45.


(60)

berbetulan dengan waktu anggota-anggota DPR yang baru mengangkat sumpah. 62

2. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat

Lembaga negara DPR yang bertindak sebagai lembaga legislatif mempunyai fungsi sebagi berikut :

a. Fungsi legislasi, artinya DPR memiliki fungsi sebagai lembaga pembuat undang–undang.

b. Fungsi anggaran, DPR memiliki fungsi sebagi lembaga yang berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

c. Fungsi Pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga legislatif yang melakukan pengawasan tehadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.63

3. Tugas dan Wewenang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Dalam melaksanakan Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan, DPR mempunyai tugas dan wewenang antara lain:

a. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

b. Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pernerintah Pengganti Undang-Undang.

62

Artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2014 dari http://id.shvoong.com/law-and-politics/administrative-law/2297963-pengertian-dpr-dewan-perwakilan-rakyat/


(61)

c. Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD yang berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I.

d. Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal pembicaraan tingkat I.

e. Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undàng yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat I.

f. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

g. Membahas dan menindak lanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama.


(62)

h. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

i. Membahas dan menindak lanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggung jawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

j. Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat.

k. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

l. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.64

64


(63)

50 BAB III

GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DPR RI

A. Sejarah Singkat Perpustakaan DPR RI

Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berdiri sejak pemeritah Negara indonesua masih berbentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bertempat di daerah istimewa Yogyakarta. Sekitar tahun 1951. Perpustakaan ini merupaka kelanjutan dari “bibliotheca volkstraad”, milik pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Sebagian koleksi merupakan peninggalan dari Perpustakaan

“volkstraad”. Sejak ibukota pemerintah republik Indonesia pindah ke Jakarta, perpustakaan ditempatkan di gedung yang berlokasi di lapangan banteng, yang sekarang menjadi Gedung Balai Pustaka.

Tahun 1965, perpustakaan pindah ke Gedung DPR RI di senayan atau Gedung Pemuda. Tahun 1986, perpustakaan pindah ke Gedung Gatot Subroto yang berlokasi di lantai dasar. Namun, perpustakaan ini masih mengalami beberapa kali pindah lokasi. Tahun 1970, perpustakaan menempati lantai 2 Gedung Pustaka Loka. Sedangkan tahun 1985 perpustakaan menempati lantai 1 Gedung Pustaka Loka. Pada tahun 1997, perpustakaan pindah ke Gedung Baru Nusantara 1 di lantai 4.

Namun dengan adanya penambahan jumlah anggota dewan DPR RI, maka pada tahun 2003 untuk sementara perpustakaan pindah dan menempati ruang press room lantai 1 dan 23 Gedung Nusantara 1 dan 23


(64)

Gedung Nusantara 1. Tahun 2004, perpustakaan menepati lantai 1 dan 2 Gedung Paripurna Nusantara II hingga sekarang.

Berdasarkan dengan peraturan Sekretariat Jenderal DPR RI Nomor 400/SETJEN DPR RI/ 2005 tentang organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, perpustakaan mempunyai tugas untuk melaksanakan pengelolaan perpustakaan.

B. Visi, Misi, Tujuan, Motto, Dasar Hukum Perpustakaan DPR RI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya perustakaan khusus DPR RI menetapkan visi dan misi. Adapun visi yang dimaksud adalah: “Menjadi perpustakaan parlemen yang unggul dalam menyediakan sumber informasi untuk mendukung fungsi dan tugas DPR RI”. Sedangkan misinya adalah “ Menyediakan akses informasi yang mendukung tugas dan fungsi DPR RI meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan”.

Tugas dari perpustakaan DPR RI adalah mengumpulkan dan menyususn bahan pustaka yang berkaitannya dengan tugas DPR RI dan sekjen DPR RI, memberikan layanan dan mendayagunakan bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki, memelihara bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki, membuat nomor klasifikasi untuk buku dan referensi, membuat abstrak pustaka, mengadakan hubungan kerjasama dengan perpustakaan dari instansi lain, melakukan tata usaha perpustakaan, tugas-tugas lain yang ditentukan oleh Sekretariat Jendral DPR RI.


(65)

Tujuan dari perpustakaan DPR RI yaitu terwujudnya pelayanan perpustakaan yan cepat, tepat, akurat, pengolahan bahan pustaka menjadi lebih berdaya guna, terciptanya database perpustakaan, dapat digunakan oleh beberapa pengguna secara bersamaan, menghemat tempat dalam penyimpanan dokumen, bahan pustaka langka yang masih memiliki nilai informasi penting dapat terselamatkan informasinya.

Dasar hukum dari perpustakaan DPR RI yaitu UU No.20/PRP tahun 1961 tentang Tugas Kewajiban Dan Lapangan Pekerjaan Dokumentasi dan Perpustakaan dalam lingkungan pemerintahan, Keppres No.64 Tahun 1992 tentang Perpanjangan Batas Usia Pension Bagi Pegawai Negeri Sipil yang Menduduki Jabatan Fungsional Pustakawan, Teknisi Penerbangan, Penguji Mutu Barang Dan Pranata Komputer, Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Apatur Negara No. 18/MENPAM/1988 tanggal 29 Februari 1988 tentang Angka Kredit Bagi Jabatan Pustakawan, Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No. 0103/0/1981 tentang Pokok Kebijaksanaan Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan di Indonesia, Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 53649/MPK/1988 dan No. 15/SE/1988 tentang Angka Kredit Bagi Jabatan Pustakawan, Peraturan Sekretariat Jendral DPR RI No. 400/SETJEN/2005 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal DPR RI.

Motto Perpustakaan DPR RI “GREEN” Gesit, Ramah, Empati,


(1)

HASIL WAWANCARA

Komisi X

Saya : Assalamu’alaikum pak..

Anggota dewan : Wa’alaikum salam warohmatullah, ya ada apa? Saya : Saya mau wawancara pak, bias gak pak?

Anggota dewan : Oh iyah, apa silahkan apa yang mau ditanyakan, eh… nama nama kamu siapa, dari mana?

Saya : Oh iya saya lupa kenalan, hehe.., saya Fandini Nurul Fauziah pak, Mahasiswa Uin Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan. Saya mau wawancara mengenai surat kabar

Anggota dewan : oh ya ya… kamu kenal pak Ahmad Fatoni, dya dosen tetap loh disana?

Saya : duh.. gak kenal pak, dosen kan di UIN banyak pak, yang sejurusan aja belom tentu kenal semua sama saya

Anggota dewan : owhh iya juga ya, terus apa yang mau ditanyain? Saya : Begini pak, bapak suka baca surat kabar gak?

Anggota dewan : oh surat kabar saya suka bacanya karena satu surat kabar isinya banyak, memuat tentang semua konflik yang ada di Negara ini, kalo buku kan khusus ya biasanya kalo tentang hokum ya isinya juga hukum, kalo tentang politik ya isinya juga politik beda dengan surat kabar kalo surat kabar kan isinya apa aja ada disitu

Saya : oh jadi gitu ya pak, terus surat kabar yang tadi kata bapa isinya semua konflik itu mempengaruhi tugas DPR RI gak si pak?, maksudnya surat kabar itu mempengaruhi setiap kali bapak membuat kebijakan atau undang-undang gitu pak?


(2)

Anggota dewan : ya tergantung beritanya juga si ya, lagian kan meskipun tugas DPR membuat kebijakan kemudian RUU, undang-undang itu kan hasil kesepakatan bersama, bukan saya sendirian yang membuatnya. Hm… untuk sejauh ini si ya sudah mempengaruhi si ya

Saya : hm.. kebijakan publik seperti apa atau undang-undang yang seperti apa yang informasinya di dapat dari surat kabar?

Anggota dewan : hm.. informasi seperti ya… apa yah kira-kira, ya seperti ini kan zaman sekarang itu perubahannya kan sangat cepat sekali ya bahkan anak-anak yang seharusnya mereka sekolah sekarang tuh anak-anak kurang mendapatkan perhatian artinya dia gak mendapatkan hak seorang anak, seperti penjualan anak itukan tidak boleh yah kemudian pornografi anak-anak. Pokonya tentang anak-anak deh yah hak seorang anak, jadi makanya undang-undang itu dibuat atau diterjemahkan karna kan ini sebelumnya berbahasa inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ya. Pokonya kamu liat aja deh undang-undanganya coba kamu searcing tentang hak-hak anak yang mengenai penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak Saya : iya pak (sambil searcing mencari undang-undang), owh iya

pak ada nih Optional Protocol To The Convention On The Rights Of The Child On The Sale Of Children, Child Prostitution And Child Pornography ya pak?

Anggota dewan : iya itu nanti dibaca aja deh itu yah suapaya kamu ngerti apa yang saya bicarakan

Saya : iya pak entar saya baca, terus mengapa surat kabar menjadi salah satu pembuat kebijakan publik?


(3)

Anggota dewan : ya karena itu tadi di dalam surat kabar kan memuat berita-berita permasalahan apa nih yang dihadapi masyarakat gitu Saya : oh yay a pak, menurut bapak surat kabar yang dilanggan

perpustakaan kemudian dibagikan kepada anggota dewan itu sudah efektif blom sipak?

Anggota dewan : hm… ya efektif ngak ya, tengah-tengah deh. Dibilang efektif ya ngak juga ya, kita kan bukan dari surat kabar aja bikin undang-undang tuh harus dengan persetujuan bersama dengan presiden, demgan pak SBY

Saya : ow gitu ya pak, cuma segitu aja pak wawancaranya makasi ya pak

Anggota dewan : oh udah nih wawancaranya? Ko dikit amat pertanyaanya, Saya : hehe iya pak saya itu kan Cuma mau tau efektif apa ngaknya

surat kabar aja pak, selebihnya saya meneliti perpustakaanya pak.

Anggota dewan : oh gitu, ya udah iya iya

Saya : makasi ya pak

Anggota dewan : iya sama-sama pintunya disebelah sana aja tuh langsung lif Saya : iya pak hehe


(4)

HASIL WAWANCARA

Komisi XI

Saya : Assalamu’alaikum

Anggota dewan : waalaikum salam, oh, ini mau wawancara ya? Tunggu sebentar ya, tanggung nih (sambil liat laptop)

Saya : iya pak

Anggota dewan : ni sudah selesai ko (sambil nutup laptop, masukin ke dalam tasnya) iya tadi apa ya yang mau ditanyain, silahkan mana pertanyaanya

Saya : langsung aja ya pak, bapa suka baca surat kabar gak?

Anggota dewan : (sambil senyum) surat kabar ya… saya suka bacanya tapi gak dibaca semua ya, sisanya kadang saya lanjutin mau tidur, di jalan kalo lagi macet kadang suka saya di taro di mobil aja kalo udah di baca, intinya si suka ya meskipun gak suka-suka banget ya paling ngak dibaca lah

Saya : surat kabar itu mempengaruhi setiap pembuatan kebijakan, undang-ndang atau tugas lainnya anggota dewan?

Anggota dewan : (sambil senyum) ya gimana ya bingung jawabnya, mempengaruhi si ya, kan saya baca surat kabar saya jadi terpengaruh

Saya : hm.. informasi yang seperti apa pak yang biasanya di dapat dari surat kabar sehingga bias di buat satu undang-undang atau kebijakan?

Anggota dewan : ya informasi si banyak ya, seperti kendaraan itu kan ada peraturan dilarang menggunakan jalur busway, tetapi ya


(5)

peraturan hanya perturan tetap saja dilanggar, padahal kan kendaraan suda mempunyai jalurnya tersendiri

Saya : hehe iya pak saya juga suka liat tuh pak di jalan-jalan banyak yang masih melanggar, kemudian mengapa surat kabar menjadi salah satu pembuat kebijakan

Anggota dewan : (senyum) ya mungkin jawabannya karena dari surat kabar itu lah kami jadi tau berita yang gencar dibiccarakan itu apa, nah kita sebagai wakil rakyat harus mencari jalan keluar gitu ya, tapi itu juga kan tidak menurut saya jay a kita harus disepakati bersama

Saya : oh iya pak, makasi ya pak Anggota dewan : oh iya


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Peneliti lahir di Rangkasbitung pada tanggal 21 November 1992. Anak tunggal dari pasangan Bapak Drs. Abdul Kohar dan Ibu Nurlailah. Peneliti bertempat tinggal di Parung Kulon JL. H. Suhaemi Rt 03/04 No.35 Kel. Duren Mekar Kec.Sawangan Kota Depok16518. Peneliti dapat dihubungi melalui emailnya di dininurul21@yahoo.com. Ia memulai pendidikan tingkat TK di TK Islam Miftahul Ula pada tahun 1998, SD di MI Al-Ishlahiyah Ibtidaiyah pada tahun 2004, kemudian melanjutkan tingkat menengah pertama di SMP Nurul Madaany Boarding School tahun 2007, dan menyelesaikan tingkat menengah atas di SMA Nurul Madaany Boarding School tahun 2010. Pada tahun 2010, peneliti langsung melanjutkan pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi pada Program Studi Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semasa kuliah, peneliti pernah PKL di Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsinya yang berjudul “Pengadaan Surat Kabar bagi Anggota Dewan Sebagai Pembuat Kebijakan Publik pada Perpustakaan DPRI RI”.