Analisis Stres Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Produksi Jahit Men's PYjama Pada PT. Leading Garment Industries Bandung
1 1.1. Latar belakang penelitian
Saat ini pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di dunia semakin pesat
sehingga menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Masing-masing
perusahaan berbenah diri mengevaluasi hasil kerja dari segala divisi, mulai dari
bagian pemasaran, bagian pembelian bahan baku, bagian keuangan, bagian
personalia, bagian produksi, dan bagian lainnya. Dengan tujuan memenuhi
tuntutan beroperasi lebih efektif dan efisien sehingga dapat bertahan dan
bersaing dengan perusahaan pesaing.
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu yang memfokuskan kepada
pengelolaan, pemanfaatan, dan pengaturan sumber daya manusia dalam
kegiatannya di suatu organisasi sehingga sumber daya manusia dapat berfungsi
secara produktif. Salah satu yang unsur yang diatur oleh manajemen adalah
sumber daya manusia (SDM). Karena sumber daya manusia adalah pemeran
utama dari setiap perusahaan. Tanpa SDM maka perusahaan tidak ada. SDM
merupakan asset bagi perusahaan. SDM yang profesional adalah SDM yang
handal dan cakap dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.
Pada saat ini terjadi banyak fenomena yang mana wanita sebagai tenaga kerja
(sumber daya manusia), wanita dituntut untuk bekerja karena terdesak oleh
(2)
PT. Leading Garment Industries merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang industry pembuatan pakaian tidur yang memiliki karyawan sebanyak
2,000 orang, dengan ruangan produksi jahit sebanyak 19 ruangan produksi jahit
yaitu, ruang jahit F sebanyak 6 ruangan, ruang jahit B sebanyak 6 ruangan, ruang
jahit D sebanyak 4 ruangan, dan ruang jahit I sebanyak 3 ruangan. Masing-masing
ruangan mempunyai karyawan produksi jahit sebanyak 120 orang karyawan.
Karyawan yang langsung berhubungan dengan kegiatan proses produksi jahit
sebanyak 1,330 orang pekerja wanita.
Para wanita yang bekerja dikabarkan sebagai pihak yang mengalami stres
lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya, wanita bekerja ini
menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan bagian perencanaan
produksi, maka dari 19 ruangan produksi, ruangan produksi jahit F yang memiliki
tingkatan stres paling tinggi. Stres kerja yang terjadi dikarenakan karyawan
menganggap standar target yang harus dicapai (output) yang ditetapkan perusahaan terlalu tinggi dan juga tingginya permintaan standar kualitas barang
yang diminta oleh pembeli yaitu, meminta hasil jahitan jalur 100%, tidak ada
minyak menempel pada kain dan ukuran untuk kelebihan dan kekurangan hanya
0.5cm. Hal ini menyebabkan tingginya kesalahan jahit yang dilakukan oleh
karyawan. Dapat dilihat dari data kesalahan jahit (tabel 1.1) yang ada dari bulan
(3)
Tabel 1.1
Data Kesalahan Jahit Order C&A Men’s Pyjama tahun 2010
BULAN OUTPUT (Pcs)
BAGUS (Pcs)
KESALAHAN JAHIT(Pcs)
PERSENTASE KESALAHAN
JAHIT
Januari 34,475 33,303 1,172 3.4 %
Februari 34,260 33,369 891 2.8 %
Maret 28,394 27,727 667 2.3 %
April 52,143 50,318 1,825 3.5 %
Mei 36,562 35,298 1,264 3.4 %
Juni 51,830 49,394 2,436 4.6 %
Juli 41,154 39,838 1,316 3.2 %
Agustus 56,370 54,116 2,254 3.9 %
September 56,916 55,095 1,821 3.2 %
Oktober 42,894 41,951 943 2.1 %
November 67,384 65,632 1,752 2.6 %
Desember 39,678 38,805 873 2.2 %
Sumber : PT. Leading Garment Industries tahun 2010
Berdasarkan tabel 1.1 diatas maka dapat dilihat persentase kesalahan jahit
dari bulan Januari sampai dengan Desember 2010, angka persentase melewati
batas toleransi kesalahan jahit yang ditentukan oleh perusahaan yaitu sebesar 2%.
Kesalahan jahit ini harus diperbaiki kembali oleh karyawan yang akibatnya
pekerjaan tidak bisa selesai tepat waktu karena karyawan harus mengulang
kembali pekerjaan yang salah, sedangkan target pekerjaan baru masih menumpuk.
Hal ini lah yang menimbulkan tekanan bagi karyawan, akibatnya karyawan
mengalami stres dalam bekerja. Karena stres merupakan suatu tekanan akibat
bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi fisik
seseorang, dimana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerja tempat individu itu
(4)
Salah satu cara menanggulangi stres kerja adalah dengan cara memotivasi diri
sendiri untuk bisa tenang, mengendalikan perasaan, menghadapi masalah, dan
menyelesaikan masalah dengan baik.
Motivasi adalah hal yang sangat penting dalam prilaku manusia, karena
dengan adanya motivasi manusia akan tergerak untuk melakukan
tindakan-tindakan agar tercapai tujuan. Tetapi motivasi yang ada pada diri karyawan PT.
Leading Garment Industries bisa saja menurun dikarenakan stress kerja yang
mereka hadapai. Hal ini menjadi tugas para pemimpin untuk bisa memberikan
motivasi kepada karyawannya untuk secara bersama-sama menanggulangi
masalah yang dihadapi agar tujuan perusahaan tercapai.
Sesuai dengan pendapat Malayu S.P. Hasibuan (2003:92) yang menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya pengerak, motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
Jika karyawan memiliki motivasi tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan baik dan sesuai dengan target perusahaan, maka secara otomatis akan
terjadi peningkatan produktivitas kerja sehingga tujuan perusahaan memperoleh
hasil/output yang maksimal akan tercapai.
. Produktivitas pada dasarnya adalah sikap mental dan prilaku yang berorientasi pada perbaikan secara berkelanjutan atau terus menerus, atau pandangan bahwa kinerja hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan kinerja
(5)
hari esok harus lebih baik dari prestasi hari ini. Menurut : Tjutju Yuniarsih & Suwanto, (2008;158), “Produktivitas dapat diartikan sebagai sesuatu yang kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok dalam satuan waktu tertentu dan dalam proses kerja”
Berikut data hasil output produksi pembeli dengan merk C&A men’s pyjama tahun 2010, Standar perusahaan dalam pengerjaan 1 pcs baju dan celana memerlukan waktu 17,76 menit, menggunakan input operator jahit 120 orang dan jam kerja satu bulan (waktu) 175jam, maka output yang harus dihasilkan oleh karyawan jahit Men’s Pyjama sebanyak 70,950pcs/bulan. Per-orang harus menghasilkan 3 pcs/hari.
Tabel 1.2
Hasil output C&A Men’s Pyjama Tahun 2010
Sumber : PT. Leading Garment Industries BULAN STANDAR TARGET OUTPUT PERUSAHAAN (PCS) OUTPUT YANG DICAPAI KARYAWAN (PCS) SELISIH ANTARA OUTPUT STANDAR PERUSAHAAN DENGAN OUTPUT YANG DICAPAI (PCS)
PERSENTASE KETIDAKTERCAPAIAN
STANDAR TARGET OUTPUT PERUSAHAAN
Januari 70,950 34,475 36,475 51%
Februari 70,950 34,260 36,690 52%
Maret 70,950 28,394 42,556 59%
April 70,950 52,143 18,807 26%
Mei 70,950 36,562 34,388 48%
Juni 70,950 51,830 19,120 36%
Juli 70,950 41,154 29,796 42%
Agustus 70,950 56,370 14,580 20%
September 70,950 56,916 14,034 19%
Oktober 70,950 42,894 28,056 39%
November 70,950 67,384 3,566 5%
(6)
Dari tabel diatas bisa dilihat contohnya untuk bulan Januari output yang dihasilkan oleh karyawan 34,475pcs pakaian, sedangkan standar target output yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 70,950pcs pakaian, maka pada bulan Januari 51% output perusahaan tidak tercapai. Kesimpulannya bahwa produktivitas kerja karyawan bagian jahit untuk order dengan pembeli merk Men’s pyjama secara umum tidak mencapai standar target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Sehubungan dengan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di perusahaan PT.Leading Garment Industries dengan mengangkat judul : “Analisis Stres Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Jahit Order Men’s Pyjama pada PT. Leading Garment Industries Bandung”
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Tingkat kesalahan jahit yang dilakukan karyawan jahit melebihi batas
toleransi perusahaan yaitu sebesar 2%. Sehingga terjadi pengulangan
pekerjaan yang sama dua kali, berdampak pada penyelesaian pekerjaan yang
tidak bisa tepat waktu.
2. Target yang dihasilkan oleh operator tidak sesuai standar target yang telah
(7)
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana stres kerja karyawan bagian produksi jahit order men’s pyjama
pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
2. Bagaimana motivasi kerja karyawan bagian produksi jahit order men’s
pyjama pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
3. Bagaimana produktivitas kerja karyawan bagian produksi jahit order men’s
pyjama pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
4. Seberapa besar pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja karyawan
bagian produksi jahit order men’s pyjama pada PT. Leading Garment
Industries Bandung.
5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan bagian produksi jahit order men’s pyjama pada PT. Leading
Garment Industries Bandung.
6. Seberapa besar pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap produktivitas
kerja karyawan bagian produksi jahit order men’s pyjama pada PT. Leading
Garment Industries Bandung.
1.4. Maksud dan Tujuan
Maksud penulis melakukan penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi mengenai stres kerja, motivasi kerja dan produktivitas kerja karyawan bagian produksi jahit pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
(8)
Tujuan penelitian adalah untuk:
1. Untuk mengetahui stress kerja karyawan bagian produksi jahit order men’s pyjama pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
2. Untuk mengetahui motivasi kerja karyawan bagian produksi jahit order men’s pyjama pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
3. Untuk mengetahui produktivitas kerja karyawan bagian produksi jahit order
men’s pyjama pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi jahit order men’s pyjama pada PT. Leading
Garment Industries Bandung.
5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi jahit order men’s pyjama pada
PT. Leading Garment Industries Bandung.
6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi jahit order men’s
pyjama pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
1.5. Kegunaan Akademis dan Praktis 1.5.1. Kegunaan Akademis
1. Pengembangan Ilmu Manajemen
Diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang ilmu pengetahuan manajemen spesialisasi Manajemen Sumber Daya Manusia tentang
(9)
keterkaitan antara stres kerja, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan.
2. Penulis
Memberi pengetahuan mengenai pengaruh stres kerja dan motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan, dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai skripsi program studi manajemen sumber daya manusia.
1.5.2. Kegunaan Praktis 1. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi kepada perusahaan untuk mengetahui stres yang dialami oleh karyawan dan motivasi karyawan dalam upaya pengembangan dan perbaikan produktivitas kerja karyawan.
2. Karyawan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi tentang pentingnya pengelolaan stres dan motivasi karyawan yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
(10)
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penyusunan usulan penelitian untuk skripsi ini, penulis melakukan penelitian di PT. Leading Garment Industries yang beralamat di Jl.Mengger (Moh.Toha KM.5,6) No.97 Bandung.
Waktu pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dari bulan April 2011 sampai dengan Agustus 2011, selengkapnya dapat dilihat di tabel berikut ini :
Tabel 1.3
Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian
Tahap Prosedur Bulan
April Mei Juni Juli Agustus I
Tahap Persiapan
1. Membuat Proposal Up
2. Pengambilan Formulir Dan
Penyusunan Up
3. Menentukan Tempat Penelitian II
Tahap Pelaksanaan
1. Penelitian Di Perusahaan
2. Penyusunan Dan Bimbingan Up
3. Sidang Up
4. Revisi Up
III
Tahap Pelaporan
1. Penyusunan Dan Bimbingan Skripsi
2. Pengolahan Data
3. Menyiapkan Draft Skripsi
4. Sidang Akhir Skripsi
(11)
11 2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Stres Kerja
2.1.1.1. Pengertian Stres
Stres yang dialami oleh karyawan merupakan masalah bagi perusahaan
yang perlu diperhatikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Berikut definisi stres menurut beberapa ahli.
Menurut Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stress kerja sebagai “suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu”.
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah “suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam”.
Menurut Baron & Greenberg (dikutip oleh Veithzal Rivai & Deddy
Mulyadi, 2003:308) adalah “reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi
pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya”.
Menurut Veithzal & Ella Jauvani Sagala (2009:1008) adalah “suatu
kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis,
(12)
Berdasarkan pengertian stres diatas, maka dapat disimpulkan bahwa stres
kerja adalah “suatu kondisi individu dimana merasakan resah dan gelisah karena
masalah yang sedang dihadapainya mengakibatkan tidak konsentrasi dalam
bekerja”
2.1.1.2. Jenis – Jenis Stres
Quick dan Quick (dikutip oleh Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi,
2003:308) mengategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu;
a. Eustress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (membangun). Hal ini tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, flekisbilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
b. Distress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negative, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan
tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
2.1.1.3. Gejala Stres di tempat kerja
Gejala stres ditempat kerja menurut Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi
(2003:309) ada 7, yaitu;
a. Kepuasan kerja rendah
b. Kinerja yang menurun
(13)
d. Komunikasi tidak lancar
e. Pengambilan keputusan jelek
f. Kreativitas dan inovasi kurang
g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif
Menurut Bambang Tarupolo, (2002:5). Gejala- gejala stres kerja dapat berupa letih dan lelah, kecewa, perasaan tidak berdaya, gangguan tidur, kegelisahan, ketegangan, kecemasan, cepat marah, kehilangan rasa percaya diri, perasaan kesepian atau keterasingan, makan terlalu sedikit, mudah tersinggung, berdebar- debar dan sulit berkonsentrasi.
Gejala stres kerja menurut Terry B dan John N (dikutip Jacinta F, 2002), dapat dibagi dalam 3 aspek yaitu
1. Gejala psikologis, meliputi
Kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, memendam perasaan, komunikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpuasaan kerja, lelah mental, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, kehilangan semangat hidup dan menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.
2. Gejala fisik, meliputi
Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin, gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung), mudah terluka, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit, kepala
(14)
pusing, migrain, kanker, ketegangan otot, problem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur).
3. Gejala perilaku, meliputi
Menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas, penurunan prestasi dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan), kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi seperti berjudi, meningkatnya agresifitas dan kriminalitas, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta kecenderungan bunuh diri.
2.1.1.4. Faktor-faktor penyebab stres
Luthans (dikutip oleh Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, 2003:313)
menyebutkan bahwa penyebab stress (stressor) terdiri atas emapt hal utama,
yakni:
1. Extra organizational stressors, yakni terdiri dari perubahan social teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan
kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam
organisasi.
3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan social, serta adanya konflik intraindividu,
(15)
4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian tipe A, kontrol
personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis. Sedangkan Copper dan Davidson (dikutip oleh Veithzal Rivai & Deddy
Mulyadi, 2003:313) membagi penyebab stress dalam pekerjaan menjadi dua,
yakni:
1. Group stressors, adalah penyebab stress yang berasal dari situasi maupun
keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara
karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun
kurangnya dukungan social dari sesame karyawan di dalam perusahaan.
2. Individual stressor, adalah penyebab stress yang berasal dari dalam diri
individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, control personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat
ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.
Di lain pihak, stress karyawan juga dapat disebabkan oleh masalah-masalah yang
terjadi di luar organisasi. Menurut Veithzal & Ella Jauvani Sagala (2009:1008).
Penyebab-penyebab stress ‘off the job’ misalnya: a. Kekhawatiran financial
b. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
c. Masalah-masalah fisik
d. Masalah-masalah perkawinan (misalnya, perceraian)
e. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
(16)
Indikator stress kerja menurut Cooper (dikutip oleh Veithzal & Deddy
Mulyadi, 2009:314)
1. Kondisi Pekerjaan, meliputi:
a. Beban kerja berlebihan secara kuantitatif
b. Beban kerja berlebihan secara kualitatif
c. Jadwal bekerja
2. Stress karena peran
a. Ketidakjelasan peran
3. Faktor interpersonal
a. Kerjasama antar teman
b. Hubungan dengan pimpinan
4. Perkembangan karier
a. Promosi ke jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya
b. Promosi ke jabatan yang lebih tinggi dari kemampuannya
c. Keamanan pekerjaannya.
5. Struktur organisasi
a. Struktur yang kaku dan tidak bersahabat
b. Pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang
c. Ketidakterlibatan dalam membuat keputusan
6. Tampilan rumah-pekerjaan
a. Mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi b. Kurangnya dukungan dari pasangan hidup
c. Konflik pernikahan
(17)
2.1.2 Motivasi
1.1.2.1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan motor penggerak yang berada dalam diri manusia,
sangat penting untuk terus menerus digerakkan karena dengan motivasi kehidupan
manusia akan lebih baik. Berikut pengertian motivasi menurut beberapa ahli.
Motivasi menurut Robbins, dkk (dikutip oleh J. Winardi, 2001,1) adalah
“Kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan
keorganisasian, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi
kebutuhan individual tertentu”.
Motivasi menurut Veithzal & Ella Jauvani Sagala (2009:837) adalah
“serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai
hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut
merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan”.
Motivasi menurut Bernard Berendoom dan Gary A. Stainer (dikutip oleh
Sedarmayanti, 2009:66) adalah “kondisi mental yang mendorong aktivitas dan
memberi energy yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi
kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan”.
Berdasarkan pengertian motivasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah “dorongan yang berasal dari diri manusia untuk bangkit mencapai
(18)
1.1.2.2. Teori tentang motivasi
1. Teori menurut Frederick Herzberg
Frederick Herzberg, seorang ilmuan behavioral terkenal, mengembangkan
teori higine-motivator. Beliau mengemukakkan sebuah hipotesis yang
menyatakan, bahwa motivator-motivator menyebabkan seseorang beralih dari
suatu keadaan tidak puas ke keadaan puas. Oleh karena itu, teori Herzberg
memprediksi, bahwa para manjer dapat memotivasi individu-individu dengan
jalan “memasukan” motivator-motivatornya ke dalam pekerjaan seorang individu,
yaitu proses yang dinamakan perkayaan pekerjaan (job enrichment). 1. Intrinsik
a. Pekerjaan itu sendiri
b. Peluang untuk maju
c. Pengakuan atau penghargaan
d. Keberhasilan
e. Tanggung jawab
2. Ekstrinsik
a. Gaji
b. Supervisi
c. Kebijakan dan administrasi
d. Hubungan kerja
e. Kondisi kerja
(19)
Herzberg menemukan gejala bahwa ketidakpuasan dengan pekerjaan,
terutama berhubungan dengan faktor-faktor dalam konteks kerja atau lingkungan.
J. Winardi (2001:88).
2. Teori menurut Douglas McGregor
Hasil pemikiran McGregor dituangkan dalam karya tulisnya dengan judul The Human Side of Enterprise.
Kesimpulan dalam karya McGregor ialah pendapatnya yang menyatakan
bahwa para manajer menggolongkan para bawahnnya pada dua kategori
berdasarkan asumsi tertentu. Asumsi pertama ialah bahwa para bawahan tidak menyenangi pekerjaan, pemalas, tidak senang memikul tanggungjawab dan harus dipaksa untuk menghasilkan sesuatu. Para bawahan yang berciri seperti itu dikategorikan sebagai “manusia X” sebaliknya dalam organisasi terdapat pola para karyawan yang senangbekerja, kreatif, menyenangi tanggungjawab dan mampu mengendalikandiri, mereka dikategorikan sebagai “Manusia Y”.
Para manajer akan lebih mungkin berhasil menggerakkan manusia ‘X’ jika menggunakan ‘motivasi negatif’ sedangkan menghadapi para bawahan yang termasuk kategori ‘Y’ motivasi positiflah yang akan lebih efektif. Misalnya, upaya mendorong manusia ‘X’ meningkatkan produktivitasnya adalah berupa imbalan disertai dengan ancaman bahwa jika yang bersangkutan tidak bekerja dengan baik, kepadanya akan dikanakan sanksi organisasi. Sebalikna, jika pujian atau penghargaan akan merupakan ‘senjata yang ampuh’ untuk mndorong manusia ‘Y’ meningkatkan produktivitasnya. Sondang P.Sigian (2009:106).
(20)
3. Teori Harapan oleh Victor Vroom
Teori ini menekankan bahwa kekuatan kecenderungan berprilaku tertentu
tergantung pada kuatnya harapan bahwa, prilaku tersebut akan diikuti oleh
keluaran tertentu dan oleh kuatnya daya tarik keluaran itu bagi orang
bersangkutan. Dalam penerapannya, makna teori ini adalah, bahwa seorang
karyawan akan bersedia untuk melakukan upaya yang lebih besar apabila
diyakininya bahwa upaya itu akan berakibat pada penilaian kinerja yang baik, dan
bahwa penilaian kinerja yang baik akan berakibat pada imbalan yang lebih besar
dari organisasi seperti bonus yang lebih besar, kenaikan gaji dan promosi, dan
kesemuanya itu memungkinkan yang bersangkutan untuk mencapai tujuan-tujuan
pribadinya.
Teori harapan memfokuskan analisisnya pada tiga jenis hubungan, yaitu:
1) Hubungan upaya dengan kinerja. Dimana karyawan mempunyai persepsi, bahwa upaya yang lebih besar berakibat pada kinerja yang memuaskan.
2) Hubungan kinerja dengan imbalan. Hubungan ini menyangkut keyakinan seseorang bahwa, menampilkan kinerja pada tingkat tertentu akan
berakibat pada hasil tertentu yang diinginkan.
3) Hubungan imbalan dengan tujuan pribadi. Yang memungkinkan disini ialah, sejauhmana imbalan yang diterima dari organisasi memuaskan
tujuan dan kebutuhan pribadi dari karyawan, dan seberapa besar daya
tarik imbalan tersebut bagi yang bersangkutan.
Penganut teori harapan menambahkan bahwa teori ini membantu menjelaskan
(21)
bekerja sebatas pemenuhan persyaratan minimal. Karena itu, para manajer perlu
mendorong para bawahannya untuk menjawab tiga pertanyaan secara afirmatif,
jika manajemen menginginkan maksimalisasi motivasi para bawahannya.
Sondang P.Siagian (2009:117).
Harapan yang ingin dicapai karyawan menurut Wursanto, 1990 : 149 (dikutip oleh Retno Damayanti, skripsi, 2005:8) antara lain :
a. upah atau gaji yang sesuai b. keamanan kerja yang terjamin c. kehormatan dan pengakuan d. perlakuan yang adil
e. pimpinan yang cakap, jujur dan berwibawa f. suasana kerja yang menarik
g. jabatan yang menarik
4. Teori Kebutuhan oleh Mc Clelland
David Mc Clelland menganalisis tentang tiga kebutuhan manusia yang
sangat penting di dalam organisasi atau perusahaan tentang motivasi mereka.
1. Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (Need for achievement); kemampuan
untuk mencapai hubungan kepada standar perusahaan yang telah ditentukan
juga perjuangan karyawan untuk mencapai keberhasilan.
2. Kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja (Need for power); kebutuhan
untuk membuat orang berprilaku dalam keadaan yang wajar dan bijaksana di
(22)
3. Kebutuhan untuk berafiliasi (Needs for affiliation); hasrat untuk bersahabat
dan mengenal lebih dekat rekan kerja atau para karyawan di dalam
organisasi.
1.1.3. Produktivitas
1.1.3.1. Pengertian Produktivitas
Konsep dari produktivitas kerja karyawan adalah perbaikan yang
berkelanjutan atau berkesinambungan, hal ini mempengaruhi lama tidaknya
bertahan suatu perusahaan di dunia bisnis global. Maka sangatlah penting untuk
perusahaan memperhatikan produktivitas kerja yang dihasilkan oleh
karyawannya. Berikut ini pengertian-pengertian produktivitas menurut beberapa
ahli.
Produktivitas menurut Paul Mali (dikutip oleh Sedarmayanti, 2009,57)
adalah “Bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa
setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien”.
Greenberg (dikutip oleh Muchdarsyah, 2003:12). Produktivitas dapat
diartikan sebagai “ratio antara hasil karya nyata (output) dalam bentuk barang dan
jasa, dengan masukan (input) yang sebenarnya”.
Produktivitas menurut formulasi National Productivity Board (NPB) Singapore (dikutip oleh Sedarmayanti, 2009:65) adalah “sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan”
Menurut Sugeng Budiono (2003: 263) produktivitas mempunyai pengertian fisiologi, Produktivitas yaitu “sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik kemarin, esok harus
(23)
lebih baik dari hari ini. Pengertian ini mempunyai makna bahwa dalam perusahaan atau pabrik, manajemen harus terus menerus melakukan perbaikan proses produksi, sistem kerja, lingkungan kerja dan lain- lain”.
Berdasarkan pengertian produktivitas diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa produktivitas adalah “memaksimalkan segala sumber daya yang ada untuk
mendapatkan hasil/output yang optimal”.
1.1.3.2. Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja
Rendahnya produktivitas kerja menjadi fokus perhatian pada setiap
perusahaan yang memakai sumber daya manusia sebagai tenaga kerjanya. Hal ini
dilihat dari terjadinya pemborosan sumber daya dan ketidaktercapaian target baik
secara individu maupun kelompok.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menurut Anoraga
(dikutip oleh Tjuju Yuniarsih & Suwatno, 2008:159), yaitu:
1. Pekerjaan yang menarik
2. Upah yang baik
3. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan
4. Penghayatan akan maksud dan makna pekerjaan
5. Lingkungan atau suasana kerja yang baik
6. Promosi dan perkembangan diri merasa sejalan dengan perkembangan
perusahaan/organisasi
7. Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi
(24)
9. Kesetiaan pimpinan pada diri si pekerja
10.Disiplin kerja yang keras
Menurut balai pengembangan produktivitas daerah, ada enam faktor utama
yang menentukan produktivitas tenaga kerja (dikutip oleh Sedarmayanti, 2009:71)
adalah:
1. Sikap kerja, seperti: kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift
work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam
manajemen dan supervise serta keterampilan dalam teknik industry.
3. Hubungan antar tenaga kerja dan pimpinan organisasi dan tenaga
kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran
pengawasan mutu (quality control circle) dan panitia mengenai kerja
unggul.
4. Manajemen produktivitas, yaitu: manajemen yang efisien mengenai
sumber dan system kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.
5. Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan
tugas.
6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko,
kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam
berusaha.
Disamping itu terdapat pula berbagai faktor yang mempengaruhi produktifitas
(25)
1. Motivasi kerja
2. Disiplin kerja
3. Etika kerja
Faktor-faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja menurut Robert
A.Sutermeiter yang dikutip Muchdarsyah Sinungan (2003:16)
1. Kemampuan Kerja
- Keterampilan dalam menyelesaikan pekerjaan
- Penguasaan pekerjaan
- Pemahaman dalam melakukan pekerjaan
2. Motivasi Kerja
- Keinginan untuk melaksanakan pekerjaan
- Kesediaan untuk bekerja sama
- Pemberian motivasi dari pimpinan
3. Hasil Kerja
- Pencapaian hasil kerja
- Kualitas pekerjaan
- Kesesuaian dengan target perusahaan
4. Efektivitas dan Efesiensi
- Ketepatan pekerjaan
- Penghematan sarana kerja
(26)
1.1.3.3.Pengukuran Produktivitas Kerja
Tjuju Yuniarsih & Suwatno, (2008:162) berpendapat bahwa produktivitas dapat diukur dengan dua standar, yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Secara fisik produktivitas diukur secara kuantitatif seperti banyaknya keluaran (panjang, berat, lamanya waktu, jumlah). Sedangkan berdasarkan nilai, produktivitas diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku, disiplin, motivasi, dan komitmen terhadap pekerjaan/tugas. Oleh karena itu mengukur tingkat produktivitas tidaklah mudah, disamping banyaknya variabel, juga ukurannya yang digunakan sangat bervariasi.
Selanjutnya, produktivitas kerja pegawai dapat diukur melalui pendekatan yang pada umumnya memperbandingkan antara output dengan input, Gaspers (dikutip oleh Tjutju Yuniarsih dan Suwatno, 2008:162) menuliskan pengukuran tersebut dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Indeks Produktivitas = Output = Performance = Efektivitas Input Alokasi Sumber Efesiensi
Paul Mali (Nanang Fattah; 1999:16) dikutip kembali oleh Tjuju Yuniarsih & Suwatno, (2008:162) mengatakan bahwa dalam mengukur produktivitas berdasarkan antara efektivitas dan efesiensi. Efektivitas dikaitkan dengan performance, dan efisiensi dikaitkan dengan penggunaan sumber-sumber. Indeks produktivitas diukur berdasarkan perbandingan antara pencapaian performance dengan sumber-sumber yang dialokasikan.
Menurut Tjuju Yuniarsih & Suwatno (2008:163) Efektivitas berkaitan dengan sejauhmana sasaran dapat dicapai atau target dapat direalisasikan,
(27)
sedangkan efisiensi berkaitan dengan bagaimana berbagai sumberdaya dapat digunakan secara benar dan tepat sehingga tidak terjadi pemborosan. Pegawai yang memiliki kemampuan kerja efektif dan efisien, cenderung mampu menunjukkan tingkat produktivitas yang tinggi. Dia merupakan pegawai yang produktif. Bila efektivitas tinggi namun efisiensi rendah, berarti telah terjadi pemborosan, sebaliknya jika efisiensi tinggi namun efektivitas rendah berarti kegiatan tidak tercapai sasaran, hasil yang dicapai lebih rendah dan target. Rendahnya tingkat efektivitas dan efisiensi bisa disebabkan oleh kelalaian dan ketidakmampuan pegawai, atau bisa juga karena kesalahan manajemen.
Manfaat pengukuran produktivitas kerja menurut Gasperesz (dikutip oleh Tjuju Yuniarsih & Suwatno, 2008:64)
1. Organisasi dapat menilai efisiensi konversi penggunaan sumber daya, agar dapat menungkatkan produktivitas.
2. Perencanaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efesiensi melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka panjang maupun jangka pendek.
3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis organisasi dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas yang tepat, dipandang dari sudut produktivitas.
4. Perencanaan target tingkat produksi dimasa mendatang dapat dimodifikasi kembali nerdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang. 5. Strategi unituk meningkatkan produktivitas organisasi dapat ditetapkan
(28)
diantara tingkat produktivitas yang diukur (actual productivity). Dalam hal ini tingkat produktivitas akan memberikan informasi dalam mengindentifikasi masalah atau perubahan yang terjadi sebelum tindakan keorektif kembali.
6. Pengukuran produktifitas menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas antarorganisasi yang sejenis, serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas organisasi pada skala nasional maupun global.
7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan organisasi.
8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya peningkatan produktifitas terus menerus.
1.1.4. Keterkaitan antara stress dan produktivitas kerja
Masalah stres pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres kerja yang terjadi dilingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang karyawan dengan pekerjaannya, karena dampak stres di tempat kerja dapat mempengaruhi kehidupan, kesehatan, produktivitas, dan penghasilan.
Hubungan stres dan produktivitas menurut Greenberg & Baron, Quick & Quick, Robbins (dikutip oleh Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, 2003:317) : “Bagi perusahaan konsekuensi yang timbul akibat stress adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teraleansi, hingga turnover.”
(29)
2.1.5. Keterkaitan antara motivasi dan produktivitas kerja
Unjuk kerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi.
Kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan, keduanya tidak akan
menghasilkan keluaran yang tinggi.
Hubungan motivasi dan produktivitas menurut J. Winardi (2001:V).:
“Motivasi yang meningkat, disertai keterampilan yang tepat, dan sumber-sumber
daya yang tepat, dapat memperbesar produktivitas dan sekaligus efektivitas
produksi”.
2.1.6. Keterkaitan antara stress dan motivasi mempengaruhi produktivitas kerja
Hubungan stress dan motivasi mempengaruhi produktivitas kerja
karyawan menurut Iftikar Z.Sutalaksana (2006:75) : “Ketidakcocokan seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang dihadapinya dapat menimbulkan tekanan (stress) dan rendahnya motivasi untuk bekerja, sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan”.
(30)
Tabel 2.1
PENELITIAN TERDAHULU
No Penulis Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan
1 Dwi Retnasning tyas (2005)
Hubungan Antara Stres Kerja dengan Produktivitas Kerja di Bagian Linting Rokok PT. Gentong Gotri Semarang
Berdasarkan hasil analisis data, didadapatkan besarnya probabilitas yaitu 0,005. Karena probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak, yang artinya ada hubungan antara stres kerja dengan produktivitas tenaga kerja wanita. Didapatkan ρhitung sebesar -0,549 yang artinya ada hubungan yang cukup kuat antara dua variabel. Koefisien korelasi mempunyai tanda negative yang berarti semakin tinggi stres kerja maka produktivitas tenaga kerja semakin rendah. Demikian sebaliknya makin rendah stres kerja, maka produktivitas tenaga kerja semakin tinggi.
1. Indikator Stres Kerja dan Produktivitas 2. Tempat penelitian 3. Populasi dan
sampel
1. Karyawan dengan jenis kelamin wanita 2. Menggunakan
kuesioner dalam pengumpulan data
3. Variabel X dan Y sama
2 Retno Damayanti (2005)
Pengaruh Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan CV. Bening Natural Furniture di Semarang
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Fhitung 16.3258>Ftabel (4.0982) pada taraf kesalahan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh motivasi kerja yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan CV. Bening Natural Firniture di Semarang. Besarnya kontribusi motivasi tersebut terhadap produktivitas kerja sebesar 30.1%
1. Indikator Motivasi Kerja dan
Produktivitas 2. Tempat
penelitian 3. Populasi dan
sampel
1. Menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data
2. Variabel X dan Y sama
(31)
3 Wahyu Nurhadi (2005)
Pengaruh stress kerja dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Aseli Dagadu Djokdja
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengaruh yang signifikan dari stress kerja dan motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan dibuktikan f hitung (59,350) > f table (3,115), ada pengaruh signifikan antara stress kerja terhadap produktivitas kerja karyawan dibuktikan dengan nilai t hitung (7,160) > t table (1,664), ada pengaruh signifikan dari motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan dibuktikan dengan t hitung (5,118) > t table (1,664), dan variable stress kerja sebagai variable yang dominan terhadap produktivitas kerja karyawan dibuktikan dengan koefisien standar (Beta) sebesar 0,548 > koefisien standar (Beta) motivasi kerja sebesar 0,392.
1. Indikator Stres Kerja, Motivasi Kerja dan Produktivitas 2. Tempat
penelitian 3. Populasi dan
sampel
1. Menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data
2. Variabel X1, X2 dan Y sama
(32)
2.2. Kerangka Pemikiran
Setiap manusia pasti mengalami stres, baik stres yang timbul dari lingkungan keluarga maupun stres dari lingkungan kerja atau perusahaan, stres adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan
fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang
karyawan. Stres ada yang bersifat positif dan ada juga yang bersifat negative. Jika
stress yang dialami karyawan adalah stres positif maka stress yang dialaminya
menjadi dorongan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Jika stres
yang dialami karyawan negative maka akan menimbulkan rendahnya dorongan
atau rendahnya semangat yang ada pada diri karyawan untuk melakukan atau
menyelesaikan pekerjaan.
Stres kerja yang dialami oleh karyawan akan sangat berpengaruh kepada
motivasi karyawan itu sendiri dalam melaksanakan dan menyelesaikan
pekerjaannya. karena motivasi adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi
untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu. Jika tidak ada
kesediaan dalam diri pekerja untuk melakukan pekerjaan maka pekerjaan tidak
akan terselesaikan. Bisa jadi hal ini disebabkan stress yang dialami oleh
karyawan.
Karyawan yang stress tidak termotivasi dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya akan menimbulkan masalah bagi perusahaan, akibatnya
produktivitas hasil kerja menurun, barang tidak bisa selesai tepat waktu.
(33)
barang karena produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan
hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara
efisien. Produktivitas juga bisa dikatakan cerminan karyawan dalam bekerja,
karena karyawan dapat mengukur sendiri apakah sudah bekerja maksimal atau
belum.
Stres yang tinggi dan motivasi yang turun dapat mengakibatkan rendahnya
produktivitas kerja karyawan, hal ini sesuai dengan pendapat Iftikar Z.Sutalaksana (2006:75), “Ketidakcocokan seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang dihadapinya dapat menimbulkan tekanan (stress) dan rendahnya motivasi untuk bekerja, sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan”.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan
paradigma mengenai pengaruh stres kerja dan motivasi dampaknya terhadap
produktivitas kerja pada PT. Leading Garment Industries Bandung seperti yang
(34)
Stres Kerja (X1) 1. Kondisi Pekerjaan 2. Stress karena peran 3. Faktor interpersonal 4. Perkembangan karir 5. Struktur organisasi
6. Tampilan rumah-pekerjaan
Cooper
(dikutip oleh Veithzal & Deddy Mulyadi, 2003:314)
Iftikar Z.Sutalaksana
(2006:75)
Motivasi Kerja (X2) 1. Intrinsik
2. Ekstrinsik
Frederick Herzberg
Gambar 2.1 : Paradigma Penelitian
Bagan Kerangka Pemikiran Pengaruh Stres kerja dan Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Jahit pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
Produktivitas Kerja (Y)
1. Produktivitas Fisik
2. Produktivitas Nilai
Tjutju Yuniarsih & Suwatno (2008:158)
Greenberg & Baron, Quick & Quick, Robbins (dikutip oleh Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi,
(35)
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dibutuhkan suatu pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel independent terhadap variabel dependent. Menurut Sugiyono (2000:161) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.”
Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendugaan sementara mengenai hubungan variabel yang akan diuji sebenarnya. Karena sifatnya dugaan, maka hipotesis hendaknya mengandung implikasi yang lebih jelas terhadap pengujian hubungan yang dinyatakan.
Jadi, hipotesis penelitian ini adalah “terdapat pengaruh antara stres kerja dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi jahit Order Men’s Pyjama pada PT. Leading Garment Industries Bandung baik secara parsial maupun secara simultan.
(36)
36 3.1 Objek Penelitian
Dalam suatu penelitian, kadang-kadang mempunyai anggota yang sangat
besar, sehingga melakukan penelitian dengan melibatkan seluruh anggota/objek
yang ada, akan banyak menghadapi masalah. Oleh sebab itu akan lebih efektif dan
efisien jika objek penelitian kedalam sub-sub objek penelitian yang anggotanya
lebih sedikit, namun perlu diperhatikan bahwa sub-sub objek tersebut masih
memiliki sifat dan karakteristik dari objek penelitian sebelumnya. Sedarmayanti &
Syarifudin Hidayat (2002:121).
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah stress kerja dan motivasi
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan produksi jahit order Men’s Pyjama
pada PT. Leading Garment Industries Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
metode verifikatif.
Menurut Nazir (2005:54), Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
(37)
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Metode verifikatif Menurut Sugiyono (2001:16), adalah metode yang digunakan untuk memilih metode penelitian, menyusun instrument penelitian, mengumpulkan data dan menganalisanya.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.
Menurut Sugiyono (2008:13) proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori sebagai berikut:
1. Sumber masalah
Peneliti melakukan survey awal untuk menentukan fenomena yang terjadi untuk dijadikan sebagai sumber masalah sebagai dasar penelitian.
Sumber masalah yang terjadi di PT.Leading Garment Industries adalah output yang dihasilkan oleh karyawan produksi jahit tidak sesuai dengan output standar target yang telah ditentukan oleh perusahaan (produktivitas kerja menurun).
2. Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik
(38)
jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah dalam penelitian ini telah disebutkan dalam latar belakang penelitian dan diperinci dalam identifikasi masalah dan perumusan masalah. Masalah-masalah atau fenomena yang terjadi, nantinya akan dibahas pada bab IV pada saat penyusunan skripsi.
Merumuskan masalah penyebab terjadinya ketidaktercapaian output atau tidak maksimalnya produktivitas kerja karyawan PT. Leading Garment Industries dengan melakukan penelitian awal, didapat stres kerja dan motivasi sebagai variabel X (variabel yang mempengaruhi) dan produktivitas kerja sebagai variabel Y (variabel yang dipengaruhi).
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berpikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
Penulis mempelajari sejumlah buku dan jurnal yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kemudian menuangkannya kedalam tulisan sebagai sumber untuk memperkuat penelitian yang dilakukan oleh penulis pada PT. Leading Garment Industries.
(39)
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.
Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah analisis stress kerja dan motivasi dampaknya terhadap produktivitas kerja karyawan bagian operator jahit pada PT. Leading Garment Bandung (studi kasus pada ruang jahit order Men’s Pyjama).
5. Metode penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian kali ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan metode kuantitatif.
6. Menyusun instrument penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh
(40)
mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian mengenai:
1. Stres kerja yang dialami oleh karyawan produksi jahit yang diperoleh dari data kuisioner yang akan diisi oleh karyawan produksi bagian jahit PT. Leading Garment Industries.
2. Motivasi kerja karyawan produksi bagian jahit menggunakan data kuisioner yang akan diisi oleh karyawan produksi bagian jahit PT. Leading Garment Industries.
3. Produktivitas kerja karyawan menggunakan kuesioner dan data hasil output yang diperoleh dari bagian pengolahan data output PT.Leading Garment Industries.
Selanjutnya penulis mulai menggunakan MSI (Method Succesive Interval) untuk menaikan skala ordinal menjadi interval, regresi linier sederhana untuk membuktikan sejauh mana dampak yang diperlihatkan antara stres kerja dan motivasi dampaknya terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi jahit pada PT. Leading Garment Industries. Korelasi Pearson Product Moment untuk meneliti erat tidaknya pengaruh stress kerja dan motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi jahit pada PT. Leading Garment Industries, koefisien determinasi untuk menilai besarnya pengaruh stress kerja dan motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan
(41)
bagian jahit pada PT. Leading Garment Industries dan t hitung untuk menguji tingkat signifikan.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
3.2.2. Operasionalisasi Variabel
Variabel Independen (X) atau variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi.
Variabel Dependen (Y) atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dikutip dari skripsi Teti Suhaeti (2006:35).
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi yaitu stress (X1), dan motivasi (X2).
2. Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi yaitu Produktivitas kerja (Y).
(42)
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala No
Kuesioner
Sumber Data Stres
Kerja (X1)
Suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbang an fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan. Veithzal & Ella Jauvani Sagala (2009:1008)
1. Kondisi Pekerjaan
2. Stress karena peran 3. Faktor interpersonal 4. Perkembangan karier 5. Struktur organisasi 6. Tampilan rumah-pekerjaan
a.Beban kerja berlebihan secara kuantitatif b.Beban kerja berlebihan
secara kualitatif c.Jadwal bekerja a.Ketidakjelasan peran
a.Kerjasama antar teman b.Hubungan dengan
pimpinan
a.Promosi ke jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya b.Promosi ke jabatan
yang lebih tinggi dari kemampuannya c.Keamanan
pekerjaannya.
a.Struktur yang kaku dan tidak bersahabat b.Pengawasan dan
pelatihan yang tidak seimbang
c.Ketidakterlibatan dalam membuat keputusan
a.Mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi b.Kurangnya dukungan
dari pasangan hidup c.Konflik pernikahan d.Stress karena memiliki
dua pekerjaan
Ordinal 1 - 3
4
5 – 6
7 – 9
10 – 12
13 – 16
Karyawan bagian produksi jahit PT Leading Garment Industries Bandung
(43)
Motivasi (X2)
Kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu.
Robbins, dkk (dikutip oleh J. Winardi, 2001,1)
1. Intrinsik
2. Ektrinsik
a. Pekerjaan itu sendiri b. Peluang untuk maju c. Pengakuan atau
penghargaan d. Keberhasilan e. Tanggung jawab a. Gaji
b. Supervisi
c. Kebijakan dan administrasi d. Hubungan kerja e. Kondisi kerja f. Lingkungan kerja
Ordinal
1 - 5
6 - 11
Karyawan bagian produksi jahit PT Leading Garment Industries Bandung Produktivitas Kerja (Y) Bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien Paul Mali (dikutip oleh Sedarmayanti, 2009,57) 1. Produktivitas fisik 2. Produktivitas Nilai
a. Kuantitas produk yang dihasilkan b. Kualitas produk
yang dihasilkan a. Kemampuan dalam
menguasai pekerjaan
b. Sikap kerjasama dalam tim
c. Perilaku yang baik terhadap rekan kerja dan pimpinan d. Disiplin kerja e. Tingkat komitmen
yang tinggi terhadap pekerjaan
Ordinal
1 - 2
3 - 7
Karyawan bagian produksi jahit PT Leading Garment Industries Bandung
(44)
3.2.3. Sumber dan Teknik Penentuan Data 2.2.3.1Sumber Data
Menurut Sugiyono (2002:7) jenis data dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua hal utama yaitu:
1. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. 2. Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Sedangkan untuk sumber data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari sumber-sumber pertama baik dari individu maupun dari kelompok. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Dikutip dari skripsi Teti Suhaeti (2006:40).
Data sekunder dari penelitian ini penulis dapatkan dari data perusahaan, mempelajari buku-buku yang berhubungan dan laporan-laporan ilmiah terdahulu.
2.2.3.2Teknik Penentuan Data 1. Populasi
Menurut Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat (2002:121), Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Pengertian lain dari populasi adalah keseluruhan atau totalitas objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu. Yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah karyawan produksi bagian jahit yang mengerjakan order Men’s Pyjama pada PT. Leading Garment Industries Bandung yang berjumlah 120 orang .
(45)
2. Sampel Sensus
Sampel menurut Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat (2002:124) adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sensus yaitu semua karyawan produksi jahit yang mengerjakan order Men’s Pyjama, karena studi kasus penelitian lebih difokuskan pada kayawan jahit order Men’s Pyjama, dengan jumlah karyawan 120orang.
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada beberapa jenis pengumpulan yang digunakan penulis yaitu:
1. Wawancara, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada responden, dalam hal ini kepada karyawan bagian jahit order Men’s Pyjama.
2. Observasi, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan terhadap data yang ditemukan di lapangan. 3. Kuesioner, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara menyebarkan lembar pertanyaan kepada responden, dalam hal ini kepada karyawan bagian jahit.
Menurut Sugiyono (2006:87), teknik pengolahan data hasil kuesioner menggunakan skala likert dimana alternatif jawaban nilai positif 5 sampai dengan 1. Pemberian skor dilakukan atas jawaban responden kemudian diberi skor dengan menggunakan skala likert, seperti pada tabel berikut ini:
(46)
Tabel 3.2
Penentuan Skor Jawaban Kuesioner
Jawaban Bobot Nilai
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-Ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Sumber : Sugiyono (2006:87)
3.2.4.1. Uji MSI
Untuk memenuhi syarat data yang digunakan terhadap data yang diperoleh dari kuisioner dengan skala pengukuran ordinal terlebih dahulu ditransformasikan menjadi skala pengukuran interval menggunakan Method of Successive Interval (MSI).
Adapun untuk melakukan transformasi data melalui Method of Successive Interval (MSI) dengan langkah kerja sebagai berikut (Harun Al-Rasyid ; 2003) :
1. Ambil data ordinal hasil kuesioner. Untuk setiap butir pernyataan tentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.
2. Setiap frekuensi dibagi banyak responden dan hasilnya disebut proporsi (P). Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi komulatifnya.
3. Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap responden sehingga diperoleh proporsi kumulatif (pk).
Pk1 = 0 + P1 Pk2 = P1 + Pk1 Pk3 = Pk1 + Pk2
(47)
4. Tentukan nilai batas untuk Z pada setiap pilihan jawaban. (Untuk data n>30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal).
5. Untuk setiap nilai Z tentukan niali Density dengan rumus :
1 ½Z2
Fd = e
2π
6. Menghitung scale value (SV) untuk masing-masing responden dengan rumus:
(Density at Lower Limit) – (Density at Upper Limit)
SVi =
(Area Under Upper Limit) - (Area Under Lower Limit)
Dimana:
Density at Lower Limit = Kepadatan batas bawah Density at Upper Limit = Kepadatan batas atas
Area Under Upper Limit = Daerah di bawah batas atas Area Under Lower limit = Daerah di bawah batas bawah
7. Merubah scale (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh transformed scale value (TSV).
Nilai Transformasi = Nilai Skala +
I
Nilai Skala MinimumI
+ 13.2.4.2. Uji Validitas
Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk
(48)
digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian. (Umi Narimawati, Dewi Anggadini, Linna Ismawati, 2010:41).
Menurut Sugiyono (2006:149) “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”
Menurut Husein Umar (2002:104) langkah-langkah pengujian validitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur 2. Melakukan uji coba alat pengukur tersebut pada sejumlah responden 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing-masing pernyataan dengan skor total.
Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut:
Keterangan:
r = Koefisien korelasi pearson X = Skor item pertanyaan Y = Skor total item pertanyaan
N = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument
(Σ
X)
( Σ
Y)
r =
Σ
xy
-
N
(Σ
X)
2( Σ
Y)
2Σ
X2-
Σ
Y2-
(49)
Apabila r lebih besar atau sama dengan 0,30, maka item tersebut dinyatakan valid. Hal ini berarti, instrumen penelitian tersebut memiliki derajat ketepatan dalam mengukur variabel penelitian, dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. tetapi apabila rs lebih kecil dari 0,30, maka item tersebut dinyatakan tidak valid, dan tidak akan diikutsertakan dalam pengujian hipotesis berikutnya atau instrumen tersebut dihilangkan dari pengukuran variabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dengan menelaah nilai Pearson correlation. Setelah ditemukan bahwa pernyataan-pernyataan (butir) yang digunakan penelitian ini valid, maka selanjutnya pernyataan yang dinyatakan valid diuji reliabilitasnya.
3.2.4.3. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas yaitu untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Masri Singarimbun (1995:140).
Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan data. Dengan diperolehnya nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua belahan instrument. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap-ganjil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
(50)
1. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok II dan kelompok II.
2. Skor untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II.
3. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II. 4. Korelasikan skor total kelompok I total kelompok II
2 r b 1 + r b
5. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
r 1 = reliabilitas internal seluruh item
r b = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua.
Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7.
Tabel 3.3
Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas
Criteria Reliability Validity
Good 0,80 0,50
Acceptable 0,70 0,30
Marginal 0,60 0,20
Poor 0,50 0,10
(51)
3.2.4.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan data yang terkumpul, diperoleh hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner masing-masing variabel sebagai berikut.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Penelitian
Variabel Nomor Item Indeks
Validitas Keterangan
Koefisien Reliabilitas
Stress Kerja Item 1 0,593 Valid 0,954
Item 2 0,575 Valid
Item 3 0,613 Valid
Item 4 0,604 Valid
Item 5 0,589 Valid
Item 6 0,685 Valid
Item 7 0,638 Valid
Item 8 0,721 Valid
Item 9 0,658 Valid
Item 10 0,709 Valid
Item 11 0,667 Valid
Item 12 0,718 Valid
Item 13 0,686 Valid
Item 14 0,550 Valid
Item 15 0,599 Valid
Item 16 0,581 Valid
Motivasi kerja Item 1 0,672 Valid 0,841
Item 2 0,686 Valid
Item 3 0,612 Valid
Item 4 0,637 Valid
Item 5 0,585 Valid
Item 6 0,606 Valid
Item 7 0,688 Valid
Item 8 0,674 Valid
Item 9 0,680 Valid
Item 10 0,577 Valid
Item 11 0,709 Valid
Produktivitas Item 1 0,763 Valid 0,867
Kerja Item 2 0,687 Valid
Item 3 0,756 Valid
Item 4 0,751 Valid
Item 5 0,686 Valid
Item 6 0,736 Valid
(52)
Indeks validitas pada variabel stress kerja berkisar antara 0,550 hingga 0,721, artinya semua item pernyataan pada variabel stress kerja valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,954. Kemudian indeks validitas pada variabel motivasi kerja berkisar antara 0,577 hingga 0,688, artinya semua item pernyataan pada variabel motivasi kerja valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,841. Terakhir indeks validitas pada variabel produktivitas kerja berkisar antara 0,686 hingga 0,763, artinya semua item pernyataan pada variabel produktivitas kerja valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,867.
3.2.5. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis
Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan carara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode deskriftif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif).
1. Analisis Deskriptif atau Kualitatif
Penelitian deskriftif digunakan untuk menggambarkan bagaimana stres kerja, motivasi kerja dan produktivitas kerja karyawan bagian jahit pada PT. Leading Garment Industries.
(53)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternative jawaban yang menggambarkan peringkat jawaban. 2. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari
seluruh indicator variabel untuk semua jawaban responden.
3. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor. 4. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistic
deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.
5. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang criteria penilaian sebagai berikut :
Skor aktual
X 100% Skor ideal
Skor aktual adalah jawab seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan.
Skor Ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.
Penjelasan bobot nilai skor aktual dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Presentase Tanggapan Responden
No % Jumlah Skor Kriteria
1 20.00% - 36.00% Tidak Baik 2 36.01% - 52.00% Kurang Baik 3 52.01% - 68.00% Cukup 4 68.01% - 84.00% Baik
5 84.01% - 100% Sangat Baik (Sumber: Umi Narimawati, 2007:85)
(54)
2. Analisis Verifikatif (Kuantitatif)
Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Terlebih dahulu dilakukan tabulasi dan memberikan nilai sesuai dengan system yang ditetapkan. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal. Untuk teknik perhitungan data kuesioner yang telah diisi oleh responden digunakan skala likert dengan langkah-langkah : yaitu, memberikan nilai pembobotan 5-4-3-2-1 untuk jenis pertanyaan positif.
Keseluruhan nilai atau skor yang didapat lalu dianalisis dengan cara:
a. Mengolah setiap jawaban dan pertanyaan dari kuesioner yang disebarkan untuk dihitung frekuensi dan persentasenya.
b. Nilai yang diperoleh merupakan indicator untuk pasangan variabel independen (X) yaitu X1, X2, ….Xn dan variabel dependen (Y) sebagai berikut (X1,Y), (X2,Y),….(Xn,Y) dan asumsikan sebagai hubungan linear. c. Menentukan skala atau bobot dari masing-masing alternative jawaban seperti
diuraikan diatas. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala pengukurannya menjadi skala interval melalui “Methode of Successive Interval” (hays, 1969:39).
(55)
1. Analisis Regresi
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisa pengaruh beberapa variabel bebas atau independen variabel (X) terhadap satu variabel tidak bebas atau dependen variabel (Y) secara bersama-sama.
Persamaan Regresi Linier Berganda adalah:
Dimana :
Y = variabel dependen X1, X2 = variabel independen
Α = konstanta
β 1, β 2 = koefisien masing-masing faktor
Dalam hubungan dengan penelitian ini, variabel independen adalah stress krerja (X1) dan Motivasi kerja (X2), sedangkan variabel dependen adalah produktivitas kerja (Y), sehingga persamaan regresi berganda estimasinya:
Y = α + β1X1+ β 2X2 + e Dimana:
Y = Produktivitas kerja
α = Konstanta dari persamaan regresi
β1 = Koefisien regresi dari variable X1
β2= Koefisien regresi dari variable X2 X1= Stress kerja
X2= Motivasi kerja
(56)
2. Analisis Korelasi
Menurut (Sugiyono,2009:183), pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel x dan y, dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi Pearson dengan rumus :
Keterangan:
r = Nilai Korelasi Pearson
X
= Jumlah Hasil Pengamatan Variabel X
Y
= Jumlah Hasil Pengamatan Variabel Y
XY
= Jumlah dari Hasil Kali Pengamatan Variabel X dan Variabel Y n
X
= Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel X yang Telah Dikuadratkan
n Y
= Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel Y yang Telah Dikuadratkan Untuk menginterpretasikan keeratan hubungan, digunakan pedoman seperti yang tertera pada tabel 3.5 berikut ini
Tabel 3.6
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Keeratan 0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2009:184)
2 2
2 2
) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( ) ( yi yi n Xi Xi n y Xi XiYi n r
(57)
3. Analisis Determinasi
Persentase peranan semua variable bebas atas nilai variable bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variable terikat. Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/SPSS atau secara manual didapat dari R2 = SSreg/SStot. Dalam hal ini ada dua analisis koefisien yang dilakukan yaitu analisis koefisien determinasi berganda dan analisis koefisien determinasi parsial dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Analisis Koefisien Determinasi Berganda
Digunakan untuk mengetahu seberapa besar persentase variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y (Pengaruh Stress kerja dan Motivasi terhadap Produktivitas kerja) secara simultan maka penulis akan menggunakan analisis koefisien determinasi yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu:
% 100
2 x r
Kd
Dimana :
d : Koefisien Determinasi
(58)
2) Analisis Koefisien Determinasi Parsial
Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel X1 dan Variabel X2 terhadap Y (Pengaruh Stress kerja dan Motivasi Terhadap produktivitas kerja) secara parsial.
Rumus Koefisien determinasinya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Beta = Nilai standardized coefficients
Zero order = Korelasi variabel bebas dengan variabel terikat
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis
Hipotesis didefinisikan sebagai dugaan atas jawaban sementara mengenai sesuatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris, untuk mengetahui apakah pernyataan itu dapat diterima atau tidak. Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah seberapa besar pengaruh Stress kerja (X1) dan motivasi (X2) terhadap produktivitas kerja (Y). Pengujian hipotesis dilakukan melalui dua tahap, yaitu pengujian hipotesis secara simultan dan parsial.
(59)
1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji – t) Pengujian Secara Parsial
Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :
a. Rumus uji t yang digunakan adalah :
i i
bi t
s
Hasilnya dibandingkan dengan tabel t untuk derajat bebas n-k-1 dengan taraf signifikansi 5%.
b. Hipotesis
H0. 1 = 0, Stress kerja tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan bagian jahit pada PT. Leading Garment Industries.
H1.1 ≠ 0, Stress kerja berpengaruh produktivitas kerja karyawan bagian jahit pada PT. Leading Garment Industries..
Ho.2 = 0, Motivasi tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan bagian jahit pada PT. Leading Garment Industries.
H1.2≠ 0, Motivasi berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan bagian jahit pada PT. Leading Garment Industries.
(1)
108
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis pengaruh
stress kerja dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada bagian
produksi jahit order men’s pyjama di PT. Leading Garment Industries Bandung,
maka pada bagian akhir dari penelitian ini penulis menarik kesimpulan, sekaligus
memberikan saran sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar karyawan pada bagian produksi jahit order men’s pyjama
di PT. Leading Garment Industries Bandung merasakan stress kerja yang
tinggi. Stress kerja yang dirasakan karyawan karena kondisi pekerjaan dan
peran dalam perusahaan tinggi, kemudian stress kerja yang dirasakan
karyawan karena faktor interpersonal, karena perkembangan karir, karena
struktur organisasi dan karena masalah dalam keluarga juga termasuk
tinggi.
2. Pada umumnya karyawan pada bagian produksi jahit order men’s pyjama
di PT. Leading Garment Industries Bandung memiliki motivasi kerja yang
cukup tinggi. Motivasi kerja karyawan pada faktor intrinsik cukup tinggi,
demikian juga motivasi kerja karyawan pada faktor ekstrinsik cukup
tinggi.
3. Pada umumnya karyawan pada bagian produksi jahit order men’s pyjama
(2)
109
cukup tinggi. Produktivitas fisik dan produktivitas nilai menyangkut
proses dalam menyelesaikan pekerjaan masih cukup tinggi.
4. Secara parsial stress kerja karyawan pada bagian produksi jahit order
men’s pyjama di PT. Leading Garment Industries Bandung memberikan
kontribusi/pengaruh sebesar 21,7% terhadap produktivitas kerja. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa stress kerja secara parsial memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pada
bagian produksi jahit order men’s pyjama di PT. Leading Garment
Industries Bandung.
5. Kemudian secara parsial motivasi kerja memberikan kontribusi/pengaruh
sebesar 31,4% terhadap produktivitas kerja karyawan pada bagian
produksi jahit order men’s pyjama di PT. Leading Garment Industries
Bandung. Hasil pengujian menunjukkan bahwa motivasi kerja secara
parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja
karyawan pada bagian produksi jahit order men’s pyjama di PT. Leading
Garment Industries Bandung.
6. Secara bersama-sama (simultan) stress kerja dan motivasi kerja memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 53,1% terhadap produktivitas kerja karyawan pada bagian produksi jahit order men’s pyjama di PT. Leading Garment Industries Bandung. Hasil pengujian menunjukkan bahwa stress kerja dan motivasi kerja secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pada bagian produksi jahit order men’s pyjama di PT. Leading Garment Industries Bandung.
(3)
5.2 Saran
1. Berdasarkan hasil analisa penelitian, stress kerja yang dialami oleh
karyawan yang mengerjakan order men’s pyjama pada PT.Leading
Garment Industries tinggi. Dari indicator kondisi pekerjaan pada butir
pertanyaan kuesioner yang paling tinggi stress kerja yang dialami
karyawan diperoleh pada butir pertanyaan beban kerja berlebihan secara
kuantitatif yaitu sebesar 82% hal ini dikarenakan terlalu tingginya standar
target yang ditetapkan oleh perusahaan, sehingga tidak dapat dicapai oleh
karyawan. Sebaiknya perusahaan mengevaluasi hasil target yang diperoleh
oleh karyawan untuk kemudian di jadikan pembanding dengan standar
yang telah ditetapkan mana yang akan dipakai untuk patokan standar
target dimasa yang akan datang.
2. Berdasarkan hasil analisa penelitian, motivasi karyawan yang dialami oleh
karyawan yang mengerjakan order men’s pyjama pada PT.Leading
Garment Industries cukup. Dari pertanyaan keberhasilan dalam melakukan
pekerjaan kurang memotivasi karyawan hasil yang didapat dari kuesioner
hanya sebesar 55.8%, hal ini dikarenakan sebagian karyawan merasa tidak
cukup berhasil dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebaiknya perusahaan
memberikan pelatihan untuk lebih meningkatkan keahlian dan kemampuan
karyawan operator jahit agar kemampuan dan keahlian karyawan
bertambah sehingga karyawan lebih termotivasi lagi dalam menyelesaikan
(4)
111
3. Berdasarkan hasil analisa penelitian mengenai produktivitas kerja
karyawan pada indicator produktivitas fisik pada pertanyaan kuantitas
produk yang dihasilkan didapat 60.3%, produktivitas fisik dinyatakan
kurang, hal ini disebabkan oleh stres yang dialami oleh karyawan karena
beban kerja yang berlebih. Sebaiknya manajemen harus memperhatikan
hasil produktivitas dan apa yang mempengaruhi hasil produktivitas
tersebut setiap hari sehingga dapat dicari solusi untuk meningkatkan
(5)
Kerja Edisi 2.
Dwi Retnaningtyas. 2005. Hubungan Antara stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja di Bagian Linting Rokok PT Gentong Gotri semarang. Semarang. Jurnal.
Umar Husein. 2005. Riset Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Iftikar Z. Sutalaksana. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung. ITB
J. winardi. 2001. Motivasi dan Pemotivaian dalam Manajemen. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Jacinta F. 2002. Stres Kerja. www.e-psikologi.com/masalah/stres.
Malayu S.P. Hasibuan. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Moh.Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Retno Damayanti. 2005. Pengaruh Motivasi Kerja Karyawan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan CV Bening Natural Furniture di Semarang. Semarang. UNNES
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung : CV. Mandar Maju
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung. Mandar Maju
Sugiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Sondang P. Siagian. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta. PT Rineka Cipta
Tjutju Yuniarsih dan Suwatno. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Alfabeta
Teti Suherti. 2006. Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Terhadap Pengembangan Karier Pada PT. Lion Superindo Area Jawa barat. Bandung. UNIKOM
(6)
Umi Narimawati, Dewi Anggadini dan Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta. Genesis
Pandji Anoraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Veithzal Rivai dan Jauvani Sagala. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.