Melawan Perkembangan Korupsi Proses Pembelajaran

Pendidikan Agama Buddha 321 uang banyak. Pinjam uang begitu mudah dilakukan tanpa berpikir panjang bagaimana mengembalikannya, apalagi kalau uang pinjaman itu dipergunakan untuk berfofa-foya. Bukannya bersakit-sakit kerja keras dahulu, bersenang- senang kemudian; tetapi dibalik bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kalau membayar atau ditagih utang, akhirnya korupsi menjadi jalan pilihan buat bersenang-senang. Selain bersumber pada diri sendiri, lingkungan juga mempunyai andil yang sangat besar dalam pembentukan karakteristik seorang manusia. Lingkungan yang buruk banyak yang korupsi akan menarik jatuh seseorang ke jurang kejahatan. Lingkungan buruk yang dimaksudkan di sini terutama ditekankan pada pergaulan dengan teman-teman yang kurang baik, mungkin saja bisa memengaruhi seseorang menjadi buruk juga, walaupun pada akhirnya kembali kepada dirinya sendiri. Biasanya banyak yang terpengaruh oleh lingkungan, jadi berhati-hatilah dan selalu bijaksana. Selain itu, hal-hal lain yang dapat menyebabkan timbulnya korupsi, adalah lemahnya sistem moral pelakunya, tuntutan hidup yang tidak realistis, adanya peluangkesempatan, lemahnya penegakan hukum, dan lain-lain.

4. Melawan Perkembangan Korupsi

Tantangan kita dalam kehidupan beragama ialah melaksanakan fungsi dan peran agama secara benar, mengembangkan keyakinan dan menyosialisasikan ajaran agama kepada pemeluknya serta mengaktualisasikan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Ayo Mengomunikasikan Presentasikan hasil analisis dan diskusi di depan kelas, serta melaporkannya secara tertulis tentang bukti-bukti masih adanya tindak korupsi di masyakatnegara kita dan bagaimana cara mengatasinya 322 Kelas XII Semester 1 Korupsi termasuk tindakan yang membawa kemerosotan moral. Buddha bersabda dalam Dhammapada ayat 7: “Seseorang yang hidupnya ditujukan pada hal-hal yang menyenangkan, indrianya tidak terkendali, makannya tidak mengenal batas. malas, serta tidak bersemangat. Maka akan mengusai dirinya, bagaikan angin menumbangkan pohon yang lapuk.” Korupsi menjadi penyakit yang sulit disembuhkan karena kondisi mental yang memprihatinkan. Seseorang yang tidak mampu menegakkan kedisiplinan moral mudah sekali di pengaruhi oleh tuntutan-tuntutan duniawi. sumber:https:www.google.comsearch?q=gambar+kasus+korupsiespv= Gambar 8.6 Imbauan Anti Korupsi https:www.google.comsearch?q=gambar+kasus+korupsiespv= Gambar 8.7 Imbauan Anti Korupsi Pendidikan Agama Buddha 323 Untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut tentu harus bekerja untuk mencari uang agar bisa terpenuhi tuntutan tersebut. Dalam Kitab Angutara Nikaya V.4:41 Sang Buddha bersabda: “Kekayaan diperoleh dengan bekerja dengan giat, dikumpulkan dengan tangan dan cucuran keringat sendiri secara halal, berguna untuk mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan dirinya sendiri, untuk memelihara dan membuat orang tuanya bahagia; demikian membahagiakan para karyawan dan anak buahnya.” Salah satu Aturan- moralitas Buddhis sila dalam Lima Aturan- moralitas Buddhis Panca- sila yang perlu dihindari oleh umat Buddha adalah menahan diri dari mengambil barang-barang yang tidak diberikan pemiliknya. Mengambil barang-barang yang tidak diberikan pemiliknya termasuk antara lain: mencuri, merampok, atau pun korupsi. Korupsi bisa dikatakan melanggar Aturan- moralitas Buddhis sila ke dua Lima Aturan-moralitas Buddhis panca-sila, dikarenakan memenuhi syarat-syarat pelanggaran sila ke-2, adanya subjek pelaku, keinginan mencuri, objek negara, perusahaan, masyarakat, dan sebagainya dan kejadian nyata perpindahan kepemilikan hasil yang diambil. Dalam kitab Dhananjani Sutta, Buddha menganjurkan kepada Brahmana Dhananjani agar tidak melakukan perbuatan yang buruk dengan tujuan yang baik. Brahmana Dhananjani memeras, mencuri atas nama Raja untuk mencukupi kebutuhan anak-anak, istri dan orang tuanya. Buddha mengajarkan agar melakukan perbuatan yang baik dengan tujuan yang baik. Korupsi termasuk melanggar Aturan-moralitas Buddhis sila ke dua- -mengambil barang yang tidak diberikan pemiliknya— dan akan mengkondisikan seseorang melanggar Aturan-moralitas Buddhis sila ke-4 buddhis menahan diri dari ucapan yang tidak benar atau berbohong dikarenakan ketika seseorang melakukan korupsi, ia telah ‘mencuri’ dan akan mengondisikannya berbohong untuk menyembunyikan perbuatannya. Sumber:https:www.google.comsearch?q=gambar+kasus+korupsiespv= Gambar 8.8 Spanduk Berani Jujur Hebat di Gedung KPK 324 Kelas XII Semester 1 Di dalam Anguttara Nikaya IV: 285, Buddha menjelaskan 4 macam hal- hal yang berguna pada saat sekarang, yang intinya menganjurkan seseorang untuk rajin dan bersemangat dalam mencari nafkah dengan cara yang benar, dengan pergaulan yang baik sehingga ia tidak mudah terjerumus ke lingkungan yang buruk. Dengan sikap hidup yang penuh semangat dan rajin, tentunya seseorang tidak akan mudah untuk melakukan tindakan korupsi. Selain sikap hidup yang rajin dan bersemangat, seseorang juga dituntut mempunyai rasa malu untuk berbuat jahat Hiri dan rasa takut akan akibat perbuatan jahat Otapa. Dengan memiliki rasa malu dan rasa takut untuk berbuat yang tidak baik, seseorang akan berpikir dua kali untuk melakukan tindakan yang buruk—korupsi. Untuk menjaga pikiran yang penuh dengan keserakahan, perlu dikembangkan kebijaksanaan diri sehingga seseorang tidak mudah gegabah dan salah dalam bertindak. Buddha menjelaskan dalam Majjhima Nikaya 117, bahwa mata pencaharian akan menjadi tidak benar ketika mata pencahariannya dimanfaatkan untuk: 1. Menipu kuhana, 2. Membual lapana, 3. Memeras nemittakata, 4. Menggelapkan nippesikata, 5. Merampok agar mendapat hasil yang banyak labha Korupsi bisa dikatakan telah memenuhi kelima hal tersebut di atas, sehingga perbuatan yang dilakukannya tersebut bisa jadi akan mencemarkan profesi yang ditekuninya dan mungkin berakibat ketidakpercayaan orang- orang terhadap profesi tersebut. Untuk itu, hendaknya kita dalam mencari kekayaan dengan cara menghindari kelima hal yang tidak baik seperti tersebut di atas. Dengan kata lain hendaknya kita dalam mencari dan mengumpulkan kekayaan dengan menggunakan cara-cara yang benar sesuai dengan ajaran Buddha. Selain dari dalam diri sendiri, yang perlu dikembangkan untuk menahan laju perkembangan korupsi adalah dengan memberikan pandangan yang benar kepada orang lain dan membuat interaksi yang positif dimulai dari diri sendiri. Dengan demikian akan terbentuk lingkungan yang kondusif yang bebas dari sikap hidup korupsi, sehingga akan meningkatkan rasa malu dan rasa takut dalam berbuat korupsi. Pendidikan Agama Buddha 325 Pertemuan ketiga ini membahas Akibat dan Cara Mengatasi Korupsi