Kriteria Baku Mutu Air Parameter Kualitas Air

Menurut Daryanto 1995, biasanya air limbah dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : 1. Air limbah rumah tangga Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari perumahan dan daerah perdagangan, sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah perkantoran atau lembaga serta fasilitas rekreasi. Air limbah rumah tangga dapat dibedakan atas air limbah rumah tangga dari : a Daerah pemukiman penduduk b Daerah perdaganganpasartempat usahahotel dan lain- lain c Daerah kelembagaan kantor-kantor pemerintahan dan swasta d Daerah rekreasi 2. Air limbah industri Jumlah aliran limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. 3. Air limbah rembesan dan tambahan Apabila turun hujan di suatu daerah, maka air yang turun secara cepat akan mengalir masuk ke dalam saluran pengering atau saluran air hujan. Apabila saluran ini tidak mampu menampungnya, maka limpahan air hujan akan digabung dengan saluran air limbah, dengan demikian akan merupakan tambahan yang sangat besar.

2.4. Kriteria Baku Mutu Air

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhuk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Baku mutu air digunakan sebagai tolak ukur terjadinya pencemaran air. Selain itu dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengendalikan kegiatan yang membuang air limbahnya ke sungai agar memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan sehingga kualitas air tetap terjaga pada kondisi alamiahnya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air digolongkan menjadi 4 empat kelas dimana pembagian kelas ini didasarkan pada tingkatan baiknya mutu air dan kemungkinan kegunaannya bagi suatu peruntukkan designated beneficial water uses. Klasifikasi mutu air tersebut yaitu: 1. Kelas Satu : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2. Kelas Dua : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasaranasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut. 3. Kelas Tiga : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut. 4. Kelas Empat : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut

2.5. Parameter Kualitas Air

 Temperatur Menurut Effendi 2003, suhu dari suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang latitute, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman. Kenaikan temperature atau suhu di dalam badan air, dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut DO atau Dissolved Oxygen air. Suriawira, 2005. Menurut Kristanto 2002, Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut: 1 Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air, 2 Meningkatkan kecepatan reaksi kimia, 3 Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya, 4 Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.  Total Suspended Solid TSS Total Suspended Solid merupakan zat-zat padat yang ada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid partikel koloid, partikel tersuspensi biasa partikel tersuspensi. Total Suspended Solid TSS yaitu jumlah berat dalam mgl kering lumpur yang berada dalam air limbah setelah mengalami proses penyaringan dengan membrane ukuran 0,45 µm. adanya padatan- padatan ini menyebabkan kekeruhan air, padatan ini tidak terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang berat dan ukurannya yang lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah liat, kikisan tanah yang ditimbulkan oleh erosi tanah Agus, 2011. Padatan tersuspensi bisa berasal dari aliran air atau masukan kedalam massa air oleh sedimen didasar dengan pelarutan kembali Connell, 1995. Banyaknya padatan tersuspensi dalam perairan dapat menghalangi cahaya matahari yang mencapai dasar perairan yang menyebabkan turunnya laju fotosintesa. Menurunnya fotosintesa akan berdampak pada turunnya jumlah oksigen terlarut yang diproduksi tanaman dalam air Nasution, 2008.  pH atau Derajat keasaman pH atau yang disebut dengan derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat di dalam air. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik Warlina, 2004.  Oksigen terlarut Dissolved Oxygen, DO Oksigen terlarut Dalam air sangat penting agar mikroorganisme dapat hidup. Oksigen ini dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa oleh algae. Kelarutan Oksigen jenuh dalam air pada 25 o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mgL. Menurut Yang Hon Jung 2007 konsentrasi DO yang rendah akan menurunkan tingkat nitrifikasi sehingga nilai NO 3 - N pada air sungai menjadi rendah dengan TN dan NH4+-N yang tinggi. Hal ini dapat menghalangi self purifikasi pemurnian diri pada permukaan air, dengan mengurangi laju proses transformasi nitrifikasi – denitrifikasi pada air. Menurut Holdgate 1979, DO merupakan gas yang tercampur dengan air sedemikian rupa sehingga bagian yang terkecil molekuler. Daya larut oksigen lebih rendah dalam air laut dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar, daya larut O 2 dalam air limbah kurang dari 95 dibandingkan dengan daya larut dalam air tawar Setiaji, 1995.  Biochemiycal Oxygen Demand BOD BOD 5 Adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah mendegradasi bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Proses oksidasi bio-kimia ini berjalan sangat lambat dan dianggap lengkap 95-96 selama 20 hari. Tetapi penentuan BOD 5 selama 20 hari dianggap masih cukup lama sehingga penentuan BOD 5 ditetapkan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD 5 . Dengan mengukur BOD 5 akan memperpendek waktu dan meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang juga menggunakan oksigen. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70- 80 bahan organik telah mengalami oksidasi Effendi, 2003. BOD 5 tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah O 2 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi O 2 tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya O 2 terlarut, maka berarti kandungan bahan –bahan buangan yang membutuhkan O 2 tinggi Fardiaz, 1992. Semakin besar kadar BOD 5 , maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar. Kadar maksimum BOD 5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 –6,0 mgL.  Chemical Oxygen Demand COD. COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. COD dinyatakan sebagai mg O 2 1000 mL larutan sampel. Bahan buangan organik tersebut dioksidasi oleh kalium bichromat dalam suasana asam yang digunakan sebagai sumber oksigen oxidizing agent menjadi gas CO 2 dan H 2 O serta sejumlah ion chrom. Reaksi yang terjadi pada metoda refluks sebagai berikut : C a H b O c + Cr 2 O 7 2- + H + → CO 2 + H 2 O + Cr 3+ Bahan organik katalisator Dalam pengukuran, nilai COD selalu lebih besar dari BOD karena senyawa anorganik juga bisa ikut teroksidasi selama proses. Kenyataannya hampir semua zat organik 95-100 dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam. Makin tinggi nilai COD berarti makin banyak O 2 dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik pencemar. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya 20 mgL. Kelebihan pengukuran COD dibandingkan dengan BOD adalah dapat menguji air limbah yang beracun, yang tidak dapat diuji oleh BOD karena bakteri akan mati serta membutuhkan waktu pengujian lebih singkat yaitu 3 jam Yuliastuti, 2011.  Fosfor P Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik terlarut ortofosfat dan polifosfat dan senyawa organik yang berupa partiikulat. Fosfor total menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat maupun terlarut, anorganik maupun organik Yuliastuti, 2011. Kandungan phosphat yang tinggi dalam perairan menyebabkan suburnya algae dan organisme lainnya atau yang dikenal dengan eutrofikasi. Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut Ginting, 2007.  Chromium Cr Chromium Cr merupakan salah satu logam berat yang beracun. Jika keberadaannya melebihi ambang batas yang diperbolehkan dapat membahayakan lingkungan, termasuk manusia. Akumulasi Chromium dapat menyebabkan kerusakan terhadap organ respirasi, dan dapat juga menyebabkan timbulnya kanker pada manusia Suprapti, 2008 dalam Agus 2011. Menurut Halija 2012, logam Cr dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan, apakah itu pada strata perairan, tanah ataupun udara lapisan atmosfer. Kromium yang masuk kedalam strata lingkungan dapat datang dari bermacam- macam sumber. Tetapi sumber –sumber masukan logam Cr kedalam strata lingkungan yang umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilitas bahan-bahan bakar.

2.6. Status Mutu Air