Kontaminasi Sel Darah Merah, Hemolisis dan Lipemia Kecepatan Putaran Agregometer

terjadi agregasi spontan. Disarankan untuk menyimpan plasma trombosit pada tabung yang tertutup.

f. Suhu

36,38,39 Suhu yang dipakai untuk melakukan agregasi trombosit pada suhu 37 C agar menyerupai keadaan tubuh, sedangkan suhu yang digunakan untuk menyimpan sampel selama persiapan tes sebaiknya pada suhu ruangan. Laporan menunjukkan penyimpanan pada suhu dingin akan menyebabkan agregasi spontan yang terjadi sewaktu penghangatan sampel kembali.

g. Kontaminasi Sel Darah Merah, Hemolisis dan Lipemia

36,38,39 Pemeriksaan agregasi trombosit dilakukan dengan menggunakan transmisi optik, adanya partikel kontaminan seperti sel darah merah dan lipid akan dapat mempengaruhi agregometer dan penurunan persentasi agregasi. Sel darah merah yang lisis akan melepaskan ADP, yang dapat mengganggu jumlah ADP yang diberikan sebagai agonis.

h. Kecepatan Putaran Agregometer

36,38,39 Agar agregasi terjadi, trombosit harus kontak satu sama lain. Jika agonis ditambahkan pada trombosit yang tidak diputar, maka trombosit hanya akan teraktifasi namun tidak beragregasi. Kecepatan putaran yang optimal pada setiap Universitas Sumatera Utara alat diperhitungkan berdasarkan tinggi kolom PRP, diameter kuvet dan ukuran batangan pemutar yang digunakan. Batasan Waktu 36,38,39 Trombosit membutuhkan waktu satu jam ”istirahat” setelah persiapan PRP untuk mendapatkan respon stabil pada ketiga konsentrasi 2, 5, 10 µM dari agonis ADP yang digunakan pada pemeriksaan agregasi. Kestabilan respon trombosit ini akan bertahan selama 3 jam, kemudian akan mulai menghilang dimulai dari konsentrasi ADP yang paling rendah. Karena itu direkomendasikan untuk menyelesaikan pemeriksaan agregasi dalam waktu kurang dari 3 jam setelah persiapan PRP dilakukan. 36,38,39

2.2.1.3 Agonis

Penentuan agonis platelet yang akan digunakan sangat penting sebelum melakukan pemeriksaan fungsi platelet. Agonis merangsang platelet melalui dua macam signaling system. Yang pertama tergantung pada phospholipase A 33, 36,37,39 2 PLA 2 dan penggunaan COX serta sintesa thromboxane untuk menghasilkan agonis thromboxan A 2 , yang akan mengaktifkan platelet melalui reseptornya. Sistem lainnya tergantung pada phospholipase C PLC menghasilkan produksi inositol Universitas Sumatera Utara triphosphat IP 3 dan diasil gliserol DAG. Masing – masing mengaktifkan reseptor IP 3 dan protein kinase C. Agonis yang sering digunakan antara lain: 40,41,42

1. ADP

Konsentrasi ADP 1-10 µM sering dipakai pada pemeriksaan agregasi trombosit. Konsentrasi ADP yang rendah 1-3 µM menghasilkan kurva tunggal monophasik atau kurva bifasik. Pada konsentrasi yang rendah, ikatan fibrinogen biasanya bersifat reversible dan trombosit akan disagregasi. Konsentrasi ADP yang lebih tinggi 10-20 µM dapat menutupi respon biphasic yang ditimbulkan pelepasan ADP endogen. Ini masih dianggap respon biphasic karena terjadi pelepasan ADP tetapi tidak tampak pada kurva. Aspirin akan menghambat respon agregasi ADP dengan konsentrasi rendah, karena hambatan jalur siklooksigenase dan pelepasan isi granul.

2. Epinephrin

Konsentrasi epinephrine yang dipakai 5-10 µM untuk pemeriksaan agregasi. Respon pertama yang muncul berupa gelombang kecil, kadang diikuti respon gelombang kedua yang lebih besar. Gelombang kedua ini dihambat oleh aspirin, obat anti inflamasi non steroid NSAIDs, antihistamin, dan beberapa antibiotik. Epinephrine Universitas Sumatera Utara