Parameter Inter-system Handover ISHO

29

2.9 Parameter Inter-system Handover ISHO

Ada beberapa parameter pada sistem UMTS-LTE yang digunakan pada saat proses intersystem handover terjadi. Parameter ISHO diantaranya adalah [17]: 1. Received Signal Code Power RSCP Received Signal Code Power adalah level penerimaan dari UMTS serving cell 2. Reference Signal Received Power RSRP Reference Signal Received Power adalah level penerimaan dari LTE target cell 3. Handover Margin HOM HOM adalah parameter yang mengontrol daerah-daerah handover. Station bergerak secara berkala memilih salah satu stasion base aktif yang memiliki atenuasi seketika minimum ke mobile station sebagai base station pemancar. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa dalam kondisi buruk, daya kanal yang ditransmisikan lebih besar. Sebagai akibatnya, interferensi downlink meningkat. Karena yang berlaku adalah suara pelayanan dalam sistem selular konvensional, base station mencoba untuk menjaga sambungan station mobile bahkan dalam kondisi saluran yang buruk, sehingga menyebabkan penurunan kinerja sistem yang dramatis. HOM juga bisa didefinisikan sebagai parameter standar, yang ditetapkan pada titik di mana kekuatan sinyal sel tetangga B telah mulai melebihi sinyal kekuatan sel arus A dengan jumlah tertentu danatau selama waktu tertentu. 4. TTT Time to Trigger TTT Time-to-Trigger didefinisikan sebagai waktu minimum kondisi HOM yang harus dipenuhi untuk handover atau bisa dikatakan sebagai waktu picu. TTT disesuaikan berdasarkan kualitas sinyal bahwa penerima merasakan dari sekitar Universitas Sumatera Utara 30 daerah tersebut. Sebagai contoh, semakin rendah nilai kualitas sinyal pertama pada saat yang sama maka nilai dari sebuah kualitas sinyal kedua adalah lebih besar daripada upper threshold, semakin pendek akan menjadi parameter TTT. Parameter TTT digunakan oleh UE, seperti telepon selular dan terminal remote lain, dalam berbagai sistem komunikasi nirkabel, termasuk sistem telepon radio selular seperti UMTS. UMTS adalah generasi ketiga 3G, sistem komunikasi bergerak yang dikembangkan oleh european telecommunications standards institute ETSI dalam ITU international telecommunication union. UMTS menggunakan WCDMA untuk air interface antara nilai dan base station BS dalam sistem. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam komunikasi wireless, kuat penerimaan sinyal pada user dapat dipengaruhi oleh berbagai jenis penghalang, baik bersifat alami pepohonan, iklim, dan cuaca maupun buatan manusia gedung-gedung dan rumah. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi bergerak, dimana user dapat bebas berpindah dan bergerak, fluktuasi kuat penerimaan sinyal tersebut sangat dipengaruhi oleh mobilitasperilaku user. Untuk mengatasi pelemahan kuat penerimaan sinyal diantaranya disebabkan oleh jarak atau fluktuasi karena penghalang, maka dibutuhkan suatu mekanisme handover. Adapun handover ini adalah suatu mekanisme yang berfungsi untuk menjaga kontinuitas layanan komunikasi dengan memindahkan suatu user dari satu kanal ke kanal yang lain, boleh pada BTS yang sama ataupun pada BTS yang berbeda, baik pada operator yang sama, maupun operator yang berbeda, seperti UMTS dengan LTE. Khusus untuk mekanisme perpindahan antar kanal yang berbeda diistilahkan dengan vertical handover. Berbagai metode vertical handover telah diusulkan oleh beberapa peneliti diantaranya metode RSS based handover [1], RSS based handover with time-to- trigger TTT [2], media independent handover MIH [3], mobile controlled handover MCHO [4], dan enhanced position assisted soft handover [5]. Dalam Tugas Akhir ini mensimulasikan vertical handover dari jaringan UMTS ke jaringan LTE dengan membandingkan kedua metode RSS based handover dan Universitas Sumatera Utara