Keadaan atau Situasi Fakta yang Melatarbelakangi Perbuatan Moral Tokoh

39

4.2.2 Keadaan atau Situasi

Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa latar belakang perbuatan moral tokoh disebabkan oleh faktor motif dan faktor keadaan atau situasi. Manusia melakukan suatu perbuatan tidak terlepas dari situasi sosial yang ada pada lingkungan sekitarnya. Manusia tidak mungkin melakukan suatu perbuatan tanpa adanya rangsangan atau stimulus dari situasi sosial. Situasi sosial yang merangsang manusia sehingga manusia tersebut melakukan suatu perbuatan disebut oleh Sherif dan Sherif sebagai situasi perangsang sosial Ahmadi, 2009:64. Sherif dan Sherif menggolongkan situasi perangsang sosial menjadi 2 golongan yaitu: 1. Orang lain, yang dapat berupa individu-individu lain sebagai perangsang. 2. Hasil kebudayaan yang berupa kebudayaan materimateriil culture Ahmadi, 2009:64 Manusia melakukan suatu perbuatan dilatarbelakangi oleh adanya pengaruh rangsangan individu lain. Manusia bersikap, bertingkah laku dan melakukan suatu perbuatan disebabkan karena adanya individu lain sebagai situasi perangsang sosial yang memiliki hubungan timbal balik antara satu individu dan individu lain. Berikut ini digambarkan dalam novel Jasmine, perbuatan Dean sebagai seorang anak yang tidak sopan terhadap orangtua, saudaranya, disebabkan situasi sosial anak dan orangtua dalam lingkungan keluarga: Aredelia menahan nafas. Kekagetan sesaat menyeruak. Menyadari bahwa adik satu-satunya itu telah mengalami perubahan drastis saat dibandingka terakhir mereka masih tinggal seatap. Sejak kecil, Dean anak penurut. Tidak pernah Universitas Sumatera Utara 40 membantah perintah orangtua. Juga tak pernah berperingai aneh-aneh. Selain itu, setiap tahunnya Dean tak pernah absen meraih predikat sebagai juara umum di sekolah. Maka tentu saja, apa yang terperangkap oleh Ardelia dalam tahun-tahun belakangan ini juga dari kalimat kasar dan ekspresi beku yang baru saja terlontar, mulai membangkitkan kekhawatirannya tentang Dean. Namun, sepertinya kekhawatiran yang sama tidak terjadi pada papa dan mama mereka. Perputaran roda hidup yang kian cepat dan padat, telah menarik habis semua energi, rasa peduli, juga denyut sensitivitas yang semestinya lebih banyak tercurah pada darah daging yang justru tumbuh dan besar dalam gelimangan materi dan kemewahan. “Kamu punya masalah, De? Nggak keberatan kan membaginya kepadaku?” “Aku ada janji malam ini. Kita bicarakan kapan-kapan …” “Apa nggak sebaiknya ditunda saja,De?” Ardelia belum menyerah. Ini ulang tahun papa, setidaknya kamu bisa meluangkan waktu malam ini untuk menghargai Papa. Toh, hanya setahun sekali.” “Oh ya? Lantas, semua penghargaan dan pengorbananku selama ini, nggak punya arti apa-apa? Sekarang perhatikan foto ini baik-baik. Menurutmu siapa sesungguhnya bahagia dengan semua piala ini? Aku atau mereka? Hampir seluruh usiaku kuhabiskan untuk menuruti semua kemauan Papa dan Mama Tanpa seharipun mereka mendengarkan aku Tidak sehari pun Lantas menurutmu, sampai kapan aku bisa bertahan dengan mengorbankan semua keinginanku dan merelakan diri selamanya jadi robot bernyawa? Ayo jawab pertanyaanku?” J, 2011:71-73. Sikap tidak sopan terhadap kakak kandung dan terhadap orangtuanya sendiri, ditunjukkan oleh Dean karena disebabkan orangtuanya memperlakukannya bak sebuah robot yang hanya menuntut semua keinginan orangtua tanpa pernah memperhatikan dan mendengarkan dirinya. Ia dibiarkan tumbuh sendiri, dalam gelimangan harta tanpa mau sedikitpun mendengar. Perlakuan orangtua Dean tersebut menjadi faktor perangsang situasi sosial dalam lingkungan keluarga yang terjadi antara orangtua-anak sehingga mengakibatkan Dean berlaku tidak sopan terhadap orangtuanya disebabkan sikap dan tindakan orangtuanya yang memperlakukannya dengan demikian. Universitas Sumatera Utara 41 Selain itu, seperti halnya Sherif dan Sherif yang menyatakan bahwa faktor situasi sosial hasil kebudayaan materi yang merupakan penciptaan manusia berupa kebendaan dapat mempengaruhi perbuatan sesorang Ahmadi, 2009:65. Berikut ini hasil kebudayaan materi sebagai perangsang situasi sosial yang mempengaruhi perbuatan tokoh dalam novel Jasmine, yaitu seperti berikut ini: “Elo mau pergi kemana?” “Bukan urusan.” “Trus gue gimana dong, De?” Tanya Ioran. Ekspresi wajahnya memelas. “Terserah. Yang gue tahu semua anak CC udah paham teori paling jitu untuk menghindar dari kemungkinan terburuk. Menghilangkan jejak, blokir semua server, kalau perlu hapus semua bukti. Termasuk CPU, CD, program, chip, whatever. Dean berjalan melewati Ioran yang hanya bisa mengekor gerak- geriknya dengan tatapan cemas. “Malam ini, gue mau nemuin Mr,X. Elo tahu? The biggest ‘hamster’ itu benar-benar marvelous. Bukan hanya sekedar mesin uang, tapi juga mesin multifungsi. Hanya dalam beberapa menit, mesin itu bisa merenew identitas lo yang persis sama dengan kartu aslinya. Enggak hanya KTP, tapi dokumen apapun itu Kalau lo mau cari aman, ayo ikut gue sekarang.” “Tapi De…” Kini kecamuk di dada Ioran bertambah lagi dengan deraan rasa bingung. Alih- alih mendapatkan solusi jitu dan ajakan Dean, bulu kuduk Ioran justru meremang. Sedangkan saat ini saja, separo batang otaknya telah dicuci oleh kenikmatan semu saat berhasil mengendalikan teknologi dan menjadikannya budak pemuas nafsu menguasai dan memiliki? J, 2011:154-155. Pada kutipan di atas menggambarkan adanya kegiatan atau hasil ciptaan manusia berupa teknologi canggih yaitu ‘hamster’ yang mampu membuat baru KTP seseorang dengan cepat dan segala kecanggihan lainnya. Hasil ciptaaan manusia tersebut, merangsang keinginan Dean, Ioran dan sejumlah orang lain dalam keanggotaan pembobolan akun sebuah bank berusaha untuk bisa mendapatkan dan melakukan perbuatan tidak bermoral lainnya. Universitas Sumatera Utara 42 Universitas Sumatera Utara 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab I, yaitu mengenai bentuk nilai moral dan faktor-faktor yang melatarbelakangi perbuatan moral tokoh dalam novel Jasmine, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil deskripsi nilai moral dalam novel Jasmine, terdapat empat bentuk nilai moral, yaitu kejujuran, kesediaan bertanggung jawab, keberanian moral, dan kerendahan hati. 2. Dari hasil deskripsi nilai moral dalam novel Jasmine, terdapat faktor- faktor yang melatarbelakangi perbuatan moral tokoh dalam novel Jasmine, yaitu faktor motif dan faktor situasi. Faktor motif terdiri atas motif yang tergantung pada keadaan jasmani, dan motif yang tergantung pada hubungan inidividu dengan lingkungan yang berupa motif darurat dan motif objektif. Faktor situasi terdiri atas orang lain sebagai perangsang sosial dan hasil kebudayaan materi sebagai situasi perangsang sosial.

4.2 Saran

Selain menggunakan teori sosiologi sastra, objek yang dikaji dalam novel Jasmine juga dapat mempergunakan teori lain seperti psikologi. Teori struktural dapat juga dipergunakan untuk mengkaji objek dalam novel Jasmine untuk mengetahui unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam novel tersebut. Universitas Sumatera Utara