Kesediaan Bertanggung Jawab Nilai Moral dalam Novel Jasmine

25 Airmata Jasmine langsung runtuh. Bagaimana mungkin ia tega berkeinginan ‘melenyapkan’ Awang, dari ingatannya dan menganggap bocah itu tak lebih dari sosok yang tak pernah ia kenal? Masihkan ia tegah untuk berbohong? “Doakan Kakak cepat sembuh, ya Kakak janji, setelah sembuh nanti pasti akan mengajarimu membaca.” Sementara di luar, Priyatna dan Luthfi menunggu Awang. “Bagaimana, Dik? Apa dia ingat padamu?” Tanya Priyatna pada Awang. “Tak tahu, Om. Kakak hanya minta saya mendoakannya, supaya dia bisa mengajari saya membaca.” “Membaca?” kedua alis Priyatna merapat. Awang mengangguk. “Waktu masih di ruli, Kakak pernah janji mau mengajari saya membaca. “Kamu dengar? Perkiraan kita selama ini, ternyata sama sekali nggak meleset Gadis itu hanya berpura-pura amnesia” ujar Priyatna pada Luthfi dengan penuh antusias. “Waktu dia dirawat di rumah sakit kali pertama, sebelum kamu membawanya ke yayasan, dia bilang padamu kalau dia tidak ingat pernah tinggal di ruli dan tidak bisa mengingat namanya. Begitu kan, Fi?” tanya Priyatna J, 2011:208- 209. “B-A-T-A” “BATA” “Kita lanjut yang lebih sulit, ya?” ujar Jasmine disambut anggukan Awang penuh antusias. Dan hari ini Awang sangat bahagia. Jasmine tampak sangat benar-benar antusias mengajarinya membaca J, 2011:264.

4.1.2 Kesediaan Bertanggung Jawab

Kesediaan bertanggung jawab berarti mau berkorban demi pekerjaan, meskipun misalnya pekerjaan tersebut bukan menjadi kewajibannya dan tidak menguntungkan bagi diri sendiri. Kesediaan bertanggung jawab bukanlah hal mudah, ketika rasa ego harus dapat ditimbun demi suatu pekerjaan ataupun yang bukan menjadi kewajiban seseorang. Akan tetapi, Suseno 1987:146 ketika manusia dapat Universitas Sumatera Utara 26 menimbun sifat keegoisannya dan melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin dan rela memberikan diri di saat yang diperlukan menunjukkan kekuatan batin yang sudah mantap. Novel Jasmine juga memasukkan nilai moral kesediaan bertanggung jawab dalam rangkaian ceritanya. Berikut ini merupakan beberapa paragraf yang menunjukkan nilai moral kesediaan bertanggung jawab: “Jadi, gadis itu sempat mencuri uangmu sebelum ia kabur?” …. “Baik. Untuk sementara cukup. Ini semua akan menjadi bukti-bukti yang semoga dapat mempermudah pencarian gadis itu. Aku yakin, kali ini gadis itu akan tertangkap dalam waktu kurang dari 24 jam,” ujar Priyatna penuh percaya diri. “Dari mana kamu bisa begitu yakin? Sedangkan sampai hari ini, jejak Raisa sendiri belum berhasil ditemukan?” sela Luthfi. Kejadian hari ini mau tak mau kembali menahan langkahnya untuk melewatkan jam kerjanya yang seharusnya hanya sebatas pukul lima sore J, 2011:140-141. Kejadian kaburnya Jasmine dari yayasan membuat Luthfi tidak dapat berdiam diri dan berusaha mencari keberadaan Jasmine dengan bantuan Priyatna. Luthfi juga mengorbankan jam kerjanya yang harus bertambah karena harus mengetahui perkembangan kasus Jasmine dan human trafficking yang sedang ditelusuri oleh Priyatna yang diduga memiliki keterkaitan dengan Jasmine. Luthfi menyadari sebagai pengurus yayasan, ia bertanggung jawab akan kaburnya salah satu anggota komunitas yayasan Pelita penanggulangan HIVAIDS yang sedang dipimpinnya. Kesediaan bertanggung jawab ditunjukkan Luthfi dengan mengorbankan waktunya diambil dan tidak bersikap acuh atau masa bodoh untuk mengurus persoalan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Universitas Sumatera Utara 27 Kesediaan bertanggung jawab, seperti yang telah dijelaskan di atas, berarti rela mengorbankan diri demi suatu pekerjaan yang dianggap kewajiban atau pun bukan kewajibannya dan siap bertanggung jawab di mana saja ia di perlukan. Suseno 1987:145 menyatakan kesediaan bertanggung jawab juga berarti kesediaan melakukan sesuatu atau setiap pekerjaan dengan sebaik mungkin. Berikut ini juga memaparkan nilai moral kesediaan bertanggung jawab yang terdapat dalam novel Jasmine. “Bagaimana kondisi Malika, Dok?” Dokter menatap Luthfi dengan tatapan seakan-akan menyesalkan. “Kenapa baru sekarang dibawa? Apa yang bisa saya katakan? Hatinya mengalami disfungsi, dan kegagalan melawan penyebaran racun sebenarnya telah berlangsung cukup lama.” Luthfi terdiam. Mengabaikan tatapan dokter yang selalu bicara apa adanya itu dan sepenuhnya berkonsentrasi pada semua yang berhasil ia ingat dan ketahui tentang Malika. Dua tahun kebersamaan mereka di Yayasan Pelita, apa yang Luthfi pahami bahwa Malika adalah pengurus yayasan yang selama ini paling intens mendampingi dan memotivasi para ODHA. Kekurangan sumber daya manusia yang rela untuk sepenuhnya bergelut aktif di yayasan, membuat beberapa pengurus harus merangkap sebagai koordinator KDS Kelompok Dukungan Sebaya sebagai bentuk fasilitas pendampingan yang dimotori oleh yayasan. Dan Malika tercatat sebagai salah seorang coordinator. Mendampingi para ODHA menjalani pemeriksaan, membagikan informasi, menjadi penyemangat dalam proses pengobatan yang sering kali tak menyenangkan adalah tugas di antara tugas coordinator. Dan selama ini Malika melakoni semua itu dengan penuh semangat. Malika selalu tampak sehat, energik, dan mencintai pekerjaannya sepenuh hati J,2011:165. Pada kutipan paragraf di atas, ditunjukkan nilai moral kesediaan bertanggung jawab dengan kesediaan Malika yang rela memberikan diri dan waktunya sebagai Universitas Sumatera Utara 28 pengurus yayasan sekaligus koordinator KDS, mengingat kondisi yayasan yang kekurangan sumber daya manusia.

4.1.3 Keberanian Moral