Keberanian Moral Nilai Moral dalam Novel Jasmine

28 pengurus yayasan sekaligus koordinator KDS, mengingat kondisi yayasan yang kekurangan sumber daya manusia.

4.1.3 Keberanian Moral

Keberanian pada hakikatnya adalah perasaan atau keadaan tidak takut, meskipun lingkungan sekitar menolak dan tidak mendukung sikap keberanian tersebut. Keberanian moral berarti menunjukkan sikap untuk tetap mempertahankan suatu hal yang diyakini benar sebagai kewajiban meskipun tidak disetujui dan dilawan oleh lingkungan. Suseno 1987:147 menyatakan keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil risiko konflik seperti dicela, dikucilkan, ditentang dan diancam oleh lingkungan. Keberanian moral berarti berpihak pada yang lemah, yang diperlakukan tidak adil oleh penguasa, individu atau kelompok yang kuat. Keberanian moral tidak menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan yang ada apabila hal itu berarti mengkompromikan kebenaran dan keadilan. Adapun dalam novel Jasmine yang menggambarkan sikap tokoh yang mencerminkan nilai keberanian moral, yaitu seperti berikut ini: Ada masa dalam beberapa tahun sesudahnya ia tak dapat menahan kerinduan itu, meski lingkungan yang kemudian berada di sekeliling pinggangnya telah jauh berbeda. Lingkungan yang dengan mata sinis dan bibir mencibir menertawai keinginannya yang mencoba menemukan sepasang mukena di antara deretan busana pemancing berahi yang memadati lemari. “Untuk apa sih kamu shalat? Nggak bakal menghapus dosa juga Ntar malah dimarahin ibu kost, disuruh bayar sewa dua kali lipat gara-gara ngabisin bergalon-galon air buat mandi. Baru juga mandi, eh itu badan kecipratan kotoran lagi. Hahahaha….” Ada masa di mana kalimat-kalimat semacam itu tak mampu sedetik pun meruntuhkan batas kesabaran. Namun, adakala dimana ia merasa perlu Universitas Sumatera Utara 29 sejenak mengasingkan diri dan membiarkan air mata kerinduannya menggenangi pelupuk, deras mengaliri pipi, bahkan membasahi pakaian. Kehidupan yang pernah ia jalani di bawah keremangan cahaya, terkadang sulit sepenuhnya dipahami dan dinalar oleh kalbu J, 2011:147. Meskipun dicerca berbagai tertawaan, cela, dan dikucilkan oleh lingkungannya, tokoh Jasmine tetap melakukan ibadah terhadap Tuhan, yang selama ini ibadah tersebut ia rindukan setelah beberapa lama tidak pernah mendekatkan diri kepada Sang Penciptanya. Nilai keberanian moral digambarkan melalui tindakan Jasmine yang tetap menjalankan ibadahnya di hari Ramadhan, sekalipun lingkungan sekitarnya tidak melakukan hal itu dan bahkan menghina, menertawakan tindakan Jasmine tersebut. Adapun bentuk nilai keberanian moral lain yang digambarkan dalam novel Jasmine, yaitu seperti kutipan paragraf berikut ini: “Saya tak perlu berpanjang kata. Maksud saya datang kemari adalah untuk meminta kerja sama Ibu.” “Kerja sama? Kerja sama… bagaimana yag Ibu maksud?”, Rowena tergagap. “Gadis itu…adalah salah satu saksi kunci dalam kasus ini Polisi saat ini terus memantau perkembangan kondisinya sampai ia benar-benar dinyatakan siap untuk memberi keterangan. Jadi, saya mohon dengan sangat agar Ibu mengupayakan jangan sampai gadis itu memberi keterangan yang sangat dibutuhkan oleh penyidik … Jika pihak penyidik tak berhasil mengorek keterangan apapun tentang Dean darinya maka itu sudah cukup meringankan putra saya.” … “Telah saya katakan, tidak terlalu penting bagaimana cara saya mengetahuinya. Karena saya akan mengupayakan apapun demi kebebasan anak saya Ibu camkan itu Toh, apa yang harus Ibu lakukan tidak terlalu sulit dibandingkan apa yang harus saya perjuangkan demi Dean. Sungguh, saya tidak mengerti mengapa Dean harus bersusah payah datang kemari hanya untuk menemui pelacur belia itu….” “Cukup” Kali ini Rowena benar-benar teriak. “Sekarang Anda keluar Silahkan Anda lakukan apa saja demi putra Anda yang nyata-nyata seorang Universitas Sumatera Utara 30 kriminal. Tapi jangan harap saya mau bekerja sama dengan Anda Terlepas dari kenyataan bahwa gadis itu memang putri saya atau bukan, saya tetap berusaha agar dia bisa sembuh dan kelak akan bersaksi di pengadilan untuk menegakkan kebenaran yang Anda anggap bisa Anda pelintir dengan segala cara” J, 2011:246. Kutipan di atas menggambarkan sikap keberanian moral tokoh dalam novel Jasmine yang tidak mau berkompromi dalam menyembunyikan kebenaran dan keadilan untuk menghilangkan barang bukti terlibatnya Dean dalam kasus cybercrime yang sedang ditelusuri oleh polisi. Meskipun berbagai ancaman telah diberikan, namun tokoh Rowena tetap bersikap mempertahankan keadilan dan kebenaran yang sesungguhnya. Adapun nilai kebenaran moral yang ditampilkan pengarang dalam novel Jasmine adalah seperti berikut ini: “Jangan mengulur waktu. Kau sudah melihatnya, bukan? Sekarang tinggal tanda tangan” “Jangan..jangan lakukan” Tak hanya Jasmine, lirih itu bahkan serempak menarik kepala keempat pria itu untuk menoleh. Seorang wanita bangkit dari rebahnya, hanya berjarak beberapa meter di belakang Jasmine. “Bu Fatma” Jasmine terbeliak “Sudah, biarkan saja Yang penting kau tanda tangani ini sekarang” “Jangan tanda tangani itu, Jasmine Mereka…” “Diam” satu makian terhambur dari pria yang masih memegang erat lengan Fatma. “Jangan tanda tangani itu, Jasmine Bagaimanapun, sulitnya kebenaran tetap harus ditegakkan. Kamu mungkin melupakan banyak hal, tapi hanya kamu yang tahu persis siapa Dean Pramudya.” “Diam. Ayo cepat Jangan pedulikan perempuan itu. Kau tentu tak menginginkan kekasihmu mendekam lama lalu berkarat di sel tahanan,bukan?” Jemari Jasmine bergetar saat memutar arah mata pena. Tinggal sesenti lagi mata tajam bertinta hitam itu akan mencapai lembaran kertas. Disadarinya bahwa semua pasang mata yang ada di ruang sempit nan muram itu tengah terarah kepadanya, lebih tepatnya kea rah mata penanya. Jasmine menarik napas dengan mengucap bismillah yang spontan muncul dari celah bibirnya, Universitas Sumatera Utara 31 menghadirkan kekuatan yang semakin mengukuhkan niatnya saat kedua tangannya menggenggam kedua sisi kertas itu dan … sretsreett J, 2011:280. Sikap tokoh Jasmine di atas juga mencerminkan nilai keberanian moral dalam mempertahankan sikap membela kebenaran dan keadilan yang sesungguhnya. Meskipun sikap itu berkaitan dengan nasib kekasihnya Dean, akan tetapi Jasmine tetap mengambil jalan keadilan dengan cara tidak menandatangani surat peryataan palsu yang dibuat oleh orangtua Dean Pramudya meskipun resiko konflik dirinya dan Ibu Rowena yang menyamar sebagai Fatma dapat dibunuh pada saat itu juga.

4.1.4 Kerendahan Hati