12
dilakukan pada film tertentu dapat diperluas untuk menjadi acuan analisis film yang lain. Ketiga, analisis tekstual Metz menunjukkan adanya keterkaitan
naratologi, linguistik struktural, psikoanalisis dan semiotika sastra dalam kajian sinema. Aliran teori film modern yang dianut oleh Metz membuka kesempatan
bagi peneliti untuk dapat mengkaji film secara spesifik dalam film tertentu.
2. Representasi di dalam Media
Salah satu pendekatan untuk melihat bagaimana sistem representasi bekerja adalah dengan pendekatan konstruksionis Hall, 1997:25. Gagasan dasar
dari pendekatan ini memperlihatkan bahwa makna dibangun oleh manusia melalui sistem representasional konsep dan tanda. Sebuah objek akan bermakna ketika
sebuah objek berada di dalam sebuah sistem yang digunakan untuk merepresentasikan konsep objek tersebut. Pada prakteknya, sebagai contoh, di
dalam film Opera Jawa konsep mengenai “tembang” sebagai pengganti dialog akan bermakna ketika konteks budaya Jawa diberlakukan. Bagi penonton yang
asing dengan bahasa Jawa, konsep “tembang” hampir mustahil untuk dipahami karena bahasa Jawa tidak berlaku di luar masyarakat Jawa.
Gagasan Hall di atas juga menunjukkan bahwa konsepsi tentang representasi tidak terlepas dari pemahaman tentang budaya. Seperti dikutip oleh
Storey 1993:2, budaya merupakan praktek pemaknaan signifying practices yang dilakukan oleh masyarakat dalam memahami budayanya. Praktek
pemaknaan ini dapat dilihat dari cara masyarakat memaknai simbol-simbol yang ada di dalam kehidupannya sehari-hari, dari hal yang sederhana seperti
naratologi, linguistik struk uk
tu tural, psikoanalisis d
d an
an semiotika sastra dalam kajian sinema. Aliran te
te or
i film modern yang dianut oleh Met t
z z
membuka kesempatan bagi penel
l it
it i
i untuk dapat me m
ngka ka
ji i
fil il
m m
se e
ca ar
ra s
spe pe
si si
fik dalam film m tertentu.
2. Re Re
pr pr
es s
entasi si
d di
d al
am Media
Sa Sa
lah s
sa tu pen
de katan untu
k melihat ba
ga imana
si s
stem m
r re
epresent ntasi
be eke
kerj rj
a ad d
a al
ah dengan pendekatan kon st
ruksionis H
all, 1997:25 .
Ga a
g gasa
a n
n dasa
a r
r da
dari ri pen
n d
deka ta
n ini memperli
ha tkan b
ah wa makna dibangun oleh m
an anusia
ia m
m el
e alui
sistem m
r epresentasiona
l k
onsep da
n tand
a .
Sebuah obj
ek akan be
rm makna ket
t i
ik a
a se
sebuah h
objek berada di dalam sebuah
si stem yang digu
na a
kan untuk
k merepres
en tasi
i ka
ka n
n ko
konsep p
obj j
ek ek t
t ersebut.
t. Pa
da p p
raktek ekny
ny a,
a, s
eb ag
ai contoh, h,
d d
i i
da dalam film Opera Jawa konsep men
n ge
g nai “tembang” sebagai pengganti di
dial al
o og
ak ak
an an ber
ma ma
kn kn
a a
ke ke
ti ti
ka ka
ko ko
nt nt
ek ek
s s
budaya Jawa a
di di
be be
rl rl
ak ak
uk uk
an an.
B B
ag ag
i i
p peno
o nt
nton on
y y
ang as
as in
ng g de
d ngan b
b ah
ah as
as a
a Ja
Jawa wa,
ko ko
nsep p
“ “
te tem
mbang” g
h h
am am
pi pi
r r
mu must
st ahil unt
t uk
uk di di
p pahami
karena b b
h ahasa Jawa tidak berlaku d
d i luar m
masyarakat Jawa. Gagasan Hall di atas
juga men nunjukkan bahwa konsepsi tentang
representasi tidak terlepas dari pem emahaman
an tentang budaya. Seperti dikutip oleh Storey 1993:2, budaya merupaka
a n
n p praktek pemaknaan signifying practices
13
penggunaan bahasa, hingga tataran yang lebih kompleks seperti cara mereka membentuk kode-kode kultural yang ada di dalam kehidupan mereka.
Penjelasan Storey di atas menegaskan bahwa konsep yang disebut dengan budaya tidak hadir secara tiba-tiba, melainkan terbentuk melalui proses
pemaknaan yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan kata lain, sistem representasi yang berbeda akan berimplikasi pada budaya di lingkungan masyarakat yang
berbeda. Setting serta simbol-simbol yang muncul di dalam film Opera Jawa
memperlihatkan latar belakang masyarakat Jawa seperti pada bahasa yang digunakan, pakaian serta pola interaksi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh di dalam
film ini. Dari pola interaksi serta bahasa yang digunakan, dapat diidentifikasi bahwa potret masyarakat di dalam film ini berasal dari masyarakat pedesaan kuat
ditunjukkan melalui mata pencaharian masyarakat baik sebagai petani maupun pedagang serta didukung oleh pakaian-pakaian yang dikenakan oleh para tokoh
kebaya atau kain. Selain simbol-simbol yang bersifat material tersebut, teks yang muncul dalam film ini juga menunjukkan representasi yang lebih laten
seperti karakterisasi peran-peran di film ini yang menunjukkan korelasi yang kuat dengan masyarakat Jawa.
Terkait dengan rumusan masalah yang dikemukakan terdahulu, karakterisasi tokoh-tokoh di dalam film Opera Jawa penting dalam proses
identifikasi representasi yang muncul terutama dalam melihatnya dalam sudut pandang ideologis. Konsep ideologis muncul dalam pembahasan ini terkait
dengan budaya karena dalam sistem penandaan yang dijelaskan sebelumnya. Penjelasan Storey
y di
di atas menegaskan b b
ah ah
wa w
konsep yang disebut dengan budaya tidak h
h ad
adir secara tiba-tiba, melainkan ter be
be ntuk melalui proses
pemaknaan n
yang dilakuk k
an a
oleh h
ma m
sy sy
ar arak
ak at
at .
. De
De ng
ng an
a kata lain, si
i st
st em representasi
yang g
b berbeda a
a kan be
be ri
i mplikasi p
p ad
ad a
a budaya di
li li
n ngkung
g an masya
a ra
r kat yang
be berbeda.
. Se
Se tting
g serta
si mb
ol-simbol ya
ng muncul di
dal am
m film m
ff Op
Op era Ja
awa me
memp mperliha
ha tkan latar bel
ak ang ma
sy arakat Jawa seperti pa
da da b
b ah
ah as
s a
a yang
g di
di gu
g naka
ka n, p
ak aian serta pola
in teraks
i yang d
il ak
ukan oleh toko h-to
okoh h di
di d d
alam film in
ni . Dari pola
inter aksi s
erta b
ah as
a yang dig
un ak
an, dapat d
diidentifika kas
si ba
ba hwa
a potret masyarakat di d
alam film ini bera sa
l dari masyarakat pe d
desaan an kua
at ditunjuk
kan me
me la
la lu
lu i
i mata p p
enca a
ha h
rian m m
as asyarakat baik
ik s
s eb
eb ag
a ai p
et ani maup
up un
un pe
pedagang serta didukung oleh paka ia
ian- n
pakaian yang dikenakan oleh para a
tok ok
o oh
k k
eb ebay
ay a
at at
au au
k k
ai ai
n n.
S S
el el
ai ai
n n
si si
mb m
ol-simbol ya ya
ng ng
b b
er er
si si
fa fa
t t
ma ma
te te
ri ri
al al
t er
r se
se bu
but, t, t
teks ya
yang ng
m m
uncul da da
la lam
m film lm
i i
ni ni
juga a
me me
n nunjuk
k ka
ka n
n re
r pr
r es
esen en
ta t
si yang g
le lebi
bih h laten
seperti ka k
ra kt
kterisasi peran-peran di di
film in ni yang menunjukkan
k kor
l elasi yang kuat
dengan masyarakat Jawa. Terkait dengan rumusan
an mas s
a alah yang dikemukakan terdahulu,
karakterisasi tokoh-tokoh di dalam m f
f i
ilm Opera Jawa penting dalam proses
14
Ideologi berkontribusi untuk memperlihatkan apa yang penting dan tidak penting Burton 2002:40. Artinya, dalam konsep teks budaya, ideologi digunakan untuk
mengindikasikan bagaimana sebuah teks memperlihatkan citra sebuah realitas yang telah dipilah. Dengan kata lain, hampir tidak mungkin terjadi pembelokan
antara apa yang direpresentasikan oleh media dengan realitas yang terjadi di luar media terhadap satu objek yang sama.
Dengan demikian, proses identifikasi tokoh-tokoh dalam film ini serta peran yang muncul di dalamnya akan menunjukkan bagaimana sistem ideologis
tersebut bekerja. Dengan melihat latar film ini yang bernuansa Jawa, maka representasi yang muncul melalui tokoh-tokoh di film ini akan memiliki hubungan
yang kuat dengan representasi yang muncul di dalam masyarakat Jawa. Pembagian peran atas tokoh-tokoh yang ada di film ini dapat dilihat
sebagai contoh bagaimana sistem representasi bekerja. Laki-laki di dalam film ini cenderung digambarkan sebagai sosok yang maskulin, bertanggungjawab atas
kepemimpinan di dalam rumah tangga sedangkan tokoh perempuan cenderung untuk menjadi feminin serta bekerja di ranah domestik.
3. Pandangan Gender dalam Budaya Jawa