22
Jawa mengindikasikan bahwa teks tidak terlepas dari konteks kondisi ekonomi, sosial, politik masyarakat yang ada pada waktu teks tersebut dibuat. Karena itu,
pada penelitian kualitatif sifat generalisasi atau keumuman sulit untuk dicapai mengingat konteks yang berlaku pada sebuah film hanya terbatas pada kondisi
dan waktu tertentu. Dengan adanya fokus serta pengerucutan konteks obyek
penelitian, maka unsur interpretatif berperan besar dalam membantu peneliti untuk menjawab rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya
2. Metode Analisis
Semiotika menjadi metode yang digunakan peneliti untuk membedah simbol-simbol yang muncul di dalam film Opera Jawa. Studi semiotika menurut
Fiske 1990:40 mencakup tiga area studi, yaitu pertama adalah tanda itu sendiri. Area ini menunjukkan adanya berbagai cara sebuah tanda untuk memperoleh
makna serta apa hubungan yang dimiliki oleh sebuah tanda dengan masyarakat yang menggunakannya. Yang kedua adalah kode atau sistem di mana tanda-tanda
dikelola agar pada akhirnya dapat disalurkan melalui saluran komunikasi tertentu. Yang ketiga adalah area budaya di mana kode dan tanda-tanda ini bekerja.
Budaya di mana kode dan tanda bekerja akan memengaruhi keberadaan dan bentuk tanda itu sendiri.
Dalam semiotika, Ferdinand de Saussure dan Charles S. Pierce merupakan dua tokoh yang menggunakan pendekatan yang berbeda dalam melihat
tanda. Perbedaan yang cukup terlihat dari perkembangan teori semiotika yang dibawa oleh Saussure dan Pierce adalah model hubungan antar tanda diadik
pada penelitian kualitatif f
s s
if ifat generalisasi atau
u k
k eumuman sulit untuk dicapai
mengingat kontek ek
s yang berlaku pada sebuah film hany
y a
a terbatas pada kondisi
dan waktu u
te rtentu.
De e
ngan a
ada da
ny ny
a fo
fo ku
ku s
se sert
rt a
a pengerucutan
n konteks obyek peneli
li t
tian, ma a
ka k
uns sur
ur i nt
erpretatif f
b b
er e
pe p
ran besa a
r r dalam
m memban
n tu
t peneliti
un untuk me
me nj
njaw aw
a ab rum
m u
usan masalah yan
g telah disusu
n se
sebe b
lumn mn
ya ya
2. Me
tode Analisi s
S Semi
ot ik
a menjadi metode
yan g di
gu nakan peneliti u
nt uk
uk m mem
embe b
dah simbol
l -s
imbol yang m un
cul di d
alam fil m
Op era Ja
wa .
St udi semi
ot t
ika menu u
ru ru
t Fi
Fi ske
1 990:40 mencakup tig
a area studi, yaitu pertama adalah tand
a a itu se
sendir i
i. Area ini
m en
n un
un ju
ju kk
kkan adany y
a be
be rbagai c
c ar
a sebuah t t
an an
da da
unt uk
mempero ole
le h
h m
makna serta apa hubungan yang dimi mi
li li
ki oleh sebuah tanda dengan masy syar
rak ak
a at
ya ya
ng ng men
n gg
gg un
un ak
ak an
an ny
ny a
a. Ya
Ya ng
ng k
k edua adalah ko
ko de
de a
a ta
ta u
u si
si st
st em
em d
d i
i ma
mana t t
an an
d da
a -
ta ta
n nda
di dike
kelo lola
la agar pa
pa da
da a a
kh khir
r ny
ny a
a da
da pa
p t di
disa sa
lu lurk
rkan m m
el el
al al
ui u
s al
al ur
uran an
komunik k
as asi
i te te
r rtentu.
Yang ket t
i iga adalah area budaya
ya di ma
ana n
kode dan tand d
a- t
ta d
nda ini bekerja. Budaya di mana kode dan tan
nda bekerja akan memengaruhi keberadaan dan
bentuk tanda itu sendiri. Dalam semiotika, Ferdina
a nd
n de Saussure dan Charles S. Pierce
23
Saussure dan triadik Pierce. Saussure membagi tanda menjadi dua yaitu signifier atau wujud dari tanda dan signified atau konsep yang direpresentasikan
oleh signifier Storey, 1993:69. Hubungan antara signifier dan signified bersifat arbitrer atau makna yang terjalin di antara keduanya merupakan hasil dari
kesepakatan budaya cultural agreement. Pierce, di lain pihak melihat bahwa tanda lebih dari sekedar penanda dan
petanda. Menurutnya, logika muncul secara independen dari nalar reasoning dan fakta fact Hawkes, 2003:103. Karena itu, Pierce memandang hubungan
triangular antara sign, interpretant, dan object saling terkait seperti terlihat dalam gambar berikut:
Garis yang memiliki tanda panah di kedua sisi menunjukkan bahwa setiap elemen dalam hanya dapat dipahami dengan melihat relasi antara satu elemen
dengan yang lain Fiske, 1990:42. Tanda sign bagi Pierce adalah arti dari sesuatu sign is that which stands for something else. Sedangkan object adalah
apa yang menjadi maksud dari tanda object is that which the sign stands for. Interpretant, kemudian merupakan signifikasi atau makna yang dimiliki tanda
bagi seseorang. sign
object interpretant
gambar 1. Tiga Elemen Makna Pierce Sumber: Fiske, John 1982:42
oleh signifier Storey, 1993 93
:6 :69. Hubungan antar
ara a
signifier dan signified bersifat arbitrer atau ma
a kn
kna yang terja j
lin di antara keduanya m
m erupakan hasil dari
kesepakata a
n n budaya
cult t
ur u
al agr gr
ee ee
me m
nt n
. Pierce,
, di
d lain
n pi
pi h
hak melihat t
ba ba
hw hw
a tanda le
bi bi
h h
dari s s
ekedar p pen
en anda dan
pe petanda.
Me Menu
n rutn
n ya
ya , logika muncu
l secara inde
pe nd
nd en
e dar
ri i na
na la
la r reas
s on
o ing
dan fa fa
kt kt
a a
fact ct
Haw ke
s, 2003:103 .
Karena itu, P
ie rce
me ema
m nd
nd an
an g
g hubung
gan tria
iang ngular
a a
nt ara sign, inte
rp retant, da
n object sa
li ng
terkait sep er
r ti
t ter
erli li
ha hat
t da
d lam
m ga
gam mbar
b b
erik ut
:
Ga G
i ris yang memiliki tanda
a pa
p nah
d di kedua sisi menunj
j k
uk k
kan bahwa setiap elemen dalam hanya dapat dipa
ahami deng gan melihat relasi antara satu elemen
dengan yang lain Fiske, 1990:42 42. Tan
nda sign bagi Pierce adalah arti dari sesuatu sign is that which stands fo
fo r so
something else. Sedangkan object adalah sign
object interpretant
ga g
mbar 1. Tiga Elemen Makna Pierce Su
Su mb
mb er
er :
: Fi
Fi ske, Joh
oh n
n 19
1982 82
: :
42 42
24
Namun, yang perlu dilihat dalam pengertian interpretant adalah bukan berupa individualmanusia, melainkan berangkat dari interpretasi seseorang.
Contohnya ketika melihat matahari, maka pemikiran benda itu adalah matahari merupakan sebuah interpretant. Gripsrud 2002:110 kemudian melihat model
yang dikemukakan oleh Pierce sebagai unlimited semiosis atau semiosis yang tiada akhir. Karena itu, gagasan Pierce dalam melihat tanda adalah mustahil
untuk menentukan makna absolut dari tanda. Hal ini memperlihatkan bahwa tanda merupakan sesuatu yang dinamis dan sangat tergantung dengan kondisi apa
yang melingkupi tanda tersebut, terutama sistem budaya yang berlaku dalam tanda tersebut.
Konsep unlimited semiosis Pierce menjadikan proses penandaan ini cocok untuk diterapkan sebagai pijakan dalam melihat simbol-simbol yang muncul di
dalam film Opera Jawa. Dikarenakan beragamnya simbol yang muncul dalam sebuah film, konsep signifikasi berulang ini cocok diterapkan di dalam tahap
analisis semiotika untuk media film. Dengan menggunakan trikotomi Pierce, Peter Wollen Stam dkk, 1992:31
berargumentasi bahwa sinema mencakup ketiga kategori tanda itu sendiri. Icon dibentuk melalui gambar dan suara yang ada di dalam sinema.
Index terbentuk melalui proses penangkapan gambar dari apa “nyata” melalui rekayasa teknologi
dan muncul dalam layar dan symbol melalui penyebaran ucapan dan tulisan di dalam film. Dalam film Opera Jawa, keterwakilan icon, index, dan symbol
termanifestasi dalam berbagai bentuk tanda. Icon dapat termanifestasi melalui semua tanda yang membentuk sebuah adegan; kehadiran aktor, setting tempat atau
Contohnya ketika melihat at
m matahari, maka pemi
mi ki
ki ra
r n benda itu adalah matahari
merupakan sebuah ah interpretant. Gripsrud 2002:110 k
k em
emudian melihat model yang dikem
em uk
akan oleh h
Pierce e
s seb
eb ag
ag a
ai un n
limi m
te te
d d
semiosis ata a
u u
semiosis yang tiada
a akhir. Ka
K rena i
i tu, gagasan P
P ie
ie rc
c e dalam me
me li
li hat ta
ta nda adal
ah ah
mustahil un
untuk me me
ne ne
nt ntu
ukan m m
akna absolut d
ar i tanda. Ha
l in
in i memp
mp er
er li
li ha
h tkan
b b
ahwa tanda
a me
me rupaka
ka n sesu
at u
yang dinam is
dan sangat te rg
antu ng
g denga
ga n
n ko kondisi
ap a
a ya
yang ng melin
n gk
upi tanda ters eb
ut, teruta ma
sistem bu
daya yang be rl
l ak
a u da
dala la
m m ta
t nd
d a
a te
te rs
r ebut
t .
Konsep unli mi
te d semi
os is
Pi erce men
jadika n pr
os es penan
da a
an ini coc c
k ok
un untuk
di terapkan sebagai pija
kan dalam meliha t simbol-simbol yan
g g munc
ncul d di
dalam fi
lm Op
p er
er a
a Ja
Jawa. Dikar ren
en akan ber
erag g
amny y
a simb mb
ol ol
y y
an g mu
ncul dal al
am am
se sebuah film, konsep signifikasi beru
u la
la ng ini cocok diterapkan di dalam
m t
t ah
ah a
ap an
anal al
is is
is s em
em io
io ti
ti ka
ka u
u nt
nt uk
uk m
m ed
ed ia
ia f
f ilm.
Dengan m m
en en
g ggun
n ak
ak an
an triko
to tomi
mi P P
ie rce,
e, P
P et
et er
er W
Wol olle
le n
n S
tam dk dk
k, k, 1
199 992:31
berargumen t
ta i
si bahwa sinema me e
nc n
akup p
ketiga kategori tan d
da i
i t
tu sendiri. Icon dibentuk melalui gambar dan sua
ara yang ad da di dalam sinema.
Index terbentuk melalui proses penangkapan gamb
bar dari a
apa “nyata” melalui rekayasa teknologi dan muncul dalam layar dan symbo
ol m melalui penyebaran ucapan dan tulisan di
25
waktu yang muncul, suara yang muncul; sedangkan index adalah tangkapan kamera yang terwujud dalam mis-en-scene atau potongan-potongan adegan yang
menggabungkan tanda-tanda yang muncul. sedangkan symbol tersebar melalui narasi yang hadir di dalam film.
Dalam penerapannya pada kajian sinema, konsep tanda yang diberikan oleh Saussure disebut dengan immaterial. Artinya, model tanda yang dibawa oleh
Saussure bersifat menunda kehadiran referen atau konsep yang menghubungkan simbol-simbol yang ada dengan realitas di luar simbol tersebut Birowo, 2004:47
dan proses signifikasi yang terjadi pada model tanda Saussure hanya terjadi secara diadik. Stuart Hall juga menjelaskan kritik terhadap model Saussure:
However, in his own work, he tended to focus almost exclusively on the two aspects of the sign – signifiersignified. He gave little or no attention to how
this relation between signifiersignified could serve the purpose of what earlier we called reference – i.e. referring us to the world of things, people
and events outside language in the ‘real’ world. ….Charles Sanders Pierce, whilst adopting a similar approach to Saussure, paid greater attention to the
relationship between signifiersignified and what he called their referents Hall, 1997:34.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam prosesnya, Pierce memiliki perhatian yang lebih besar terhadap relasi index, icon, serta interpretant yang
menyertainya. Dalam prakteknya, relasi index, icon serta interpretant di dalam sebuah film penting untuk dilihat dalam skala yang lebih luas terutama dengan
melihat konteks yang ada di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa konteks referents yang disebutkan oleh Hall di atas berimplikasi langsung pada ruang-ruang
subliminal atau ruang bawah sadar yang membentuk perpepsi tertentu pada menggabungkan tanda-tand
nda yang muncul. se da
da ng
n kan symbol tersebar melalui
l narasi yang hadir
r di
di dalam film. Da
a la
lam penerapa p
nn nn
ya p a
ad a
a ka
k ji
i an
n s
s in
inem em
a, a,
konsep tand d
a a
yang diberikan oleh S
Saussure di d
sebut t
de de
ngan immat at
er er
ia ia
l. .
Artinya, m m
od o
el tan an
da yang di dibawa oleh
Sa Saussure
e be
be rs
r if
ifat me e
n nu
nd a kehadiran referen atau
k on
onse s
p yang ng m
men e
ghub b
u ungkan
simb b
ol ol
-si si
mbol ol
y an
g ad a
dengan realita s
di luar simbol terse bu
ut t
Bi i
ro ro
wo wo
, 2004:4 :47
da an
n p p
roses s si
gnifikasi yang t
erjadi pad a
model ta nd
a Saussure h an
n ya
y ter
er ja
jadi di
s s
ecar a
a di
diad adik.
St ua
rt H
all juga men je
la skan
kri tik terh
ad ap model Sau
ss ur
e: :
However, in h
is own work,
he tend
ed t
o fo
cu s almo
st e xc
lusively on th e
two H
H aspects of the sign –
sign if
ie r
signifie d.
He g
ave li ttle or no attention to
h how
this relat ion
betw ee
n sign
ifiersignified co uld se
rve the
pu rpose of
w what
earlier we c
c al
al le
le d
d re fe
renc e
e – i.e. referring
ng us to the w or
or ld
ld o
f things,
pe e
o ople
and events outside language in
in t
t he
h ‘re
re al
al’ ’
world. ….Charles Sanders Pierce, whilst adopting a similar approach
h t
to Saussure, paid greater attention to the relationship between signifiersignified and what he called their refe
f re
re nt
nts H
H al
al l
l, 1
1 99
99 7:
7: 34
34 .
Ku K
ti tipan di
di atas menunjuk ukkan bahw
hwa dalam pros os
es es
ny y
a, P
P ie
ierc rc
e e memiliki
perhatian yang lebih besar terha hadap relasi
i index, icon, serta interpretant yang menyertainya. Dalam praktekny
y a,
a relasi in
ndex, icon serta interpretant di dalam sebuah film penting untuk dilihat
da d
lam m skala yang lebih luas terutama dengan
melihat konteks yang ada di dalamnya a
. Dapat dikatakan bahwa konteks referents
26
penonton tanpa disadari oleh mereka. Berbeda dengan ahli semiotika yang lain, ruang subliminal ini dapat digali lebih dalam melalui teknik Pierce.
3. Tahap Penelitian