yang dapat mampu membantu menstimulasi produksi sel darah merah dan membantu apabila terjadi anemia Anonim, 2006.
2.2 Senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan
tingkat tinggi Angiospermae adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O- glikosida, isoflavon C- dan O-glikosida, flavanon C- dan O-glikosida, kalkon
dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokalkon, proantosianidin dan antosianin, auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida Arifin, 1986.
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Senyawa- senyawa ini
dapat ditemukan pada batang, daun, bunga, dan buah. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan
kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang,
mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler dan penangkapan radikal bebas Arifin, 1986.
2.3 Ekstraksi
2.3.1 Definisi Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Ditjen
POM, 2000. Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan kering,
kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk. Ditjen POM, 1979.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Metode-Metode Ekstraksi Menurut Ditjen POM 2000, ada beberapa metode ekstraksi:
a. Cara dingin
Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari: 1.
Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. 2.
Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna exhaustive extraction yang umunya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1 - 5 kali bahan.
b. Cara Panas
Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari: 1.
Refluks Refluks adalah ektraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, di mana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh
membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi
Universitas Sumatera Utara
dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40 - 50
o
4. Infundasi C.
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air menggunakan bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
90
o
5. Dekoktasi C selama 15 - 20 menit.
Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama 30 menit pada suhu 90
o
C - 98
o
2.4 Siklofosfamid