BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia biji petai diperoleh kadar air
simplisia 5,38, kadar sari larut dalam air simplisia 21,48, kadar sari larut dalam etanol simplisia 10,33, kadar abu total simplisia 0,94, dan
kadar abu tidak larut dalam asam simplisia 0,74. Hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak etanol biji petai diperoleh kadar
air ekstrak 4,98, kadar sari larut dalam air ekstrak 25,61, kadar sari larut dalam etanol ekstrak 34,25, kadar abu total ekstrak 0,87 dan
kadar abu tidak larut dalam asam ekstrak 0,62. b.
Simplisia dan ekstrak etanol biji petai mengandung senyawa alkaloida, flavonoid, saponin, glikosida, dan steroidatriterpenoida.
c. Ekstrak etanol biji petai mempunyai efek sebagai antimutagenik dengan
metode mikronukleus secara in vivo. Pemberian dosis 800 mgkg bb memberikan efek antimutagenik lebih banyak dalam menurunkan jumlah
mikronukleus yaitu 37,8 ± 4,4384 daripada dosis 200 mgkg bb dan 400 mgkg bb jumlah mikronukleusnya 96,8 ± 1,3038 dan 68 ± 5,0497. Dosis
800 mgkg bb memberikan efek antimutagenik yang sama dengan kontrol normal p 0,05 dalam penurunan jumlah sel eritrosit polikromatik yang
bermikronukleus.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan fraksinasi dengan beberapa pelarut dari ekstrak etanol biji petai seperti menggunakan
pelarut n-heksan atau etil asetat untuk mengetahui fraksi yang paling baik digunakan untuk uji secara in-vivo pada efek antimutagenik dengan metode
mikronukleus.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhan, deskripsi tumbuhan, nama daerah, jenis-jenis petai, kandungan gizi dan manfaat petai.
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan
Petai Parkia speciosa Hassk. termasuk suku Fabaceae. Dengan klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Parkia
Jenis : Parkia speciosa Hassk. Susilo, 2012
2.1.2 Deskripsi Tumbuhan
a. Habitus
Petai termasuk tanaman pohon tahunan tropika dari suku polong-polongan Fabaceae. Tanaman ini tersebar luas di Nusantara bagian Barat.
b. Batang
Tinggi batang mencapai 5 - 25 m dan bercabang banyak, kulit batang berwarna coklat kemerah-merahan.
Universitas Sumatera Utara
c. Daun
Daunnya menyirip ganda, majemuk dan tersusun sejajar. d. Bunga
Bunga muncul biasanya di dekat ujung ranting. Bunganya ketika masih muda belum tumbuh benang-benang sari dan putik-putiknya berwarna hijau,
keras, dan berbentuk bongkol, bunga ini setelah dewasa penuh ditumbuhi benang- benang sari dan putik-putik berwarna kuning sehingga ukurannya membesar dan
empuk seperti spon, dalam bahasa Jawa disebut : “Pendul”. Bunga petai termasuk bunga jenis hermafrodit, dimana bunganya mengandung benang sari dan putik
secara bersama-sama. e. Buah
Bentuk buahnya berpolong, besar, memanjang dan berisi biji-biji, dan biji tersebut agak lunak ketika masih muda, dan agak keras setelah menjadi tua.
Dalam satu buah terdapat hingga 20 biji, yang berwarna hijau ketika muda dan terbalut oleh selaput agak tebal berwarna coklat terang Sunanto, 1992.
2.1.3 Nama Daerah
Di berbagai daerah Indonesia, ternyata mempunyai nama-nama yang berlainan untuk menyebut petai. Di daerah Batok Karo disebut Parira, di daerah
Batak Toba disebut Palia, di daerah Ambon disebut Pateh, di Padang di sebut Patai, di Lampung disebut Petar, di daerah Sunda disebut Peuteuy, di Jawa
Tengah dan di Jawa Timur disebut Pete, di Madura disebut Peteh, di Sumba disebut Puti, dan di pulau Buru disebut Faopatu. Namun secara umum di
Indonesia disebut Petai Sunanto, 1992 .
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Jenis-jenis Petai
Jenis tanaman petai, yakni jika di Jawa adalah: a. Tanaman Petai Jenis Gajah
Tanaman jenis ini menghasilkan buah petai yang setiap buahnya dapat berisi petai sebanyak 15 - 18 biji. Panjang buahnya dapat mencapai 25 - 30 cm.
b. Tanaman Petai Jenis Kacang Tanaman jenis ini menghasilkan buah petai yang setiap buahnya hanya
mengandung 10 - 12 biji. Panjang buah hanya sekitar 20 cm, dan ukuran bijinya lebih kecil bila dibandingkan biji jenis gajah Sunanto, 1992.
2.1.5 Kandungan Gizi
Bagian yang paling penting untuk dimanfaatkan adalah biji buah petai. Biji buah petai berbau menusuk mengandung sistina dan dilapisi kulit tipis
berwarna keputih-putihan waktu masih muda, dilapisi kulit agak tebal dan agak berwarna kekuning-kuningan sering ditumbuhi cendawan putih pada waktu
kelewat tua. Kulit biji petai itu sendiri berwarna hijau ketika masih muda dan menjadi hitam setelah tua benar Sunanto, 1992.
Biji petai mempunyai kandungan mineral yang kaya kalori dan gizi di samping vitamin-vitamin sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Nilai Nutrisi Biji Parkia speciosa Hassk.
No Komponen
Komposisi dalam 100 g biji petai segar 1
Abu g 1,2 -4,6
2 Protein g
6,0 – 27,5 3
Lemak g 1,6 – 13,3
4 Karbohidrat g
13,2 – 52,9
Universitas Sumatera Utara
5 Serat Kasar g
1,7 – 2,0 6
Energi kkal 91,0 – 441,5
7 Kalsium mg
108,0 -265,1 8
Besi mg 2,2 -2,7
9 Fosfor mg
115,0 10
Natrium mg 341,0
11 Magnesium mg
29,0 12
Mangan ppm 42,0
13 Tembaga ppm
36,7 14
Zink ppm 8,2
15 Vitamin C mg
19,3 16
4,15
α – tokoferol mg
17 Thiamin mg
0,28 Sumber : Kamisah, dkk. 2013
2.1.6 Manfaat Petai
Menurut Aminudin dari Departement of Physiologi Medical Faculty of University Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur bahwa petai dapat digunakan
sebagai obat anemia, gigitan nyamuk, stress, sindroma pramenstruasi, depresi, sakit perut, liver, diabetes, cacingan, dan beberapa gangguan kesehatan lainnya.
Menurut riset dalam “The New England Jurnal of Medicine”, makan petai sebagai bagian dari makanan sehari-hari akan berpengaruh sangat baik bagi pencernaan
karena teksturnya yang lembut dan halus dan mampu menetralkan asam lambung dan mengurangi iritasi dengan melapisi permukaan dalam lambung. Kombinasi
sukrosa, fruktosa, glukosa, dan serat mampu memberikan dorongan tenaga yang instant yang cukup lama dan cukup besar efeknya. Sedangkan kandungan zat besi
Universitas Sumatera Utara
yang dapat mampu membantu menstimulasi produksi sel darah merah dan membantu apabila terjadi anemia Anonim, 2006.
2.2 Senyawa Flavonoid