Analisis Permasalahan Kesimpulan Saran

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Permasalahan

Hewan ternak yang banyak diserang penyakit yaitu pada ayam. Salah satu contoh penyakit yang banyak menyerang ayam adalah penyakit avian influenza. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Tingkat kematian akibat penyakit ini bisa mencapai 100 dan tingkat penularan yang sangat tinggi. Hasil yang diperoleh oleh seorang dokter hewan dengan melihat gejala-gejala yang terdapat pada ayam sering bersifat parsial, sehingga kadang kala seorang dokter hewan pun mengalami kesulitan dalam mencari hubungan antara gejala-gejala dengan penyakit. Dari hasil analisis permasalahan, perlu dirancang sebuah aplikasi yang dapat mendeteksi suatu penyakit dan hasilnya bermanfaat dan memuaskan bagi para pemakai.

3.2 Analisis Sistem

Sistem pendeteksian penyakit yang dirancang dalam penelitian ini diharapkan dapat mengenali penyakit apa saja yang ditimbulkan. Untuk mengetahui hasil suatu penyakit, seorang dokter hewan harus memperoleh gejala-gejala yang diderita hewan tersebut. Dalam mendeteksi penyakit dibutuhkan sebuah sistem yang dapat dimanfaatkan dalam mendeteksi penyakit yang ada pada ayam. Agar sistem dapat mengenali beberapa penyakit yang diderita ayam tersebut maka sebelumnya sistem harus melalui proses pelatihan. Setelah proses pelatihan, Universitas Sumatera Utara 24 sistem akan menyimpan matriks bobot hasil pelatihan. Matriks bobot inilah yang digunakan untuk mengenali kembali penyakit pada proses pengujian atau simulasi.

3.2.1 Analisis Masukan dan Keluaran Sistem

Data yang digunakan sebagai masukan sistem adalah berupa ciri-ciri dan gejala yang tampak pada ayam yaitu : 1. Bulu Melebar 2. Mata Terlihat Kelabu 3. Pupil Menyempit 4. Fases Cair 5. Warna Bulu Pucat 6. Menggelengkan Kepalanya 7. Sayap Terkulai 8. Hidung BerlendirBerair 9. Mata Berair 10. Leher Yang Berputar 11. Wajah,Pial Dan Leher Pucat 12. Bulu Tampak Jatuh Ke Bawah 13. GemetarMenggigil 14. Pembengkakan Dibagian Kepala Dan Leher 15. Muka Ayam Bengkak 16. Jengger Dan Pial Kebiruan 17. Bintik-Bintik Merah Pada Unggas 18. Kotoran Menempel Pada Kloaka 19. Duduk Membungkuk 20. Mematuki Kloakanya 21. Warna Fases Kehijauan 22. Fases Berwarna Keputih-Putihan 23. Lendir Berdarah Pada Rongga Mulut 24. Bila Bernapas Kepala Ditegakkan 25. Bulu Mengkerut Universitas Sumatera Utara 25 26. Pembengkakan Mata 27. Bulu Sekitar Kloaka Kotor 28. Terdapat Kerak Pada Hidung 29. Tembolok Kosong 30. Bulu Disekitar Leher Dan Punggung Berdiri 31. Terengah-Engah 32. Gerakan Tidak Aktif 33. Luka Berwarna Hitam Di Bagian Kulit 34. Pusar Membengkak 35. Pusar Menebal 36. Pusar Terasa Basah Jika Diraba 37. Adanya Bungkul-Bungkul Putih 38. Adanya Luka Keropeng 39. Terdapat Lesi 40. Adanya Kerak-Kerak Putih 41. Terdapat Warna Kekuning-Kuningan 42. Kulit Yang Tidak Berbulu Terasa Kasar 43. Jengger Dan Pial Bengkak 44. Muka Ayam Tampak Pucat 45. Bulu Ayam Kasar 46. Lumpuh 47. Pembesaran Pada Syaraf 48. Diare 49. Sesak Nafas 50. Mengantuk 51. Nafsu Makan Turun 52. Ngorok 53. Bersin 54. Batuk 55. Kurus 56. Pendarahan Pada Selaput Mata 57. Depresi 58. LesuLemas Universitas Sumatera Utara 26 59. Pergerakan Otot Tidak Terkoordinasi Dengan Baik 60. Pergerakan Kaki Tidak Terkoordinasi Dengan Baik. Ciri dan gejala tersebut dikonversikan ke dalam bilangan biner yang kemudian disimpan di Microsoft Office Excel 2007. Keluaran yang dihasilkan oleh sistem adalah berupa 16 jenis penyakit ayam yaitu : 1. Marek Disease 2. Chronic Respiratory Disease 3. Salesma Ayam 4. Infectious Bursal Disease 5. Newcastle Disease 6. Avian Tuberculosis 7. Avian Laryngotraceitis 8. Infectious Coryza 9. Infectious Bronchitis 10. Avian Influenza 11. Avian Collibacillosos 12. Aspergillosis 13. Necrotic Dermatitis 14. Nevel Infection 15. Fowl Pox 16. Dermatommycosis Sebagai contoh apabila di input : Lumpuh, Pembesaran Syaraf dan Diare maka Output : Penyakit Marek Disease.

3.2.2 Analisis Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan syaraf tiruan terdiri dari elemen-elemen pemroses yang tersusun dan terhubung dengan arsitektur tertentu. Hubungan antar elemen tersebut mempuyai nilai tertentu yang dapat mengatur sinyal yang melewati koneksi tersebut. Nilai yang dikenal dengan nilai bobot ini akan mengalami perubahan dalam proses pelatihan. Universitas Sumatera Utara 27 Metode pelatihan yang digunakan dengan metode pembelajaran yang dilakukan adalah metode pelatihan tidak terpandu. Algoritma pelatihan yang digunakan berupa algoritma pelatihan self-organizing feature maps. Self Organizing Feature Maps terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan input dan lapisan output. Setiap neuron output mempunyai bobot untuk masing-masing neuron input. Setiap input yang diberikan dihitung jarak Euclidean dengan setiap neuron output, kemudian dicari neuron output yang mempunyai jarak minimum. Neuron yang mempunyai jarak yang paling kecil disebut neuron pemenang atau neuron yang paling sesuai denga input yang diberikan.

3.2.3 Analisis Self-Organizing Feature Maps

Analisis Self-Organizing Feature Maps dilakukan untuk mendapatkan jaringan syaraf tiruan Self-Organizing Feature Maps dengan performa terbaik untuk mendeteksi penyakit pada ayam. Pada analisis jaringan syaraf tiruan Self-Organizing Feature Maps dilihat hasil pengelompokan yang dihasilkan dari proses pelatihan jaringan syaraf tiruan. Pelatihan jaringan sayraf tiruan dilakukan dengan menggunakan data dari 16 jenis penyakit, dimana setiap jenis penyakit terdiri dari tiga jenis ciri penyakit. Banyak variabel yang akan digunakan untuk pengelompokan adalah 60 variabel. Sehingga masukan berupa 60 variabel dari 48 jenis ciri dan gejala penyakit yang akan dikelompokkan menjadi 16 kelas. Pada proses pelatihan pertama digunakan satu jaringan syaraf tiruan Self- Organizing Feature Maps, data hasil pengelompokan yang didapat adalah sebagai berikut: Ac= [5 15 2 10 4 7 2 16 14 1 9 12 9 8 5 6] Dari pelatihan hingga 200.000 epoch masih terdapat beberapa hasil pengelompokan yang sama, sehingga dapat disimpulkan performa jaringan syaraf tiruan belum maksimal. Universitas Sumatera Utara 28 Pada proses pelatihan kedua digunakan enam jaringan syaraf tiruan Self- Organizing Feature Maps, dimana data masukan dari setiap jaringan syaraf tiruan Self-Organizing Feature Maps adalah 10 variabel dari 48 jenis ciri dan gejala penyakit. Pelatihan mencapai hasil maksimal pada epoch ke-100. Data hasil pengelompokan yang didapat adalah sebagai berikut: Ac= [11 8 5 5 16 9 13 8 5 5 16 9 11 8 5 5 16 9 1 16 5 5 16 9 1 15 5 5 16 9 1 16 5 5 16 9 16 1 1 5 16 9 3 4 1 5 16 9 16 3 5 5 16 9 7 12 15 5 7 9 9 12 16 5 16 9 7 8 14 5 7 9 12 8 11 1 16 9 16 8 9 5 16 9 9 8 11 5 16 9 9 8 5 9 16 9 9 8 5 9 16 9 9 8 5 8 16 9 16 3 5 11 16 9 16 3 5 11 16 9 16 4 5 11 16 9 1 16 5 11 16 9 1 15 5 11 16 9 1 14 5 5 16 9 Universitas Sumatera Utara 29 3 2 5 5 16 9 3 6 5 5 16 9 3 6 5 5 16 9 13 2 9 16 11 9 9 2 5 5 11 9 13 6 9 2 10 9 9 4 5 5 3 9 3 4 5 5 7 9 9 8 5 5 4 9 14 10 5 5 1 9 14 8 5 5 13 9 14 8 5 5 2 9 3 8 5 16 2 12 3 8 5 16 7 12 3 8 5 13 7 9 3 8 5 13 16 1 3 8 5 5 16 2 3 8 5 5 16 3 16 12 5 13 16 6 16 12 5 13 16 9 16 12 5 5 16 6 3 8 5 5 16 16 3 8 5 5 16 16 3 8 5 5 16 14] Pada proses pelatihan ketiga digunakan empat jaringan syaraf tiruan Self- Organizing Feature Maps, dimana data masukan dari setiap jaringan syaraf tiruan Self-Organizing Feature Maps adalah 15 variable dari 48 jenis ciri dan gejala Universitas Sumatera Utara 30 penyakit. Pelatihan mencapai hasil maksimal pada epoch ke-100. Data hasil pengelompokan yang didapat adalah sebagai berikut: Ac= [5 6 9 8 6 6 9 8 5 6 9 8 16 10 9 8 15 10 9 8 16 10 9 8 3 16 9 8 12 15 9 8 3 16 9 8 14 2 16 8 7 3 9 8 7 2 16 8 5 1 7 8 3 4 9 8 8 1 9 8 8 6 5 8 8 6 5 8 8 6 4 8 3 16 1 8 3 16 1 8 3 14 1 8 16 8 2 8 14 8 2 8 15 8 9 8 12 11 9 8 10 13 9 8 10 11 9 8 Universitas Sumatera Utara 31 6 13 12 8 7 13 12 8 6 13 12 8 8 14 16 13 10 14 16 8 8 6 16 10 1 6 16 14 1 6 9 14 1 6 16 13 10 6 14 12 10 6 14 11 10 6 14 8 10 6 11 5 10 6 9 6 10 6 9 4 3 6 11 1 3 6 11 8 3 6 9 1 10 6 9 16 10 6 9 16 10 6 9 16] Setelah dilakukan proses pengujian dibandingkan keakuratan hasil pengenalan. Dimana keakuratan hasil deteksi untuk data yang dilatih pada jaringan syaraf tiruan yang terdiri dari empat Self-Organizing Feature Maps lebih akurat dibandingkan dengan untuk data yang dilatih pada jaringan syaraf tiruan yang terdiri dari enam Self- Organizing Feature Maps, sehingga sistem ini digunakan pelatihan dengan empat jaringan syaraf tiruan Self-Organizing Feature Maps. Dimana perbandingan pelatihannya dapat dilihat sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 32 Pelatihan dengan 6 JST yaitu 1 JST ada 10 ciri dan gejala penyakit dari ciri yang pertama sampai ciri yang ke 10. Begitu juga dengan JST 2 dari 10 ciri dan gejala penyakit yaitu ciri yang ke 11 sampai ciri yang ke 20 dan sampai JST yang ke-6 ada masing-masing 10 ciri dan gejala penyakit. Pelatihan dengan 4 JST yaitu 1 JST ada 15 ciri dan gejala penyakit dari ciri yang pertama sampai ciri yang ke 15. Begitu juga dengan JST 2 dari 15 ciri dan gejala penyakit yaitu ciri yang ke 16 sampai ciri yang ke 30 dan sampai JST yang ke-6 ada masing-masing 15 ciri dan gejala penyakit. Perbandingan antara 6 JST dengan 4 JST yaitu pada inputan dalam melakukan proses pengujian. Dimana 6 JST sebagai inputannya yaitu semua ciri dan gejala penyakit yang bernilai satu pada satu jenis penyakit sedangkan 4 JST tidak semua ciri dan gejala penyakit yang bernilai satu pada satu jenis penyakit yang menjadi inputan. Contoh : 1. Penyakit Marek Disease pada 6 JST Ciri dan gejala penyakit yang bernilai satu yaitu Lumpuh, Pembesaran Syaraf, Diare, Sesak Nafas, Bulu Melebar, Mata Terlihat Kelabu, Pupil Menyempit. Maka semua ciri dan gejala penyakit inilah yang sebagai inputannya sehingga dapat menghasilkan output yang benar. 2. Penyakit Marek Disease pada 4 JST Ciri dan gejala penyakit yang bernilai satu yaitu Lumpuh, Pembesaran Syaraf, Diare, Sesak Nafas, Bulu Melebar, Mata Terlihat Kelabu, Pupil Menyempit. Dimana, salah satu diantara ciri dan gejala penyakit ini juga dapat menghasilkan output yaitu berupa satu jenis penyakit. Misalnya : Pembesaran Syaraf, Diare, Lumpuh maka output yaitu jenis penyakit Marek Disease.

3.3 Perancangan Sistem

Perancangan sistem pengenalan penyakit pada ayam terdiri dari tiga bagian yaitu, perancangan prosedural, perancangan data flow diagram DFD dan perancangan antarmuka. Universitas Sumatera Utara 33

3.3.1 Perancangan Prosedural

Perancangan prosedural merupakan langkah awal dalam perancangan sistem. Perancangan prosedural bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap urutan proses yang dilakukan sistem. Pada sistem pengenalan penyakit pada ayam, terdapat dua proses utama, proses tersebut adalah proses pelatihan JST dan proses pengujian JST. Perancangan prosedural akan dibantu dengan menggunakan diagram alir flowchart dan algoritma.

3.3.1.1 Proses Pelatihan JST

Diagram alir proses pelatihan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Mulai Selesai Latih JST SOFM Simpan bobot Input Gejala Penyakit Output bobot hasil pelatihan Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pelatihan JST Pada proses pelatihan, proses dimulai dengan memasukkan gejala penyakit dari semua penyakit yang berupa bilangan biner 1 dan 0. Lalu latih jaringan syaraf tiruan SOFM. Setelah proses pelatihan selesai akan dihasilkan bobot pelatihan. Bobot Universitas Sumatera Utara 34 pelatihan kemudian disimpan pada file excel dan akan digunakan kembali pada proses pengujian. Berikut adalah algoritma dari proses pelatihan JST pada sistem pengenalan penyakit pada ayam. Proses Pelatihan JST input = xlsreadAyam1.xlsx, Sheet1, B2:P49; input= input; net1=newsomminmaxinput,16; net.trainparam.epochs=1000; net1=trainnet1,input; bobot1=net1.IW{1,1}; xlswriteAyam1.xlsx, bobot1, Bobot, A1:O16; b1=simnet1,input; ac1=vec2indb1

3.3.1.2 Proses Pengujian JST

Diagram alir proses pengujian JST dipaparkan pada Gambar 3.2. Mulai Selesai Uji dengan JST SOFM Menggunakan Bobot yang Didapat dari Proses Pelatihan Input Gejala Penyakit Tampilkan Hasil Pengujian Berupa Jenis Penyakit, Gejala dan Pencegahannya Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pengujian JST Universitas Sumatera Utara 35 Pada proses pengujian, proses dimulai dengan memasukkan gejala penyakit yang diderita pada ayam yang berupa bilangan biner 1 dan 0. Kemudian dengan menggunakan input tersebut, uji jaringan syaraf SOFM menggunakan bobot yang didapat dari poses pelatihan. Setelah proses pengujian selesai akan didapatkan jenis penyakit yang sesuai dengan gejala tersebut dan sistem akan menampilkan jenis penyakit berdasarkan gejala yang dimasukkan. Berikut adalah algoritma dari proses pengujian JST pada sistem pengenalan penyakit pada ayam. Proses Pengujian JST - Input Gejala Penyakit guidatahObject,handles; a gethandles.BJ,value; if a 1 writeAyam.xlsx, 1,Sheet2,BI; else writeAyam.xlsx, 0,Sheet2,BI; end - UJI JST SOFM Output simnet, data uji normalisasi Input xlsreadAyam.xlsx, Sheet2, A1:BI1; Input input; Net newsomminmaxinput,16; net initnet; net.iw{1,1} xlsreadAyam.xlsx, Bobot; b simnet,input; ac vec2indb; - Tampilkan Hasil Pelatihan if ac  m jenispenyakit m Universitas Sumatera Utara 36 deletehandles.figure1 elseif ac  n jenispenyakit n deletehandles.figure1 else jenispenyakit o deletehandles.figure1 end

3.3.2 Perancangan Data Flow Diagram DFD

Diagram konteks dari perancangan sistem pengenal penyakit pada ayam menggunakan metode Self-Organizing Feature Maps diperlihatkan pada Gambar 3.3. Sistem Pendeteksi Penyakit pada Ayam Pengguna Gejala Penyakit Hasil Deteksi Jenis, ciri-ciri dan Pencegahannya Pilih Jenis Penyakit Informasi Penyakit Gambar 3.3 Diagram Konteks Sistem Pengenal Penyakit Pada DFD konteks aplikasi yang dilakukan pengguna memilih jenis penyakit, memasukkan gejala penyakit. Sedangkan yang akan didapatkan pengguna dari sistem adalah hasil deteksi berupa jenis, ciri-ciri dan pencegahannya dan informasi tentang penyakit . Proses ini sistem akan menampilkan informasi penyakit dijelaskan pada DFD level 1 pada Gambar 3.4. Universitas Sumatera Utara 37 1.0 Deteksi Penyakit dengan SOFM Pengguna Gejala Penyakit Hasil Deteksi Jenis, ciri-ciri dan Pencegahannya Pilih Jenis Penyakit 2.0 Lihat Informasi Penyakit Informasi Penyakit Bobot Gambar 3.4 DFD Level 1 Sistem Pengenal Penyakit Pada DFD Level 1 proses 1 diperlihatkan pengguna memasukkan gejala penyakit pada proses deteksi penyakit dengan SOFM, proses juga menggunakan bobot yang telah disimpan dari proses pelatihan. Dari proses ini didapatkan hasil deteksi yang berupa jenis penyakit, ciri-ciri dan pencegahan yang dapat dilakukan terhadap penyakit tersebut. Pada DFD Level 1 proses 2 pengguna melihat informasi penyakit dengan memasukkan jenis penyakit yang ingin diketahui informasinya.

3.3.3 Tabel Penyakit, Ciri dan Gejalanya

Setiap penyakit ayam memiliki ciri dan gejala yang menjelaskan penyakit tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Penyakit, Ciri dan Gejala Penyakit Ciri dan Gejala Penyakit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 L PS D SN BM MK PM MB FC M BP MKP Marek Disease 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Universitas Sumatera Utara 38 Chronic Respiratory Disease CRD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Salesma Ayam 1 1 Infectious Bursal Disease 1 1 1 1 1 Newcastle Disease 1 1 1 1 1 Avian Tuberculosis 1 1 1 Infectious Laryngotraceitis 1 1 1 infectious Coryza 1 1 1 1 1 1 1 Infectious Bronchitis Avian Influenza 1 1 1 1 1 Universitas Sumatera Utara 39 Avian Colibacillosis 1 1 Aspergillosis 1 1 1 1 1 1 1 1 Necrotic Dermatitis Navel Infection Fowl Pox 1 1 1 Dermatommycosis Penyakit Ciri dan Gejala Penyakit 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 ST NMT HB N B BT MBR LBM BTMT BMK Marek Disease Chronic Respiratory Disease CRD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Universitas Sumatera Utara 40 Salesma Ayam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Infectious Bursal Disease 1 1 1 1 Newcastle Disease Avian Tuberculosis Infectious Laryngotraceitis 1 1 1 1 1 infectious Coryza 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Infectious Bronchitis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Avian Influenza 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Avian Colibacillosos 1 1 Universitas Sumatera Utara 41 Aspergillosis 1 Necrotic Dermatitis Navel Infection Fowl Pox 1 1 1 Dermatommycosis Penyakit Ciri dan Gejala Penyakit 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 BKK FP DM MKL WFK BJK GM PKL LB WPLP Marek Disease Chronic Respiratory Disease CRD Salesma Ayam Universitas Sumatera Utara 42 Infectious Bursal Disease 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Newcastle Disease 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Avian Tuberculosis 1 1 Infectious Laryngotraceit is infectious Coryza Infectious Bronchitis Avian Influenza 1 1 Avian Colibacillosos Aspergillosis Universitas Sumatera Utara 43 Necrotic Dermatitis Navel Infection Fowl Pox Dermatommyc osis Penyakit Ciri dan Gejala Penyakit 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 K PMT PSM TKH TK D BLPB JPB JPK BMU Marek Disease Chronic Respiratory Disease CRD Salesma Ayam Infectious Bursal Disease Universitas Sumatera Utara 44 Newcastle Disease Avian Tuberculosis 1 1 1 Infectious Laryngotraceitis 1 1 1 1 infectious Coryza 1 1 1 1 1 Infectious Bronchitis Avian Influenza 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Avian Colibacillosos Aspergillosis Necrotic Dermatitis 1 1 1 1 Universitas Sumatera Utara 45 1 Navel Infection 1 Fowl Pox 1 1 Dermatommycosis Penyakit Ciri dan Gejala Penyakit 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 MTP BK L KMK T POTB GTA LBHK PKTB PMK Marek Disease Chronic Respiratory Disease CRD Salesma Ayam Infectious Bursal Disease 1 1 Newcastle Disease Universitas Sumatera Utara 46 Avian Tuberculosis Infectious Laryngotraceitis infectious Coryza Infectious Bronchitis Avian Influenza 1 1 1 1 Avian Colibacillosos 1 1 1 1 1 1 Aspergillosis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Necrotic Dermatitis 1 1 1 1 1 1 Navel Infection 1 Universitas Sumatera Utara 47 1 Fowl Pox Dermatommycosis Penyakit Ciri dan Gejala Penyakit 53 54 55 56 57 58 59 60 PML PBR ABP AL TL AKP TWK KTBK Marek Disease Chronic Respiratory Disease CRD Salesma Ayam Infectious Bursal Disease Newcastle Disease Universitas Sumatera Utara 48 Avian Tuberculosis Infectious Laryngotraceitis infectious Coryza Infectious Bronchitis Avian Influenza Avian Colibacillosos Aspergillosis Necrotic Dermatitis Navel Infection 1 1 1 Universitas Sumatera Utara 49 Fowl Pox 1 1 1 1 1 Dermatommycosis 1 1 1 1 1 1 Keterangan : 1 : Ya : Tidak L : Lumpuh PS : Pembesaran Saraf D : Diare SN : Sesak Nafas BM : Bulu Melebar MK : Mata Terlihat Kelabu PM : Pupil Menyepit MB : Muka Ayam Bengkak FC : Feses Cair M : Mengantuk WP : Warna Bulu Pucat MKP : Menggelengkan Kepalanya ST : Sayap Terkulai NMT : Nafsu Makan Turun HB : Hidung Berlendir Berair N : Ngorok B : Bersin BT : Batuk MBR : Mata Berair LBM : Lendir Berdarah Pada Rongga Mulut BTMT : Bila bernafas Kepala Ditegakkan BMK : Bulu Mengkerut Universitas Sumatera Utara 50 BKK : Bulu Sekitar Kloaka Kotor FP : Feses Berwarna Keputih-putihan DM : Duduk Membungkuk MKL : Mematuki Kloakanya WFK : Warna feses Kehijauan BJK : Bulu Tampak Jatuh Ke bawah GM : Gemetar Menggigil PKL : Pembengkakan dibagian kepala dan leher LB : Leher Berputar WPLP : Wajah, Pial, dan Leher Pucat K : Kurus PMT : Pembengkakan Mata PSM : Pemdaraha Pada Selaput Mata TKH : Terdapat Kerak Pada Hidung TK : Tembolok Kosong DP : Depresi BLPB : Bulu disekitar Leher dan Punggung Berdiri JPB : Jengger dan Pial Bengkak JPK : Jengger dan Pial Kebiruan BMU : Bintik-Bintik Merah Pada Unggas MTP : Muka Ayam Tampak Pucat BK : Bulu Ayam Kasar L : Lesu Lemas KMK :Kotoran Menempel Pada Kloaka T : Terengah-engah POTB : Pergerakan Otot Tidak Terkoordinasi Dengan Baik GTA : Gerakan Tidak Aktif LBHK : Luka Berwarna HItam Dibagian Kulit PKTB : Pergerakan Kaki Tidak Terkoordinasi Dengan Baik PMK : Pusar Membengkak PML : Pusar Menebal PBR : Pusar Terasa Basah Jika Diraba ABP : Adanya Bungkul-bungkul Putih Universitas Sumatera Utara 51 AL : Adanya Luka Keropeng TL : Terdapat Lesi AKP : Adanya Kerak-kerak Putih TWK : Terdapat warna Kekuning-kuningan KTBK : Kulit yang Tidak Berbulu Terasa Kasar Pada Tabel 3.1 terdapat 16 jenis penyakit dan 60 ciri-ciri yang mewakili setiap penyakit tersebut. Bilangan biner 1 dan 0 menjelaskan ciri dan gejala dari setiap penyakit. Bilangan yang bernilai “1” ada pada salah satu jenis penyakit maka ayam yang menderita penyakit tersebut memiliki ciri dan gejala penyakit seperti yang ada di tabel. Misalnya, Penyakit Marek Disease memiliki nilai “1” pada Gejala Lumpuh, Pembesaran Pada Saraf, Diare, Sesak Nafas, Bulu Melebar, Mata Terliahat Kelabu, Dan Pupil Menyempit. Maka ciri dan gejala tersebut menandakan ayam menderita penyakit Marek Disease. Sedangkan nilai “0” menjelaskan bahwa ciri dan gejala lainnya tidak terdapat pada ayam yang menderita Marek Disease.

3.3.4 Perancangan Antarmuka

Perancangan antarmuka menguraikan bagaimana komunikasi antara sistem dengan pengguna. Tujuan utama dari perancangan antarmuka pengguna adalah untuk menciptakan suatu komunikasi yang efektif antara manusia dan komputer. Antarmuka yang menarik menjadi nilai tambah bagi pengguna maupun perancang sistem tersebut. Pada tahap ini akan dilakukan perancangan antarmuka sistem yang akan digunakan pada sistem nantinya.

3.3.4.1. Antarmuka Depan

Antarmuka Depan sistem merupakan tampilan utama ketika sistem dijalankan. Rancangan antarmuka Depan pada sistem ini dapat dilihat pada Gambar 3.5. Universitas Sumatera Utara 52 Halaman Utama Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan dalam Mendeteksi Penyakit pada Ayam dengan Metode Self-Organizing Feature Maps SOFM Diagnosa Penyakit Lihat Jenis Penyakit Keluar 1 2 3 Gambar 3.5 Tampilan Rancangan Antarmuka Depan Keterangan: 1. Tombol Diagnosa Penyakit Berfungsi untuk menghubungkan antarmuka Depan dengan antarmuka Diagnosa Penyakit. 2. Tombol Lihat Jenis Penyakit Berfungsi untuk menghubungkan antarmuka Depan dengan antarmuka Lihat Jenis Penyakit. 3. Tombol Keluar Berfungsi untuk menghubungkan antarmuka Depan dengan antarmuka Konfirmasi Keluar.

3.3.4.2. Antarmuka Diagnosa Penyakit

Rancangan antarmuka Diagnosa Penyakit pertama diperlihatkan pada Gambar 3.6. Universitas Sumatera Utara 53 Diagnosa Penyakit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Kembali Selanjutnya Ciri 1 Ciri 2 Ciri 6 Ciri 4 Ciri 10 Ciri 7 Ciri 8 Ciri 5 Ciri 3 Ciri 9 3 2 ` Gambar 3.6 Tampilan Rancangan Antarmuka Diagnosa Penyakit Pertama Keterangan: 1. Tombol check box ciri penyakit Berfungsi untuk pilihan ciri-ciri dan gejala penyakit pada ayam. 2. Tombol Selanjutnya Berfungsi menghubungkan antarmuka Diagnosa Penyakit Pertama dengan antarmuka Diagnosa Penyakit kedua . 3. Tombol Kembali Berfungsi menghubungkan antarmuka Diagnosa Penyakit pertama dengan antar muka Depan. Rancangan antarmuka Diagnosa Penyakit kedua diperlihatkan pada Gambar 3.7. Universitas Sumatera Utara 54 Diagnosa Penyakit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Kembali Proses Ciri 11 Ciri 12 Ciri 16 Ciri 14 Ciri 20 Ciri 17 Ciri 18 Ciri 15 Ciri 13 Ciri 19 3 2 Gambar 3.7 Tampilan Rancangan Antarmuka Diagnosa Penyakit Kedua Keterangan: 1. Tombol check box ciri penyakit Berfungsi untuk pilihan ciri-ciri dan gejala penyakit pada ayam. 2. Tombol Proses Berfungsi untuk melakukan pengujian dan menampilkan hasil pengujian. 3. Tombol Kembali Berfungsi menghubungkan antarmuka Diagnosa Penyakit kedua dengan antarmuka Diagnosa Penyakit pertama.

3.3.4.3 Antarmuka Jenis Penyakit

Rancangan antarmuka Jenis Penyakit diperlihatkan pada Gambar 3.8. Universitas Sumatera Utara 55 Jenis Penyakit Hasil proses yang di dapat berupa nama penyakit, ciri dan gejala penyakit dan pencegahan penyakit. Kembali 1 Gambar 3.8 Tampilan Rancangan Antarmuka Jenis Penyakit Keterangan: 1. Tombol Kembali Berfungsi untuk menghubungkan antarmuka Jenis Penyakit dengan antarmuka Diagnosa Penyakit yang pertama.

3.3.4.4. Antarmuka Lihat Jenis Penyakit

Rancangan antarmuka Lihat Jenis Penyakit diperlihatkan pada Gambar 3.9. Universitas Sumatera Utara 56 Lihat Jenis Penyakit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Lihat Ciri dan Gejala Penyakit Kembali 2 3 Penyakit 1 Penyakit 2 Penyakit 3 Penyakit 4 Penyakit 5 Penyakit 10 Penyakit 6 Penyakit 7 Penyakit 8 Penyakit 9 Gambar 3.9 Tampilan Rancangan Antarmuka Lihat Jenis Penyakit Keterangan: 1. Jenis Penyakit Berfungsi sebagai pilihan ciri dan gejala penyakit. 2. Tombol Lihat Ciri dan Gejala Penyakit Berfungsi untuk menghubungkan antarmuka Lihat Jenis Penyakit dengan antarmuka Jenis Penyakit. 3. Tombol Kembali Berfungsi menghubungkan antarmuka Lihat Jenis Penyakit dengan antarmuka Depan. Universitas Sumatera Utara BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

4.1 Implementasi Sistem

Implementasi sistem pendeteksi penyakit pada ayam menggunakan metode jaringan syaraf tiruan self-organizing feature maps SOFM ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Matlab R2007b dan Microsoft Office Excel 2007 sehingga menghasilkan sebuah perangkat lunak. Penerapan sistem dilakukan dengan menggunakan komputer dengan sistem yaitu sebagai berikut: 1. Operasi Windows 7 home premium, 2. Perangkat keras Prosesor IntelR AtomTM, CPU N2600 1.60GHz, 3. RAM 2 GB, 4. Harddisk 320 GB, 5. Monitor LCD 10.1” dengan resolusi layar 1024 x 600, 6. Mouse dan keyboard.

4.1.1 Tampilan Antarmuka Sistem

Sistem pendeteksi penyakit pada ayam diimplementasikan dalam beberapa tampilan antarmuka yang terdiri dari antarmuka Depan, antarmuka Diagnosa Penyakit, antarmuka Jenis Penyakit, antarmuka Lihat Jenis Penyakit, dan antarmuka Konfirmasi Keluar. Universitas Sumatera Utara 58

4.1.1.1 Antarmuka Depan

Antarmuka Depan merupakan antarmuka yang pertama kali tampil ketika aplikasi dimulai. Antarmuka ini terdiri dari nama aplikasi, tombol Diagnosa Penyakit, tombol Lihat Jenis Penyakit dan tombol Keluar. Tombol-tombol ini menghubungkan antarmuka Depan dengan antarmuka lain. Tombol Diagnosa Penyakit menghubungkan antarmuka Depan dengan antarmuka Diagnosa Penyakit. Tombol Lihat Jenis Penyakit menghubungkan antarmuka Depan dengan antarmuka Lihat Jenis Penyakit. Tombol Keluar, menghubungkan antarmuka Depan dengan Konfirmasi Keluar. Tampilan Antarmuka Depan ditunjukkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Tampilan Antarmuka Depan

4.1.1.2 Antarmuka Diagnosa Penyakit

Terdapat dua antarmuka pada antarmuka Diagnosa Penyakit. Pada kedua antarmuka tersebut terdapat check box ciri dan gejala penyakit. Pada antarmuka Diagnosa Penyakit yang pertama terdapat tombol Selanjutnya dan tombol Kembali. Tombol Selanjutnya menghubungkan antarmuka Diagnosa Penyakit pertama dengan Universitas Sumatera Utara 59 antarmuka Diagnosa Penyakit kedua. Tombol Kembali menghubungkan antarmuka Diagnosa Penyakit pertama dengan antarmuka Depan. Pada antarmuka Diagnosa Penyakit kedua juga terdapat check box ciri dan gejala penyakit. Pada antarmuka Diagnosa Penyakit yang kedua terdapat tombol Proses dan tombol Kembali. Tombol Proses berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap ciri dan gejala yang telah dimasukkan sehingga terdapat keluaran berupa tampilan antarmuka jenis penyakit yang sesuai. Tombol Kembali menghubungkan antarmuka Diagnosa Penyakit kedua dengan antarmuka Diagnosa Penyakit pertama. Tampilan Antarmuka Diagnosa Penyakit pertama diperlihatkan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Tampilan Antarmuka Diagnosa Penyakit Pertama Universitas Sumatera Utara 60 Tampilan Antarmuka Diagnosa Penyakit kedua diperlihatkan pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Tampilan Antarmuka Diagnosa Penyakit kedua

4.1.1.3 Antarmuka Lihat Jenis Penyakit

Pada antarmuka Lihat Jenis Penyakit terdapat radio button jenis penyakit, tombol lihat ciri dan gejala penyakit dan tombol kembali. Jenis penyakit ditampilkan pada radio button yang dapat diklik pengguna untuk melakukan pemilihan jenis penyakit yang ingin ditampilkan. Pada antarmuka Lihat Jenis Penyakit terdapat tombol Lihat Ciri dan Gejala Penyakit, yang berfungsi menampilkan antarmuka Jenis Penyakit. Pada antarmuka ini juga terdapat tombol Kembali yang berfungsi menghubungkan antarmuka Lihat Jenis Penyakit dengan antarmuka Depan. Tampilan antarmuka Lihat Jenis Penyakit ditunjukkan pada Gambar 4.4. Universitas Sumatera Utara 61 Gambar 4.4 Tampilan Antarmuka Lihat Jenis Penyakit

4.1.1.4 Antarmuka Keluar

Tampilan untuk antarmuka Keluar adalah sebagai berikut: Gambar 4.5 Tampilan Antarmuka Konfirmasi Keluar Sistem akan tertutup apabila user memilih button Ya dan sistem akan kembali ke antarmuka Depan apabila user memilih button Tidak. Universitas Sumatera Utara 62

4.2 Pengujian Sistem

Untuk mengetahui apakah sistem sudah dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan pengujian. Pada tahap pengujian ini juga akan dilihat apakah terdapat perbedaan antara hasil yang diharapkan yaitu hasil yang terjadi dilapangan dengan hasil yang didapat dari sistem.

4.2.1 Pengujian Pengenalan Penyakit

Pada pengujian pengenalan penyakit inputan yang digunakan sebagai data pengujian berupa ciri dan gejala penyakit pada ayam. Sistem melakukan input berupa ciri dan gejala penyakit yang telah dilatih pada sistem dan menghasilkan output berupa jenis penyakit dengan ciri dan gejala penyakit yang telah di input beserta cara pencegahannya. Input berupa ciri dan gejala penyakit dapat dilihat pada gambar 4.6 dan gambar 4.7. Gambar 4.6 Input Pertama Ciri Dan Gejala Penyakit Universitas Sumatera Utara 63 Gambar 4.7 Input Kedua Ciri Dan Gejala Penyakit Pada gambar di atas dapat kita lihat bahwa sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu memilih beberapa ciri dan gejala penyakit agar dapat menghasilkan output. Hasil pengujian sistem ditunjukkan pada gambar 4.8 berikut: Universitas Sumatera Utara 64 Gambar 4.8 Hasil Pengujian Sistem Dalam Pengenalan Penyakit Setelah melakukan inputan pada sistem pengujian berdasarkan tabel yang ada maka dapatlah output yang terdiri dari nama penyakit, ciri dan gejala penyakit serta cara pencegahannya. Apabila inputan tidak ada menghasilkan output maka, tampilannya dapat kita lihat seperti pada gambar 4.9 berikut: Gambar 4.9 Hasil Tidak Sesuai Dengan Inputan Tidak semua input dapat menghasilkan output dikarenakan Pelatihan JST ini tidak 100 akurat. Sebagai contoh : Universitas Sumatera Utara 65 1. Pada penyakit Marek Diseases dapat kita lihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Pengujian Pertama Ciri dan Gejala Penyakit Marek Diseases Output Sistem Bulu Melebar Tidak dapat menghasilkan output Mata Terlihat Kelabu Lumpuh Pembesaran Syaraf Marek Diseases Diare Lumpuh Mata Terlihat Kelabu Tidak dapat menghasilkan output Pupil Menyempit Pembesaran Syaraf Bulu Melabar Marek Diseases Mata Terlihat Kelabu Sayap Terkulai Lumpuh Pembesaran Syaraf 2. Pada penyakit CRD dapat kita lihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Pengujian Kedua Ciri dan Gejala Penyakit CRD Output Sistem Muka Ayam Bengkak Tidak dapat menghasilkan output Fases Cair Mengantuk Ngorok Universitas Sumatera Utara 66 Bersin Fases Cair CRD Mengantuk Nafsu Makan Turun Bersin Warna Bulu Pucat Tidak dapat menghasilkan output Sayap Terkulai Hidung Berlendir Nafsu Makan Turun Ngorok Muka Ayam Bengkak CRD Fases Cair Warna Bulu Pucat Mengantuk Nafsu Makan Turun Ngorok 3. Pada penyakit Fowl Pox dapat kita lihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Pengujian Ketiga Ciri dan Gejala Penyakit Fowl Pox Output Sistem Depresi Fowl Pox Adanya Bungkul-bungkul Putih Nafsu Makan Turun Sesak Nafas Tidak dapat menghasilkan output Depresi Universitas Sumatera Utara 67 Adanya Luka Keropeng Adanya Bungkul-bungkul Putih Tidak dapat menghasilkan output Depresi Terdapat Lesi Sesak Nafas Fowl Pox Nafsu Makan Turun Depresi Adanya Bungkul-bungkul Putih 4. Pada penyakit Salesma Ayam dapat kita lihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Pengujian Keempat Ciri dan Gejala Penyakit Salesma Ayam Output Sistem Hidung Berlendir Salesma Ayam Mata Berair Sesak Nafas Batuk Mata Berair Salesma Ayam Bila Bernafas Kepala Ditegakkan Sesak Nafas Lendir Berdarah Pada Rongga Mulut Tidak dapat menghasilkan output Bila Bernafas Kepala Ditegakkan Batuk Sesak Nafas Hidung Berlendir Salesma Ayam Mata Berair Universitas Sumatera Utara 68 Bila Bernafas Kepala Ditegakkan Sesak Nafas 5. Pada penyakit Gumboro dapat kita lihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Pengujian Kelima Ciri dan Gejala Penyakit Gumboro Output Sistem Bulu Mengkerut Tidak dapat menghasilkan output Duduk Membungkuk Gemetar Menggigil Diare Mengantuk Lesu Lemes Fases Berwarna Keputih-putihan Tidak dapat menghasilkan output Mengantuk Nafsu Makan Turun Lesu Lemas Bulu Disekitar Kloaka Kotor Gumboro Gemetar Menggigil Fases Berwarna Keputih-putihan Diare Nafsu Makan Turun Bulu Mengkerut Gumboro Bulu Disekitar Kloaka Kotor GemetarMenggigil Nagsu Makan Turun Universitas Sumatera Utara 69 Mengantuk LesuLemes Bulu Disekitar Kloaka Kotor Gumboro Fases Berwarna Keputih-putihan Mematuki Kloakanya Nafsu Makan Turun Diare Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sesuai dengan hasil uji coba dan pembahasan program yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Aplikasi sistem ini dibuat sebagai alat bantu untuk pengenalan penyakit pada ayam dalam jaringan syaraf tiruan dengan metode Self-Organizing Feature Maps. 2. Dengan metode Self-Organizing Feature Maps, pengenalan penyakit pada ayam dapat dikenali tergantung input yang tepat berdasarkan tabel yang menjadi acuan. 3. Sistem ini lebih akurat apabila hasil deteksi untuk data yang dilatih pada jaringan syaraf tiruan yang terdiri dari empat Self-Organizing Feature Maps dibandingkan dengan untuk data yang dilatih pada jaringan syaraf tiruan yang terdiri dari enam Self-Organizing Feature Maps. 4. Untuk mendapatkan hasil proses dalam penelitian ini digunakan arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan dua lapisan yaitu lapisan input dan output. Dengan input berupa ciri dan gejala penyakit sistem ini dapat mengenali penyakit pada ayam. Sistem ini tidak 100 akurat dalam pengenalan penyakit karena tidak semua ciri dan gejala yang menjadi input dapat menghasilkan output yang benar. Universitas Sumatera Utara 71

5.2 Saran

Untuk pengembangan selanjutnya, penulis menyarankan agar: 1. Sistem ini tidak hanya dapat mengenali 16 jenis penyakit yang ada, tetapi dapat dikembangkan lagi untuk menngenali penyakit lainnya yang terdapat pada ayam. 2. Sistem ini dapat dikembangkan lagi untuk mendeteksi suatu penyakit, tidak hanya untuk hewan melainkan makhluk hidup lainnya. 3. Diharapkan sistem ini dapat dikembangkan sehingga menghasilkan output lebih mendekati 100 benar dalam pengelompokan data dengan cara berbeda atau menambah metode lainnya. Universitas Sumatera Utara 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ayam