40
4.3.2 Informan Pendukung
1. Nama
: Sutrisno
Jenis kelamin :
Laki-laki Umur
: 33 Tahun
Agama :
Kristen Jenis Pekerjaan
: Wiraswasta
Bapak Sutrisno adalah informan yang kedua, beliau merupakan anggota dari PSMTI. Beliau bergabung dengan PSMTI pada tahun 2008 dan
diusianya yang menginjak 33 tahun Bapak Sutrisno sekarang telah menjabat sebagai Sekretaris PSMTI periode 2015-2019 dimana bapak Sutrisno yang
mengurus adminstrasi internal dalam organisasi PSMTI. Alasan bergabungnya Bapak Sutrisno karena beliau tertarik dengan
visi dan misi PSMTI. Menurut Bapak Sutrisno visi dan misi PSMTI sangat bermanfaat bagi etnis Tionghoa dalam mempersatukan warga Tionghoa dan
membantu negara dalam pembangunan bangsa. Selain itu juga PSMTI merupakan organisasi yang bergerak di bidang sosial sehingga itu dapat
menjadi teladan bagi saya sebagai anggota PSMTI untuk melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat bagi semua elemen masyarakat.
Ketika berbicara mengenai sumbangsih anggota dalam memajukan organisasi PSMTI dan mempertahankan nilai dan eksistensi etnis Tionghoa,
Menurut Beliau dengan selalu mensosialisasikan visi dan misi PSMTI di kalangan orang-orang Tionghoa untuk dapat mendukung PSMTI walaupun
Universitas Sumatera Utara
41
telah atau tidak menjadi bagian dari anggota PSMTI terhadap seluruh program-progam kegiatan yang diselenggarakan organisasi baik di tingkat
kota, kecamatan, kelurahan maupun di daerah terpencil seperti desa dimana organisasi PSMTI sering melakukan kegiatan sosial baik itu dilaksanakan oleh
PSMTI ataupun bekerjasama dengan organisasi lain dalam menyukseskan kegiatan tersebut.
Ketika disinggung mengenai keterikutan anggota PSMTI dalam panggung politik. Menurut Beliau sebenarnya anggota tidak diperkenankan
untuk mengikuti panggung politik sebagaimana diketahui organisasi PSMTI adalah organisasi sosial non-politik. Dan apabila seorang anggota yang
bersangkutan mempunyai potensi maupun kemampuan dalam dunia poltik itu adalah hal yang bagus dan sesuai dengan visi dan misi PSMTI yakni“
meningkatkan terus kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. Etnis Tionghoa juga mempunyai hak dan kewajiban untuk membangun negara
Indonesia jadi tidak hanya suku asli Indonesia saja, masyarakat Tionghoa juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan yang lain karena
merupakan bagian dari keragaman suku Indonesia, maka untuk itu masyarakat Tionghoa harus turut ikut serta dalam pembangunan karena kita lahir, besar,
tua, sakitnya dan akhirnya meninggal dunia tetap di negara ini, tidak mungkin ke negeara lain.
Menurut Beliau ketika ditanyai tentang manfaat keberadaan PSMTI terhadap masyarakat luas sangat postif responnya yang diberikan.
“Banyak kok contohnya dek, ketika terjadi kebakaran di Pasar Timah Area di jalan Bromo dimana waktu itu kami
anggota PSMTI mengumpulkan dana baik dari donatur maupun dari kami sendiri sebagai anggota dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
42
uang, pakaian, dan sembako untuk diserahkan langsung kepada korban kebakaran disana, salah satu mereka pun
sangat bahagia dan mengucapakan terima kasih kepada atas bantuannya.”
Demikian Penuturan dari Bapak Sutrisno terkait dengan manfaat yang diberikan dari keberadaan PSMTI terhadap masyarakat membuktikan bahwa
kegaiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi PSMTI dapat membuat keberadaan PSMTI dapat diterima oleh masyarakat dari berbagai elemen
bahwa keberadaan organisasi PSMTI cukup membantu masyarakat yang kurang mampu maupun masyarakat yang mengalami musibah. Selain itu juga
menjadi sebuah motivasi atau sebuah daya tarik buat anggota untuk termotivasi ikut melakukan kegiatan sosial agar dapat memberikan penilaian
positif untuk etnis Tionghoa.
2. Nama
: Eddy Tan
Jenis kelamin :
Laki-laki Umur
: 47 Tahun
Agama :
Buddha Jenis Pekerjaan
: Karyawan
Informan selanjutnya adalah Eddy Tan. Bapak Eddy Tan merupakan bagian dari anggota organisasi PSMTI. Beliau saat ini menjabat sebagai Kabid
sosial di organisasi PSMTI. Bapak Eddy tinggal Jalan Sei Kera Gang Rezeki No.5 Medan. Beliau bergabung dengan organisasi pada tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
43
Ketertarikan beliau untuk masuk PSMTI itu dikarenakan rasa Persaudaraan yang dijalin di dalam organisasi ini sangat erat, rasa kerukunan,
kasih sayang dan rasa sosial yang tinggi yang ditanamkan dari organisasi tersebut. Keikutsertaan Bapak Eddy kedalam organisasi PSMTI karena ingin
belajar berorganisasi, sebelum bergabung dengan organisasi PSMTI Pak Eddy tidak pernah mengikuti organisasi apapun. Seperti yang dikatakan Bapak Eddy
di atas tentang rasa persaudaraan yang erat antar sesama orang marga Tionghoa untuk lebih dijalin dengan harmonis baik itu dengan ormas lainnya
maupun dengan masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Seperti responden sebelumnya beliau Eddy sangat menyambut positif
ketika salah satu anggota dari organisasi PSMTI masuk ke ranah politik dimana itu dapat menepis anggapan atau pandangan dari masyarakat luas
tentang bidang yang selama ini ditekuni oleh masyarakat Tionghoa yakni bidang perekonomian maupun perdagangan yang sudah menjadi budaya dan
telah melekat pada setiap akar keturunan etnis Tionghoa untuk berbisnis dan berdagang, bukan hanya pada bidang politik masyarakat Tionghoa pada
bidang-bidang lain baik masuk menjadi PNS, polisi, maupun tentara yang bisa dikatakan merupakan profesi yang jarang ditemukan pada masyarakat etnis
Tionghoa untuk bergelut di profesi tersebut. Ketika berbicara mengenai cara dalam menbantu memajukan
organisasi PSMTI, beliau mengatakan: “Ya sebagai anggota pertama-pertama kita harus
menaati dan melaksanankan sesuai ADART Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga PSMTI dan progam kerjanya.
Itukan juga sebuah bentuk kita sebagai anggota PSMTI dalam memajukan organisasi, kalau tidak mematuhi aturan atau
Universitas Sumatera Utara
44
mendukung kegiatan yang dilaksanakan organisasi gimana sebuah organisasi bisa maju.”
Berdasarkan penuturan Bapak Eddy menunjukkan bahwa rasa in-group atau keterikatan dengan kelompok sendiri cukup kuat dan hal ini juga
membuktikan kebanggaan menjadi salah satu dari anggota kelompok dinilai positif karena dapat meningkatkan identitas kelompok itu sendiri maupun
identitas personal anggota. Menurut Beliau mengenai keterikutan anggota PSMTI dalam
panggung politik. Bapak Eddy berpendapat bahwa: “ Bagus la, ketika seorang anggota dari kelompok kita
menjadi seorang anggota legislatif itu sangat bagus karena melalui anggota itu dapat lebih mudah mengimplementasikan
atau mengaspirasikan isi dari visi dan misi PSMTI dan bisa juga sebagai komunikator untuk menyuarakan aspirasi dari
masyarakat Tionghoa secara langsung kepada pemerimtah.”
Melihat dari penuturan bapak Eddy menunjukkan bahwa keberadaan anggota dalam suatu kelompok itu dapat meningkatkan harga diri kelompok
itu tersebut dan membuat suatu kebanggaan tersendiri bagi identitas kelompok dan identitas etnis Tionghoa yang diwakili.
Manfaat dari keberadaan PSMTI terhadap masyarakat luas cukup bagus dan bermanfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat yang kurang
mampu ataupun masyarakat yang terkena musibah dan apa yang dilaksanakan PSMTI baik secara langsung maupun tidak langsung juga telah membantu
sebagian kecil dari tugas pemerintah kita yakni “mensejahterakan rakyatnya”.
Universitas Sumatera Utara
45
3. Nama
: Tan Cu Cu
Jenis kelamin :
Laki-laki Umur
: 41 Tahun
Agama :
Buddha Jenis Pekerjaan
: Wiraswasta
Informan berikutnya adalah Bapak Tan Cu Cu. Beliau merupakan anggota yang cukup aktif dalam organisasi PSMTI. Bapak Tan Cu Cu tinggal
Jalan Mangaan III no 147 Medan. Beliau sudah cukup mengenal banyak tentang PSMTI dimana dia sudah menjadi anggota PSMTI sejak tahun 2011.
Bapak Tan Cu Cu berbiacara ketertarikannya menjadi anggota PSMTI itu dikarenakan PSMTI adalah salah satu organisasi suku Tionghoa yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berazaskan sosial gotong royong. Inilah alasan mengapa bapak Tan Cu Cu menjadi anggota organisasi PSMTI
dimana organisasi menurut Bapak Tan Cu Cu sangat bermanfaat bagi etnis Tionghoa dalam menciptakan hubungan yang selaras antar masyarakat
Tionghoa dan juga sebagai jembatan bagi masyarakat etnis Tionghoa untuk memperkenalkan budaya Tionghoa manakala tidak semua masyarakat
Indonesia mengenal baik dari arti budaya-budaya masyarakat etnis Tionghoa itu seperti festival Barongsai, cheng beng sembahyang leluhur, festival
perahu naga, festival kue bulan, dan sebagainya. Untuk itulah dibutuhkanlah sebuah sarana atau fasilitator untuk
mengekspresikan budaya itu dengan adanya adanya organisasi seperti PSMTI,
Universitas Sumatera Utara
46
Bapak Tan Cu Cu yakin dapat mengembangkan budaya etnis Tionghoa sebagai bagian dari identitas masyarakat etnis Tionghoa.
Untuk mencapai tujuan tersebut menurut Bapak Tan Cu Cu perlu untuk memotivasi para angota-anggota lain untuk ikut serta secara aktif dan selalu
mendukung setiap program dan kegiatan sosial yang dilaksanakan PSMTI dengan melalui selalu mensosialisasikan visi dan misi PSMTI kepada
masyarakat Tionghoa khususnya komunitas etnis Tionghoa, serta dengan kontinu atau terus menerus mensosialisasikan budaya-budaya dan adat istiadat
Tionghoa dengan pesta Budaya seperti yang sudah dijelaskan Bapak Tan Cu Cu di atas. Kegiatan-kegiatan inilah yang adalah wujud dalam membantu
organisasi PSMTI untuk memajukan identitas masyarakat Tionghoa dan sebagai organisasi bagi etnis Tionghoa untuk lebih mengakrabkan diri bukan
hanya antar sesama masyarakat Tionghoa melainkan juga lebih bebaur dengan msayrakat suku lainnya agar mmenghilangkan sterotipe akan etnis Tionghoa
yang selalu hidup bersama dengan sesama etnis nya. Seperti halnya dengan informan lainnya Bapak Tan Cu Cu juga sangat
mendukung apabila salah satu dari anggota mempunyai jiwa yang ingin berkontribusi dan berkemampuan di dalam dunia politik itu dipersilahkan.
Sepanjang anggota tersebut bisa membawa nilai-nilai yang positif dan bisa menyalurkan aspirasi dan kepentingan masyarakat khususnya yang
menyangkut kepentingan orang Tionghoa di dalam pemerintahan seperti halnya peraturan yang sifatnya diskriminasi di dalam pengurusan surat-surat
yang menyangkut adminstransi KTP, KK, dan lain-lain. Beliau juga menambahkan dengan kehadiran etnis Tionghoa di dalam dunia politik
Universitas Sumatera Utara
47
membuktikan bahwa etnis Tionghoa juga peduli dengan tumbuh kembangnya negara Indonesia melalui keikut sertaannya dalam partisipasi politik.
Ketika berbicara tentang bagaiman tanggapannya tentang manfaat kegiatan PSMTI terhadap masyarakat. Beliau menyatakan bahwa:
“ Manfaat yang kami berikan kepada masyarakat pastilah bersifat positif kalau merugikan ngapainlah kami
kerjakan kalau tujuannya tidak baik bagi masyarakat dan juga bakal merugikan nama baik organisasi kami sendiri.
Contohlah Kegiatan Bakti Sosial yang sering kami lakukan untuk membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah
seperti erupsi Gunung Sinabung dan membuka posko dari hasil mengumpulkan dana dari para donatur untuk korban
kebakaran di Tanjung Sari Sukaramain, Pasar Bromo, dll. Demikian juga pemberian paket sembako untuk keluarga pra
sejahtera keluarga kurang mampun pada hari besar keagamaan yakni Hari raya Idul Fitri, Tahun Baru, maupun
hari raya Imlek.”
Dari hal yang disampaikan bapak Tan Cu Cu dapat dikatakan bahwaorganisasi PSMTI sangat menjunjung tinggi nilai dan identitas dari
kelompoknya itu sendiri yang berusaha untuk menciptakan image yang positif bagi keberadaan organisasi PSMTI, jika citra itu rusak atau luntur maka itu
juga akan mempengaruhi eksistensi identitas organisasi ini dimata masyarakat yang luas juga seprti dengan Teori Henry Tajfel. Image itu yang memberikan
perbedaan pandangan dari kelompok masyarakat lain terhadap prestasi yang telah dicapai organisasi PSMTI.
Kinerja dan perkembangan PSMTI yang diberikan selama ini baik kepada masyarakat Tionghoa maupun pada masyarakat kelompok lainnya
cukup memuaskan dan memberikan nilai-nilai positif, seperti tanggapan yang telah disampaikan diatas. Dengan adanya PSMTI masyarakat etnis Tionghoa
Universitas Sumatera Utara
48
sudah mulai mengenal dan paham dalam berorganisasi, tergeraknya hati untuk beramal sosial, dan juga dalam hal membangun hubungan dengan kelompok
melalui kerjasama dengan berbagai organisasi dan pemerintah daerah setempat.
4. Nama
: Ang Tje Ping
Jenis kelamin :
Laki-laki Umur
: 46 Tahun
Agama :
Buddha Jenis Pekerjaan
: Wiraswasta
Informan selanjuttnya adalah Ang Tje Ping. Beliau juga merupakan bagian dari anggota dalam organisasi PSMTI. Beliau ikut keanggotaan PSMTI
pada tahun 2008 dan merupakan anggota yang aktif dalam setiap kegiatan- kegiatan yang selalu dilaksanakan organisasi PSMTI. Bapak Ang Tje Ping
tinggal di jalan Selam VI no:72 Medan. Bapak Ang Tje Ping masuk ke organisasi PSMTI dengan para
informan lainnya hampir sama dimana Bapak Ang Tje Ping berpendapat bahwa ketertarikannya adalah sebagai tempat penghubung pemersatu
masyarakat Tionghoa dalam sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial. Menjadi anggota PSMTI membuat beliau banyak belajar dari manfaat masuk
ke dalam sebuah organisasi khususnya dalam menjalin hubungan dengan anggota-anggota Tionghoa lainnya, organisasi lainnya, dan pemerintah untuk
bekerjasama untuk mewujudkan dan mendukung integrasi bangsa sesuai 4 pilar bangsa, membantu memajukan bangsa dalam segala bidang dan tetap
Universitas Sumatera Utara
49
menajaga kerukunan yang terjalin dengan masyarakat luas yang menjadi cita- cita organisasi PSMTI.
Melihat maraknya etnis Tionghoa yang masuk kedalam dunia poltik Bapak Ang Tje Ping menyatakan adanya gerakan pembaharuan etnis
Tionghoa itu sendiri untuk mengangkat kehidupan mereka dan berusaha untuk menghapuskan diskriminasi antar etnis didalam berbagai bidang
kehidupan di Indonesia sampai saat ini masa dirasakan. Melalui berpolitik serta mengabdi dan memberi sumbangsih kepada Negara Indonesia, selain itu
untuk menghilangkan stigma akan tradisi atau kebiasaan etnis Tionghoa yang hanya bisa bergelut di bidang perdagangan. Sebagai contoh konkrit nya
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang lebih memilih mengabdi kepada negara dan beliau juga menjadi contoh bagi masyarakat Tionghoa sebagai
wujud baru kehadiran Etnis Tionghoa yang akan menghadirkan nilai plus dalam dunia birokrasi sekaligus berdampak positif bagi keberadaan etnis
Tionghoa dalam pemerintahan. Untuk itulah organisasi PSMTI bertujuan untuk melakukan
pembenahan terhadap generasi muda masyarakat Tionghoa di masa yang akan datang. Perkembangan positif itu juga harus tetap dipertahankan dan
dikembangkan, mengingat dulu masyarakat etnis Tionghoa juga berkontribusi atau mempunyai peranan penting walaupun secara historis belum diakui dan
dan seolah olah dilupakan dan sangat sedikit ulasannya dalam sejarah Indonesia.
Kinerja dan perkembangan yang sudah dicapai oleh organisasi PSMTI juga harus tetap dipertahankan agar manfaatnya dapat membantu masyarakat
Universitas Sumatera Utara
50
luas dan etnis Tionghoa melalui berbagai kegiatan pesta kebudayaan Tionghoa untuk diperkenalkan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan kegiatan-
kegiatan sosial dalam rangka membantu orang yang tidak mampu atau prasejahtera. Berikut hasil wawancara Bapak Ang Tje Ping:
“Seperti contoh kegiatan sosial yang kita lakukan di daerah Belawan yang mengalami kebakaran dimana
menghanguskan ± 24 unit rumah penduduk baik dari masyarakat etnis Tionghoa kita sendiri dan masyarakat etnis
lain. Mendengar hal tersebut anggota PSMTI Medan dan Belawan bersama-sama membantu saudara-saudara yang
mendapat musibah dengan membuka atau mendirikan posko bantuan kebakaran selama sebulan sehingga terkumpullah
bantuan dari para donatur dan para dermawan serta organisasi sosial yang ada di kota Medan berupa dana atau
uang, bahan bagunan seperti seng, semen, batu bara, sembako, dan sebagainya.”
Pencapaian ini bisa membantu masyarakat dikawasan Belawan dapat membangun kembali rumah mereka sehingga hubungan persaudaraan antara
etnis Tionghoa dengan dengan suku lain akan terjalin erat didalam masyarakat dari apa yang sudah dilakukan oleh PSMTI dan dengan sendirinya atau secara
otomatis banyak masyarakat suku lain akan mengenal dan mengetahui keberadaan organisasi PSMTI sebagai salah satu wadah organisasi yang
berbasis suku atau orang-orang Tionghoa yang mana didalamnya menjalankan kegiatan sosialnya untuk semua warga masyarakat lain yang ada atau dengan
kata lain kegiatan PSMTI tidak hanya untuk orang Tionghoa saja tetapi bersifat universal dan mencakup berbagai elemen masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
51
5. Nama
: Susanto Kalim
Jenis kelamin :
Laki-laki Umur
: 47 Tahun
Agama :
Buddha Jenis Pekerjaan
: Wiraswasta
Informan berikutnya adalah Bapak Susanto Kalim. Beliau juga merupakan bagian dari keanggotaan PSMTI. Beliau tinggal di Jalan AR.
Hakim Gg Aman no: 9H Medan. Beliau mengawali karir dalam berorganisasi PSMTI pada tahun 2013. Bapak Susanto sebenarnya sudah lama mengenal
PSMTI sebelum resmi masuk ke organisasi PSMTI pada tahun 2013 dimana beliau mengenal PSMTI sejak awal terbentuknya PSMTI, seperti diketahui
organisasi ini terbentuk karena adanya kerusuhan massa dan penjarahan yang menjadikan etnis Tionghoa sebagai korban.
Inilah yang menjadi alasan Bapak Susanto untuk bergabung kedalam organiasi PSMTI yang dirasa sebagai wadah atau perkumpulan yang
difungsikan sebagai permersatu hubungan seluruh masyarakat Tionghoa dan berusaha bersama untuk menimalisasi atau menghilangkan diskriminasi antar
etnis di Indonesia melalui progam-progam kerja organisasi baik dalam melakukan pesta budaya Tionghoa, acara-acara kegiatan sosial dan sebagainya
yang menjadi ciri khas dari organisasi PSMTI. Mensosialisasikan makna dan arti dari organisasi PSMTI merupakan
wujud dari anggota dalam memajukan organisasi PSMTI menurut Bapak Susanto, beliau juga menambahkan untuk selalu mengenalkan budaya dan adat
Universitas Sumatera Utara
52
istiadat suku Tionghoa kepada masyarakat luas juga serta ikut aktif dalam setiap perayaan budaya suku Tionghoa misalnya Hari Sembahyang Cheng
Beng, hari makan Bak Cang, hari sembahyang leluhur, hari sembahyang Bulan, dan sebagainya. Beliau juga memberi perhatian lebih pada pemuda-
pemuda etnis Tionghoa dalam yang keiikut sertaan dalam kegiatan atau festival itu seperti dalam wawancara ini:
“Selama ini kegiatan-kegiatan pesta-pesta atau festival kebudayaan itu bertujuan meningkatkan dan membantu
kesadaran bagi kaum-kaum muda untuk tidak meninggalkan budayanya sendiri. Anak zaman sekarang sudah tidak
mempedulikan lagi apa yang menjadi budaya-budaya kita. Coba aja tanya mereka itu tentang beberapa budaya kita
seperti hari-hari khusus sembahyang pasti mereka gak tau. Ya kedepannya saya berharap moga lebih bagus lagi.”
Bapak Susanto beranggapan bahwa terdapat hal positif didalam pelaksanaan kegiatan seperti festival budaya itu dapat meningkatkan
kesadaran para pemuda untuk dapat tetap menjaga budaya maupun ciri khas dari identitas masyarakat orang Tionghoa. Supaya kedepannya para pemuda-
pemuda etnis Tionghoa masih tetap melakukan tradisi dan budaya ini dan lebih mengembangkan dirinya untuk lebih memperkenalkan budaya etnis
Tionghoa kepada masyarakat luas. Berbicara tentang keikutsertaan anggota PSMTI dalam dunia politik,
Menurut beliau itu sah-sah saja kalau seseorang masuk ke dunia politik mengingat setiap warga negara di Indonesia mempunyai hak memilih dan
dipilih seperti yang tertuang dalam UUD 45. Dengan adanya etnis Tionghoa yang duduk sebagai anggota legislatif atau pemerintahan itu bagus karena bisa
mengapresiasikan suara Tionghoa dalam berpolitik di pemerintahan dan
Universitas Sumatera Utara
53
sebagai suatu wujud masyarakat etnis Tionghoa untuk memperbaiki nasib. Selain itu itu juga menjadi tren positif dimana etnis Tionghoa selalu hidup di
zona aman saja yakni di bidang bisnis atau perdagangan dan menghilangkan persoalan latar belakang baik suku, etnis, ataupun agama yang selama ini
menjadi kendala bagi etnis Tionghoa untuk terjun ke dunia politik. Partisipasi politik ini juga yang akan menjadi dorongan masyarakat etnis Tionghoa dalam
memulihkan kembali identitas etnis Tionghoa dan membuat kesetaraan terhadap suku-suku lain dalam berbagai bidang.
Untuk itu kinerja dan perkembangannya perlu lagi ditingkatkan pada bidang kepemudaan organisasi dan tetap fokus dalam melakukan kegiatan
sosial. Kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh PSMTI yang selama ini sebenarmya bertujuan untuk membantu mensejahterakan setiap kalangan
masyarakat baik masyarakat Tionghoa maupun masyarakat etnis lainnya. PSMTI merupakan wadah suku Tionghoa yang ada di Indonesia untuk saling
berinteraksi atau saling bersilaturahmi antar berbagai suku masyarakat lain dan bukan hanya untuk masyarakat suku Tionghoa. Hal tersebut juga akan
memberi dampak positif bagi keberadaan organisasi PSMTI atau masyarakat etnis Tionghoa dalam menciptakan sikap positif di dalam bermasyarakat.
Disetiap kegiatan, PSMTI selalu bekerja sama dengan pihak pemerintah setempat baik kota Medan maupun di kecamatan dalam rangka untuk bertukar
pikiran dalam menyukseskan setiap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan PSMTI.
Universitas Sumatera Utara
54
6. Nama
: Fransen Winata
Jenis kelamin :
Laki-laki Umur
: 46 Tahun
Agama :
Buddha Jenis Pekerjaan
: Wiraswasta
Informan berikutnya adalah Bapak Fransen Winata. Beliau masuk menjadi bagian anggota PSMTI pada tahun 2007. Bapak Fransen juga
merupakan anggota aktif selama berada di organisasi PSMTI. Bapak Fransen tinggal Jalan Denai no. 105 A Medan.
Beliau menjadi bagian dari keanggotaan PSMTI karena ketertarikan dengan rasa sosial yang tinggi yang selama ini dilakukan oleh organisasi
PSMTI yang sangat bermanfaat bagi kalangan masyarakat yang kurang mampu. Pada tahun 2015, bapak Fransen mendapat mandat untuk menjabat
sebagai ketua OKK Organisasi Kepengurusan dan Kaderisasi periode 2015- 2019 dimana tugas pokok beliau itu cukup berat yakni membesarkan
organisasi PSMTI di tingkat Kecamatan dan Kelurahan serta memberikan pemahaman mengenai paguyuban Tionghoa sesuai dalam ADART organisasi
PSMTI. Meski merasa tugas itu berat, Beliau tetap optimis bisa melakukannya karena dengan itu bapak Fransen sebagai anggota organisasi dapat membantu
memajukan dan membesarkan nama organisasi PSMTI. Sampai saat ini Bapak Fransen sangat terbantu tugasnya dari bantuan kawan-kawan anggota PSMTI.
Rasa kebersamaan dan kekompakan yang ada di PSMTI yang cukup terjalin dengan baik membuat Pak Fransen menyadari akan hubungan antar
Universitas Sumatera Utara
55
anggotayang kuat di dalam kekompakkan yang terjalin antar sesama anggota paguyuban.
Seperti pernyataan informan lainnya, Pak Fransen juga berbicara terkait dengan masuknya etnis Tionghoa dalam dunia politik. Beliau
menyatakan: “Itu adalah sebuah pencapain bagus bagi kita ketika
masuk kedalam pemerintahan atau menjadi anggota legislatif mengingat hanya beberapa orang yang mampu terjun ke
dalam Politik. Saya sangat bangga jika etnis Tionghoa itu berasal dari paguyuban kita. apalagi dia sebagai perantara
buat kita untuk menyuarakan aspirasi kita kepada pemerintah. Pasti membuat bangga kita dong bisa mempunyai anggota
yang mempunyai potensi dan mewakili kita dalam dunia politik.”
Pak Fransen ternyata sangat mendukung jika ada salah satu dari anggota organisasi PSMTI dapat duduk dalam pemerintahan maupun duduk
sebagai anggota legislatif. Terlebih lagi etnis Tionghoa itu juga akan menjadi penengah dalam menjadi komunikator antara masyarakat Tionghoa dengan
pemerintah. Memang bisa dibilang masyarakat etnis Tionghoa masuk kedalam politik sangat minim jumlahnya mengingat kurangnya kepercayaan diri etnis
Tionghoa untuk tampil dalam pemerintahan. Etnis Tionghoa dinilai masih ragu-ragu, apatis, dan tidak mau berpasipatif dalam proses politik sehingga
faktanya proses politik dikendalikan oleh penguasa yang tidak kompeten dan tidak mempunyai kompeten dalam memegang peran politik sementara banyak
etnis Tionghoa yang mempunyai kemampuan dalam berpolitik tetapi tidak dikembangkannya.
Universitas Sumatera Utara
56
Disitulah sebagai organisasi PSMTI yang mewakili masyarakat Tionghoa terus memberikan upaya untuk membantu merubah mindset
masyarakat Tionghoa yang selama ini masih melekat dalam setiap diri masyarakat etnis Tionghoa begitu penuturan Pak Fransen. Selain itu juga
kinerja dalam memberikan manfaat kepada masyarakat luas juga perlu dilakukan secara tepat sasaran supaya manfaatnya bisa lebih dirasakan
masyarakat yang tidak mampu. Berikut hasil wawancara Pak Fransen: “Seperti bantuan kami yaitu dengan mendirikan Posko
Kebakaran di Gg Bakung Kecamatan Medan Area dan Jln AR. Hakim Gg Aman sehingga dapat menampung berbagai
bantuan dari masyarakat mampu atau donatur yang dermawan, maupun dari kami sebagai anggota PSMTI untuk
turut berpartisipasi dalam memberikan bantuan baik itu berupa pakaian, dana, sembako, maupun bahan-bahan
bagunan seng, batubata, semen, dll. Kegiatan yang selalu digalakkan PSMTI intinya untuk kesejahteraan masyarakat
luas karena itulah PSMTI adalah organisasi yang bergerak di bidang sosial.”
Menurut penuturan Pak Fransen ini menyatakan bahwa kehadiran PSMTI sebagai wakil masyarakat Tionghoa dalam membantu mempersatukan
hubungan antar kelompok dinilai memberikan efek positif bagi masyarakat etnis Tionghoa dalam membangun citra yang baik di dalam masyarakat dimana
sebelumnya etnis Tionghoa dianggap hanya memperdulikan sesama etnis Tionghoa. Dalam hal inilah organisasi dibentuk untuk menghilangkan
pandangan atau stigma negatif terhadap etnis Tionghoa melalui kegiatan- kegiatan sosial yang peduli masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
57
7. Nama
: Hasyim, SE
Jenis kelamin :
Laki-laki Umur
: 49 Tahun
Agama :
Buddha Jenis Pekerjaan
: Anggota DPRD Medan
Informan yang selanjutnya adalah Bapak Hasyim. Beliau tinggal di Jalan Perniagaan Baru No. 23A Medan. Beliau adalah anggota PSMTI yang
sekaligus juga bergelut di dalam dunia politik sebagai anggota DPRD kota Medan. Sekarang Bapak Hasyim sedang menjabat sebagai Dewan
Kehormatan di dalam organisasi PSMTI. Pak Hasyim bergabung dengan organisasi PSMTI pada tahun 2008
dimana pada waktu itu Pak Hasyim masih belum menjadi anggota legislatif. Bergabungnya Pak Hasyim dalam sebuah organisasi seperti dikatakan Beliau
banyak memberikan pengalaman dan manfaat dalam berorganisasi contohnya adalah setelah bergabung dalam paguyuban Pak Hasyim banyak mengenal dan
berinteraksi orang-orang baik di dalam organisasi maupun diluar organisasi, terpupuknya rasa sosial yang diberikan untuk selalu membantu sesama yang
membutuhkan bantuan, serta terbentuknya organisasi ini PSMTI memiliki historis yang cukup rumit dimana merupakan tempat pemersatu etnis
Tionghoa dalam memperjuangkan hak-hak identitas etnis Tionghoa setelah tragedi pada masa Orde Baru mengingat identitas etnis Tionghoa pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
58
dikebiri atau dihilangkan. Inilah yang menjadi ketertarikan Pak Hasyim masuk ke dalam paguyuban ini.
Dari pengalaman yang sudah didapat dari organisasi. Beliau kemudian bergabung dengan partai politik PDI Perjuangan, dimana Pak Hasyim juga
ikut maju dalam pertarungan di Pemilihan Umum untuk mencalonkan diri di DPRD kota Medan. Hasilnya Pak Hasyim menang dalam Pemilihan tersebut.
Menurut Pak Hasyim mungkin ini adalah sebuah takdir baginya untuk mengabdikan dirinya kepada semua masyarakat yang ada khususnya di Kota
Medan dimana Pak Hasyim akan mendedikasikan waktu dan diri bekerja penuh kedalam pengabdian kepada masyarakat, amanah itu juga sama dengan
visi dan misi organisasi PSMTI selama ini yakni mengabdi diri dan membantu masyarakat luas tanpa membedakan suku, ras, agama , maupun latar
belakangnya. Politik juga sebagai satu-satunya cara untuk memastikan seluruh keputusan penting yang diambil tidak merugikan pihak tertentu, kelompok
tertentu ataupun golongan tertentu. Selain itu sebagai etnis Tionghoa yang duduk dalam panggung politik,
artinya kita sudah mau mencurahkan pikiran, diri dalam membantu pembangunan Negara dengan membawa bendera masyarakat Tionghoa. Lebih
dari itu juga pandangan atau kesan masyarakat lain mengenai etnis Tionghoa bahwa etnis Tionghoa hanya bisa berbisnis dan tidak mau berpartisipasi dalam
politik akan hilang. Seperti yang pernah disampaikan juga oleh para informan lainnya mengingat tugas etnis Tionghoa yang duduk dalam pemerintahan
adalah sebagai jembatan dalam menyalurkan aspirasi etnis Tionghoa kepada pemerintah. Melalui ini juga Pak Hasyim secara tidak langsung juga
Universitas Sumatera Utara
59
memajukan organisasi PSMTI dengan keikutsertaan nya dalam panggung politik dan alasan yang mendorong Pak Hasyim masuk dunia politik.
Pak Hasyim juga meyatakan pendapatnya ketika berbicara pandangannya tentang keikutsertaan anggota lainnya dalam dunia politik:
“Itu balik ke dia atau terserah saja kalau dia mau menjadi anggota legislatif atau masuk ke dunia politik ya
bagus kami tidak pernah melarang para naggota untuk berpartisipasi. Tetapi perlu diketahui juga organisasi PSMTI
adalah organisasi yang bergerak di bidang sosial, kayak saya yang bermain di politik tidak ikut bergabung dalam
kepengurusan organisasi. Dan perlu diingat kepada yang lainnya kalo ingin masuk dunia politik jangan melakukan hal
yang bisa merugikan nama baik etnis kita.”
Dukungan yang diberikan Pak Hasyim cukup postif dalm keikutsertaan anggota dalam dunia politik. Beliau juga beranggapan bahwa kalau ingin
menjadi anggota legislatif maupun duduk dalam pemerintahan maka sebagai anggota PSMTI tidak ikut bagian dalam kepengurusan, maupun pengambil
keputusan karena akan berdampak pada organisasi dimana organisasi PSMTI bergerak di bidang sosial takutnya organisasi tersebut bisa lari ke politik.
Mengingat etnis Tionghoa yang duduk cukup sedikit, untuktidak ikut dalam kegiatan atau melakukan hal yang dapat merugikan etnis Tionghoa seperti
melakukan korupsi, kolusi maupun nepotisme karena itu akan menciptakan image buruk bagi eksistensi etnis Tionghoa yang memulai peranannya di
bidang politik.
Universitas Sumatera Utara
60
Tabel 4.7. Boidata Informan
no Nama
Umur Jenis pekerjaan
Agama Tahun
Bergabung 1
Djono Ngatimin, SH 51
Wiraswasta Buddha
2013 2
Sutrisno 33
Wiraswasta Kristen
2008 3
Eddy Tan 47
Karyawan Buddha
2013 4
Tan Cu Cu 41
Wiraswasta Buddha
2011 5
Ang Tje Ping 46
Wiraswasta Buddha
2008 6
Susanto Kalim 47
Wiraswasta Buddha
2013 7
Fransen Winata 46
Wiraswasta Buddha
2007 8
Hasyim, SE 49
Anggota DPRD Medan
Buddha 2008
4.4. Deskripsi Kondisi etnis Tionghoa pada masa Orde Baru