Informan Kunci Profil Informan

34 - Kecamatan Medan Polonia - Kecamatan Medan Sunggal - Kecamatan Medan Timur Di kota Medan anggota PSMTI sudah mencapai ±1500 orang dan mayoritas dari anggota PSMTI bersuku etnis Tionghoa. Adapun ciri-ciri untuk menjadi keanggotaan PSMTI sebagai berikut; • Merupakan Etnis Tionghoa Asli • Memiliki Marga Tionghoa • Anggota luar Biasa salah satu suamiistri memiliki marga Tionghoa • Anggota Kehormatan orang yang berjasa terhadap orang Tionghoa sehingga ia bisa diberi marga

4.3. Profil Informan

Dalam penelitian tentang “Rekonstruksi Identitas etnis Tionghoa melalui PSMTI Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia” diperlukan informan untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini. Berikut merupakan daftar profil-profil informan:

4.3.1. Informan Kunci

Nama : Djono Ngatimin, SH Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 51 Tahun Agama : Buddha Universitas Sumatera Utara 35 Jenis Pekerjaan : Wiraswasta Ketua PSMTI Medan Bapak Djono Ngatimin, SH merupakan informan pertama dan juga sebagai informan kunci. Beliau merupakan Ketua PSMTI Medan periode 2015-2019. Beliau tinggal Jalan Silam V no. 64-66 Medan. Beliau baru mengetahui dan mengenal organisasi PSMTI itu 10 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2006 dimana ketika beliau diajak ikut rapat di kantor Sumut dua kali dan beliau juga menghadiri peresmian Vihara Cemara Abadi yang pada waktu itu beliau menjabat sebagai Ketua Paguyuban Persada dimana Beliau dipercaya sebagai tim Pengaman pada peresmian tersebut. Pada waktu 2006 Bapak Djono diberikan kepercayaan untuk menjadi ketua PSMTI Kecamatan Medan Deli, akan tetapi Bapak Djono menolak karena melihat kondisi dan waktunya tidak sesuai. Padahal susunan kepengurusannya sudah ditetap atau dipilih oleh bapak Djono, Beliau juga tidak jadi bergabung pada waktu itu. Setelah 7 tahun kemudian tepatnya pada tahun 2013, Pak Djono bertemu kembali dengan kawan lamanya yang merupakan anggota PSMTI juga, kemudian teman Pak Djono kembali mengajaknya untuk kembali bergabung dengan PSMTI sekaligus menjabat kembali sebagai ketua PSMTI Kecamatan Medan Deli, mengingat selama 7 tahun di Medan Deli gagal terbentuk dalam bagian PSMTI karena masih belum adanya Ketua yang menjabat di Kecamatan Medan Deli. Pak Djono kemudian mengajak kembali teman-teman yang dolo dipilih oleh Pak Djono untuk menjadi kepengurusan. Menanggapi hal tersebut, teman Pak Djono akhirnya setuju dengan pak Djono untuk kembali bergabung dengan PSMTI dan untuk menjabat sebagai Ketua PSMTI cabang Medan Universitas Sumatera Utara 36 Deli. Kemudian Bapak Djono resmi menjadi bagian PSMTI pada tahun 2013. Inilah yang menjadi alasan bergabungnya Pak Djono masuk kedalam organisasi PSMTI. Setelah 2 tahun berkecipung di organisasi dan sudah melebur didalam organisasi PSMTI dan kinerja atau kontribusi yang diberikan kepada PSMTI cukup positif sehingga dia ditunjuk dan didorong untuk menjadi Ketua PSMTI cabang Medan karena telah memenuhi kriteria dan syarat sebagai Ketua PSMTI cabang Medan yang Baru, padahal beliau baru bergabung dengan PSMTI selama 2 tahun dan masih menjabat sebagai ketua PSMTI cabang Medan Deli. Ketika itu Pak Djono masih bisa dibilang junior padahal pada masa itu masih banyak senior-senior yang mempunyai kapasitas yang masih lebih bagus dari Pak Djono. Melihat banyak dukungan yang diberikan kepada Pak Djono, akhirnya Beliau dicalonkan untuk menjadi Ketua PSMTI cabang Medan dan pada tanggal 14-15 Maret 2015 diadakan Musyawarah Daerah dan Kota Munas PSMTI di hotel Hilton Medan dimana ini merupakan sebuah forum musyawarah untuk memilih Ketua melalui cara pemungutan suara. Ketika itu Beliau terpilih resmi menjadi Ketua PSMTI Cabang Medan periode 2015-2019. Terpilihnya Pak Djono sebagai Ketua PSMTI cabang Medan periode 2015-2019 diakui cukup berat dibanding ketika beliau pada saat 2013 masih menjabat Ketua PSMTI kecamatan Medan Deli dimana Beliau harus mengayomi dan mengontrol seluruh kelurahan dan kecamatan di Medan memang terbentuk belum semua tetapi yang jelas ada 7 Kelurahan dan 12 Universitas Sumatera Utara 37 Dalama hal melakukan tugas Sosial saja pada saat beliau masih menjabat sebagai Ketua Kecamatan Medan Deli saja sangat berbeda dengan pada saat ini sebagai Ketua PSMTI cabang Medan. Membuat beliau harus lebih bekerja lebih keras dalam memajukan PSMTI Medan sesuai dengan AD ART Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga organisasi sebagai tujuan atau cita-cita dari organisasi PSMTI dan bukan menjadi cita-cita atau tujuan untuk kepentingan pribadi. Tujuan sebenarnya dari PSMTI adalah sebagai wadah berkomunikasi, berinteraksi dan sebagai wadah menyampaikan aspirasi orang Tionghoa sendiri supaya tidak lagi terjadi diskriminasi dan mengangkat harkat dan martabat orang Tionghoa. Disamping juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang selama ini menjadi tujuan paguyuban ini dan juga turut serta dalam peran mendukung pembangunan bangsa Indonesia. itulah yang menjadi langkah atau cara Pak Djono sebagai Ketua dalam memajukan PSMTI. Tertariknya anggota PSMTI untuk masuk ke ranah politik juga menjadi perhatian juga Pak Djono dalam kemajuan masyarakat etnis Tionghoa. Beliau berpendapat bahwa: “Saya sangat mengapresiasi jika salah satu anggota dari organisasi PSMTI turut serta dalam mengambil peranan di politik, serta bisa juga mengangkat derajat masyarakat etnis Tionghoa dan membantu mewujudkan cita-cita dan tujuan masyarakat Tionghoa untuk duduk setara dengan etnis lainnya karena sudah berkiprah dalam dunia birokrasi saat ini. Namun perlu diingat, setiap anngota yang ingin mencalonkan diri sebaiknya tidak terikat dalam urusan organisasi dan mungkin juga berdampak pada organisasi PSMTI sendiri.” Universitas Sumatera Utara 38 Pak Djono memandang positif jika dari salah satu anggota dari PSMTI dapat masuk kedalam dunia politik karena masih minimnya etnis Tionghoa yang berpartisipasi dalam politik dimana juga sebagai fasilitator dalam menyuarakan aspirasi etnis Tionghoa dalam menuntut kesamaan hak dan kewajiban sebagai salah satu bagian dari masyarakat Indonesia dalam wujud untuk menghilangkan diskriminasi antar etnis. Dan dalam keikutsertaan dalam berpolitik, perlu digaris bawahi anggota tidak boleh berpartisipasi dalam pengurusan atau membuat atau mengusulkan kebijakan organisasi karena dinilai kebijakannya akan berpihak ke politik. Seperti diketahui juga organisasi PSMTI adalah organisasi non partisipan dan tidak berpihak kepada partai politik manapun, tidak berafiliasi dengan partai politik, tidak berpolitik praktis dan tidak akan pernah menjadi partai politik. Mereka anggota PSMTI yang mengikuti dunia politik hanya akan duduk sebagai dewan kehormatan dan tidak akan diikutkan dalam kepengurusan maupun keteribatan pengambilan keputusan di dalam organisasi PSMTI. PSMTI sudah telah banyak memberikan efek positif dalam membantu pembangunan negara Indonesia seperti sering membantu oranag yang kurang mampu yang merupakan juga tugas dari Negara untuk mensejahterakan rakyatnya baik dengan melakukan kegiatan sosial seperti bakti sosial yakni berupa berkunjung ke panti jompo, panti asuhan,dan donor darah dan memabntu orang yang mengalami musibah misalnya korban meletusnya Gunung Sinabung, PSMTI sendiri sudah memberi sumbangan kesana sebanyak 9x langsung ke lokasi bencana, tutur Pak Djono ketika berbicara manfaat yang sudah dicapai paguyuban untuk masyarakat luas. Universitas Sumatera Utara 39 Selain bermanfaat kepada masyarakat luas organisasi PSMTI juga pasti juga memiliki manfaat seperti dalam menjunjung atau mengangkat tinggi martabat etnis Tionghoa sendri dengan dilakukannya pengibaran bendera bertepatan dengan hari ulang tahun Negara Indonesia. Berikut pernyataan dari Pak Djono: “Perlu diingat kembali, pada saat hari kemerdekaan, kami PSMTI merupakan salah satu organisasi Tionghoa yang melaksanakan pengibaran bendera Merah Putih pada saat hari ulang tahun kemerdekaan Negara Indonesia yang pertama di Medan, Sumatera Utara dan telah dilaksanakan sebanyak sebelas kali, lengkap layaknya upacara pengibaran bendera di Istana Negara seperti pada upacara pengibaran kami yang ke-8 yang dilaksanakan di rumah Tjong A Fie.” Pak Djono menganggap Perayaan kemerdekaan yang diselenggarakan PSMTI sudah dimulai pada tahun 2005 hingga sampai sekarang dan bisa dikatakan PSMTI sudah melakukan pengibaran bendera Merah Putih sebanyak 11x . Perayaan Hari Kemerdekaan RI menjadi bagian yang sangat penting bagi PSMTI dan masyarakat etnis Tionghoa. Sebab menunjukkan etnis Tionghoa tetap memiliki jiwa nasionalisme untuk berkontribusi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upacara bendera ini penting untuk membangun dan memupukkan rasa patriotik dan nasionalisme di hati etnis Tionghoa khususnya dan masyarakat luas umumnya untuk lebih berpartisasi lagi dalam hal yang berbau dengan pembangunan bangsa dan Negara. Universitas Sumatera Utara 40

4.3.2 Informan Pendukung