Deskripsi Karakteristik Sampel Distribusi Data Penelitian 1.

30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Puskesmas Padang Bulan terletak di Jalan Jamin Ginting, Kompleks Pamen, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan. Puskesmas Padang Bulan ini dulunya bukan sebuah Puskesmas tetapi sebuah poliklinik dan rumah dokter. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Pangdam IIBukit Barisan Bapak Sarwo Edhi Wibowo Brigjen TNI pada tanggal 27 Maret 1968 dan selesai pada tanggal 20 Juli 1968. Pelaksanaannya yaitu Zi Bang Ron- DIM 0212MS. Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Padang Bulan melayani 6 Kelurahan yang ada di wilayah kerja Kecamatan Medan Baru dengan luas 527 hektar. Jumlah penduduk yang dicakup oleh Puskesmas Padang Bulan menurut jenis kelamin sebanyak 46170 jiwa yang terdiri dari jumlah perempuan 23.547 jiwa dan jumlah laki-laki 22.623 jiwa.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Pada penelitian ini diperoleh sampel yang diambil per harinya mulai dari tanggal 26 Oktober 2015 sampai 20 November 2015 didapati sebanyak 100 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner kepada seluruh pasien Diabetes Mellitus yang berkunjung ke Puskesmas Padang Bulan, Medan. Pada penelitian ini yang diteliti adalah profil sampel yang berupa usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi 4kg, perilaku merokok, perilaku makan serat, dan olahraga. Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat distribusi karakteristik subjek penelitian sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 31

5.1.3. Distribusi Data Penelitian 1.

Profil Penderita Diabetes Mellitus Table 5.1. Karakteristik Umum Penderita Diabetes Mellitus Karakteristik n Umur 35-45 15 15.0 46-55 47 47.0 55 38 38.0 Total 100 100.0 Jenis Kelamin Laki-laki 65 65.0 Perempuan 35 35.0 Total 100 100.0 Pendidikan Tidakbelum pernah sekolah 30 30.0 Tidak tamat SDMI 35 35.0 Tamat SDMI 27 27.0 Tamat SLTP 7 7.0 Tamat D1D2D3 1 1.0 Tamat PT 0.0 Total 100 100.0 Dari tabel 5.1. mengenai karakteristik umum penderita DM yang pertama yaitu berdasarkan umur dapat dilihat bahwa kelompok umur terbanyak pasien DM di Puskesmas Padang Bulan adalah 46-55 tahun yaitu sebanyak 47 orang 47. Angka yang paling sedikit adalah kelompok umur 35-45 tahun sebanyak 15 orang 15. Jenis kelamin yang tertinggi adalah laki-laki dengan persentase 65 manakala perempuan dengan persentase 35 dan jenis pendidikan yang paling tinggi adalah tidak tamat SDMI mencatatkan angka 35 dengan persentase sebanyak 35 sedangkan yang paling sedikit adalah tamat D1D2D3 sebanyak 1 orang 1. Tabel 5.2. Distribusi berdasarkan Indeks Massa Tubuh n Indeks massa Berat badan Normal 18.50-24.99 21 21.0 tubuh Berat badan melebihi nilai Normal 25.00 50 50.0 Obesitas 30.00 29 29.0 Total 100 100.0 Universitas Sumatera Utara 32 Dari tabel 5.2. dapat dilihat untuk distribusi proporsi kedua berdasarkan indeks massa tubuh, bahwa kategori berat badan melebihi nilai normal terbanyak adalah 50 orang 50. Lalu diikuti kategori Obesitas sebanyak 29 orang 29 sedangkan yang paling sedikit adalah kategori berat badan normal sebanyak 21 orang 21. Tabel 5.3. Distribusi Berdasarkan Perilaku merokok n Perilaku merokok Setiap hari 34 34.0 Kadang-kadang 17 17.0 Tidak, sebelumnya pernah setiap hari 8 8.0 Tidak, pernah kadang-kadang 5 5.0 Tidak pernah 36 36.0 Total 100 100.0 Berdasarkan Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa pasien DM yang mempunyai perilaku merokok setiap hari sebanyak 34 orang 34 manakala pasien DM yang tidak pernah merokok sebanyak 36 orang 36. Lalu diikuti Kadang-kadang merokok sebanyak 17 orang 17, Tidak, sebelumnya pernah setiap hari sebanyak 8 orang 8 sedangkan yang paling sedikit adalah tidak pernah namun kadang-kadang sebanyak 5 orang 5. Tabel 5.4. Distribusi berdasarkan Riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus Ya Tidak Tidak Total Tahu Riwayat Keluarga DM Ayah Ibu Ayah dan Ibu Jumlah 32 26 18 6 18 100 Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa pasien dengan riwayat keluarga DM dengan kategori Ayah sebanyak 32 orang manakala Ibu sebanyak 26 orang dan diikuti dengan Ayah dan Ibu sebanyak 18 orang. Manakala kategori Tidak dan Tidak tahu masing masing mencatatkan angka sebanyak 6 orang dan 18 orang. Universitas Sumatera Utara 33 Tabel 5.5. Distribusi Berdasarkan Olahraga dan Perilaku makan serat n Olahraga 3xminggu 95 95.0 3xminggu 5 5.0 Perilaku makan serat 5 porsihari 93 93.0 5 porsihari 7 7.0 Total 100 100.0 Selanjutnya distribusi proporsi kelima yaitu Olahraga dan Perilaku makan serat, maka dari Tabel 5.5.dapat dilihat bahwa tempoh pasien DM melakukan olahraga di bawah 3xminggu mencatatkan sebanyak 95 orang 95 dan di atas 3xminggu sebanyak 5 orang 5 sementara perilaku makan serat pasien DM di bawah 5 porsihari sebanyak 93 orang 93 manakala perilaku makan serat pasien DM di atas 5 porsihari berjumlah 7 orang 7. 5.2. Pembahasan Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran risiko penderita Diabetes Mellitus di Puskemas Padang Bulan, Medan. Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden yang merupakan penderita Diabetes Mellitus adalah antara kelompok usia 46-55 tahun. Umur minimum dan maksimum adalah 30 dan 55. Menurut Laporan Riskesdas 2013 penderita Diabetes Mellitus kategori kelompok umur terbanyak pada 45-54 tahun 14.7 di daerah perkotaan manakala Diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8 di daerah pedesaan sedangkan pada kelompok umur usia 15 tahun ke atas mencatat sebanyak 6.9. Peningkatan Diabetes risiko Diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan be rkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Sebagian besar dari responden 65 adalah jenis kelamin laki-laki manakala perempuan mencatatkan persentase 35. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus dimana wanita yang telah mengalami menopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka Universitas Sumatera Utara 34 terhadap hormone insulin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono 2011 menunjukkan bahwa laki-laki lebih berisiko terkena Diabetes Mellitus dibandingkan dengan perempuan. Beberapa studi di Augsburg mendapatkan hasil insidens rate yang distandardiasi menurut umur pada laki-laki sebesar 5,8 per- 1000orang-tahun dan 4,0 per-1000orang-tahun pada perempuan. Diabetes secara umum untuk laki-laki datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa terlindungi dari diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormone wanita yaitu estrogen, hormone reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula darah dalam tubuh wanita. Hubungan antara pendidikan dan pola pikir, presepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan dalam arti bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati,2010 menunjukkan pada kelompok kasus sebagian besar responden yang berpendidikan SMA dan PT cenderung memeriksakan dirinya ke RSUD Sunan Kalijaga Demak untuk mencegah faktor risiko Diabetes Mellitus. Dalam hubungan pasien DM dengan faktor risiko DM didapati bahwa pasien yang berpendidikan tinggi dapat mengetahui faktor risiko DM dan berupaya untuk mencegahnya. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pasien DM di Puskesmas Padang Bulan sangatlah rendah karena rata-rata pendidikan terakhir yang paling banyak adalah tidak tamat SDMI 35. Lebih dari responden 30 yang berkunjung ke Puskesmas Padang Bulan adalah Ibu Rumah Tangga yang tidak pernah ke sekolah. Hanya 1 dari reponden telah tamat D1D2D3 dan selebihnya pasien 29 telah tamat SDMI. Sebagian besar dari responden 50 memiliki berat badan melebihi nilai normal di Puskesmas Padang Bulan. Manakala hanya 29 pasien yang obesitas. Hsil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati 2012 menunjukkan prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar berbanding dengan laki-laki. Sindroma siklus bulanan premenstrual syndrome, pasca menopause yang Universitas Sumatera Utara 35 membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita DM Tipe 2. Dari data yang diperoleh berdasarkan perilaku merokok sejumlah 34 orang 34 merokok setiap hari manakala 36 orang 36 tidak merokok karena angka ini terdiri dari pasien DM wanita. Sementara kategori Tidak, namun sebelumnya pernah kadang-kadang menyumbang 5. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anna et al, yang menunjukkan bahwa merokok merupakan masalah dunia. Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan berhubungan terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian. Hariadi S,2008. Begitu pula dengan penelitian oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76 lebih tinggi untuk terserang DM dibanding dengan yang tidak terpajan. Merokok secara langsung meningkatkan resistensi insulin. Respon insulin pada pembebanan glukosa oral lebih banyak pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. Perokok memiliki ciri khas sindrom resistensi insulin termasuk di dalamnya gula darah puasa yang meningkat. Chiolero, 2008. Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden memiliki riwayat keluarga dengan DM adalah orang tua. Kategori yang terbanyak adalah Ayah menyumbang 32 manakala Ibu berjumlah 26. Lalu diikuti Ayah dan Ibu sebanyak 18. Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati, 2012 bahwa ada hubungan yang signifikan OR 4,19 95 1.246- 14,08. Sebagian besar responden memiliki riwayat DM keluarga. Responden yang memiliki keluarga dengan DM harus berwaspada. Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75. Diabetes UK,2010. Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30 dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10 dan 90 jika yang menderita DM adalah saudara kembar identik Diabetes UK,2010. Bagi distribusi berdasarkan Olahraga, didapati 95 pasien DM melakukan olahraga di bawah 3xminggu selama 30-50 menit manakala hanya Universitas Sumatera Utara 36 5 pasien DM melakukan olahraga di atas 3xminggu selama 30-50 menit. Kurangnya latihan fisik atau olahraga juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DM. Menurut penelitian yang telah dilakukan di Cina beberapa waktu yang lalu, jika seseorang dalam hidupnya kurang melakukan latihan fisik ataupun olahraga maka cadangan glikogen ataupun lemak akan tetap tersimpan di dalam tubuh, hal inilah yang memicu terjadinya berbagai macam penyakit degenratif salah satu contohnya DM. Yuni dan Soebardi, 2008. Olahraga adalah latihan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan badan seperti bola sepak, berenang, dan lain-lain. Pengelolaan DM yang meliputi 4 pilar, aktivitas fisik atau olahraga merupakan salah satu dari keempat pilar tersebut. Laporan Kemenkes 2009 menyatakan semenjak anak-anak dan remaja mengamalkan gaya hidup sehat dengan kebiasaan olahraga merupakan cara yang baik dalam pencegahan DM. Faktor diet modern yang sering mengkonsumsi makanan siap saji saat ini mengakibatkan peningkatan terhadap pengaruh risiko munculnya penyakit DM. Hasil penelitian terhadap distribusi perilaku makan serat pasien DM di bawah 5 porsi hari berjumlah 93 orang 93 sedangkan kategori di atas 5 porsihari menyumbang 7. Menurut Laporan Riskesdas 2013 sebanyak 53.1 tidak memakan sayuran dan buahan malah 26.2 penduduk Indonesia mengkonsumsi makananminuman asin lebih dari 1xhari. Pola makan sayuran dan buahan merupakan satu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis diet dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan sayuran dan buahan setiap harinya Handayani,2003. Pola makan di kota-kota telah bergeser dari pola makan yang tradisional yang banyak mengandung karbohidrat dan serat dari sayuran berubah menjadi pola makan yang kebarat-baratan yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Universitas Sumatera Utara 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN