Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas

26 Asumsi yang terdapat dalam uji normalitas dimaksudkan agar tidak terjadinya pernyimpangan dari sebaran skor secara signifikan atas distribusi normal yang simetrik atau tidak menceng secara signifikan. Adapun pemahaman mengenai kurtosis terdapat dalam Sudarmanto 2013 yang menyatakan bahwa Kurtosis, yaitu mengukur tentang kecuraman atau kedataran kurva simetrik atas distribusi skor. Bentuk kurva kurtosis ini pada dasarnya simetrik berbeda dengan skewness atau kemencengan. Kurva kurtosis ini ada tiga macam tipe ketajaman, yaitu 1 Leptokurtic yaitu kurva simetrik yang memiliki bentuk sangat tajam sehingga distribusi skor lebih banyak menyebar di tengah, 2 Mesokurtic, yaitu kurva simetrik yang memiliki bentuk distribusi normal standar kurva normal, dan 3 Platykurtic, yaitu kurva simetrik yang memiliki bentuk datar. Pengujian normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi yang normal atau tidak Ghozali, 2006. Dalam penelitian Kusuma 2013 terdapat dua pedoman pengambilan keputusan untuk menentukan apakah distribusi data termasuk normal atau tidak, yaitu: a. Apabila nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas menunjukkan angka 0,05. Distribusi adalah tidak normal. b. Apabila nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas menunjukkan angka 0,05. Distribusi adalah normal dalam Ghozali, 2006.

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan korelasi antara variabel bebas independen ataukah tidak terhadap model regresi. Jika model regresi terjadi korelasi di antara variabel-variabel independen, maka 27 variabel-variabel tersebut tidak orthogonal. Dan dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut tidak baik. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol Ghozali, 2006. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut : a. nilai � 2 yang dihasilkan adalah tinggi. Hal ini diperoleh dari suatu estimasi model regresi empiris. Walaupun secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen yang tinggi diatas 0.90 yang merupakan indikasi adanya multikolinearitas. c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari 1 nilai tolerance dan 2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang menjelaskan variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah menunjukkan nilai VIF yang tinggi karena VIF = 1Tolerance. Nilai cutoff yang dipakai untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10.

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Dengan melakukan uji heteroskedastisitas, dapat diketahui apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain 28 dalam model regresi. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, hal tersebut dinamakan Homoskedastisitas dan jika mengalami perbedaan disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Heteroskedasitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila terdapat titik-titik menyebar secara acak pada pola grafik yang ditunjukkan tanpa pola yang jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka kesimpulannya adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain grafik scatterplots, uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan Uji Glejser. Jika probabilitas signifikan 0.05, maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau homoskedastisitas Ghozali, 2006.

3.5.1.4 Uji Autokorelasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Current Ratio, Leverage, Dividend Payout Ratio Dan Return On Equity Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008

0 61 82

Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013

0 23 84

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Debt To Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Nilai Perusahaan

0 3 131

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETTERHADAPDEVIDEND PAYOUT Analisis pengaruh current ratio, debt to equity ratio dan return on asset terhadap devidend payout ratio (dpr) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI

1 2 15

Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013

0 0 11

Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013

0 0 2

Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013

0 0 13

Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013

0 0 3

Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013

0 1 16