51
memiliki nilai t hitung sebesar -0,580 dan nilai signifikansi sebesar 0,567; sehingga nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
4. Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio secara
simultan berpengaruh signifikan positif terhadap Dividend Payout Ratio. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji-F dengan nilai F hitung
sebesar 16,041 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sebesar 0,000.
5.2 Saran
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sedikitnya variabel
independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk menambah variabel
independen yang kiranya mampu mempengaruhi Dividend Payout Ratio seperti misalnya Firm Size, Total Assets dan lain sebagainya.
2. Periode dalam penelitian ini hanya berkisar dari tahun 2011-2013, dan
menunjukkan hasil bahwa hanya beberapa perusahaan saja yang memenuhi kriteria sampling. Sehingga perlu untuk menambah periode
penelitian bagi peneliti selanjutnya. 3.
Bagi investor atau calon investor dapat menerapkan perhitungan Return On Equity sebagai strategi untuk menanamkan modal
sahamnya di suatu perusahaan.
52
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya : 1.
Keterbatasan dalam penelitian yang pertama terletak pada periode penelitian yang berkisar dari tahun 2011-2013, sehingga total
perusahaan yang memenuhi kriteria sampling dapat diperbanyak lagi dengan menambah jumlah periode penelitian.
2. Variabel independen yang digunakan tidak semuanya berpengaruh
signifikan positif terhadap variabel dependen, sehingga perlu
ditambahkan variabel independen baru kedalam penelitian ini.
3. Jumlah sampel dalam penelitian ini masih tergolong sedikit dan hanya
terbatas pada perusahaan manufaktur saja.
4. Referensi yang dimiliki penulis belum begitu lengkap untuk
memperkuat teori dan latar belakang masalah yang diungkapkan dalam
penelitian ini.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Dividen
Menurut Munawir S 2007 dividen merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen diberikan kepada para pemegang
saham apabila perusahaan menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak atau tidaknya perusahaan
untuk mengumumkan dividen. Sedangkan Menurut Hanafi 2004: 361 menyatakan bahwa, dividen
merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, selain daripada capital gain. Dividen ini nantinya akan dibagikan kepada para pemegang saham
sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen terlebih dahulu harus ditentukan berdasarkan keputusan dalam rapat umum anggota pemegang saham
RUPS dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin”.
2.1.2 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen menyangkut masalah tentang penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut dibagi berupa
dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali guna kelancaran operasi perusahaan. Permasalahannya adalah kapan atau keadaan seperti apa laba akan
dibagi dan kapan akan ditahan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan Husnan, 2006:297.
9
Adapun kontroversi mengenai dividen yang sering disalahartikan dan sering muncul di media massa adalah statement yang menyatakan bahwa suatu
perusahaan dinilai tidak baik apabila pembagian dividen rendah sedangkan laba pada tahun tersebut tergolong tinggi. Hal itu tentu harus dipahami terlebih dahulu
mengapa perusahaan mengambil kebijakan tertentu. Adapun beberapa cara yang digunakan untuk menentukan kebijakan dividen dengan memperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut Husnan, 2006:305: 1.
Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebanyak-banyaknya, karena dividen tidak perlu dibagi apabila laba dari
hasil operasi perusahaan dapat diinvestasikan kembali secara lebih menguntungkan.
2. Perusahaan sebaiknya tidak menentukan dividen dalam jumlah dan rasio
payout yang terlalu besar, sehingga pada saat perusahaan mengalami penurunan laba, pembayaran dividen per lembar saham tidak perlu
diturunkan. 3.
Apabila terdapat kesempatan untuk berinvestasi yang menguntungkan dalam perusahaan, mengurangi pembayaran dividen lebih baik daripada
menerbitkan saham baru. 4.
Tambahan kekayaan karena kenaikan harga saham dengan tambahan kekayaan karena pembayaran dividen sama menariknya dalam keadaan
tidak terdapat biaya transaksi. 5.
Para pemegang saham dikenakan tax bracket yang tinggi, oleh karena itu lebih baik tidak menerima dividen karena harus segera membayar pajak.
10
Adapun jenis-jenis kebijakan dividen antara lain sebagai berikut :
2.1.2.1 The dividend irrelevant theory
Teori ini beranggapan bahwa kebijaksanaan dividen adalah tidak relevan, karena tidak ada pengaruh antara dividen dengan harga saham ataupun
cost of capital. Modigliani dan Miller dalam Lubis, 2014:235 menyatakan bahwa nilai perusahaan dinilai berdasarkan income yang
diperoleh dari assets yang dimiliki, bukan dari bagaimana income tersebut didistribusikan berupa dividend dan retained earning.
2.1.2.2 The bird in the hand theory
Dalam investopedia.com, mengenai the bird in the hand theory menyatakan bahwa teori ini adalah sebuah teori yang mendalilkan bahwa
investor lebih memilih dividen atas saham yang sudah pasti daripada memilih ketidakpastian nilai capital gain di masa datang karena lebih
berisiko. Teori ini dikembangkan oleh Myron Gordon dan John Lintner sebagai tandingan teori dividen yang tidak relevan milik Modigliani dan
Miller yang menyatakan bahwa investor tidak peduli apakah keuntungan mereka timbul dari pembayaran dividen ataupun capital gain. Berdasakan
the bird in the hand theory pembayaran dividen yang tinggi lebih disenangi investor karena kepastian pembayaran dividen yang lebih besar
daripada kemungkinan tingginya tingkat capital gain di masa depan.
11
2.1.2.3 The tax preference theory
Terdapat 3 jenis tax yang menyebabkan investor lebih menyukai pembayaran dividen yang rendah dibandingkan dengan pembayaran
dividen yang tinggi diantaranya Lubis, 2014:236 :
1. Capital gain akan dikenakan pajak maximum sebesar 28
sedangkan dividend income mencapai 35. 2.
Taxes untuk capital gain tidak harus dibayar sampai saham tersebut terjual.
3. Bila saham tersebut ditahan sampai seseorang yang menyimpan
saham tersebut meninggal, maka pajak terhadap capital gain yang due harus dibayar ditiadakan, sedangkan ahli waris dari saham
tersebut menggunakan nilai dari saham pada tanggal kematian pemilik terdahulu atas dasar cost dan terhindar dari pajak terhadap
capital gain.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio
2.1.3.1 Return On Equity
Return On Equity atau hasil pengembalian ekuitas atau biasa disebut rentabilitas modal sendiri merupakan rasio yang mengukur laba bersih setelah
pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal sendiri. Tingginya rasio ROE berarti semakin baik, dimana
posisi pemilik perusahaan semakin kuat Kasmir, 2008:204. Pemegang saham berharap mendapatkan pengembalian atas uang yang
mereka investasikan, dan ROE menunjukkan besarnya pengembalian tersebut
12
apabila dilihat dari kacamata akuntansi. Investor tentunya menyukai perusahaan dengan ROE yang tinggi, dan ROE yang tinggi pada umumnya memiliki korelasi
positif terhadap harga saham yang juga tinggi Brigham et al, 2012:149. ROE sangat erat kaitannya dengan tingkat leverage, yaitu besarnya
penggunaan pendanaan melalui utang. Perusahaan yang didanai oleh utang dan modal sangat berbeda dengan perusahaan yang hanya didanai oleh modal sendiri.
Perusahaan yang menggunakan pendanaan dengan utang tentunya juga memiliki bunga yang harus dibayar, sehingga pada akhirnya akan mengurangi laba. Pada
awalnya, perusahaan dengan penanaman modal yang lebih rendah dengan tingkat laba bersih yang tinggi, menghasilkan tingkat ROE yang tinggi pula. Namun,
ROE yang tinggi tidak menjamin peningkatan nilai atau kekayaan pemegang saham. Artinya, ROE tidak mempertimbangkan jumlah modal yang
diinvestasikan. Bahkan dalam keadaan ekonomi yang buruk, perusahaan yang memiliki utang dan bunga menyebabkan tingkat ROE menurun bahkan minus.
Hal ini nantinya akan berdampak pada penurunan harga saham Brigham, 2012:163.
2.1.3.2 Current Ratio
Liquid assets atau asset likuid merupakan asset yang diperdagangkan di pasar aktif sehingga dapat dikonversikan dengan cepat dalam bentuk kas pada
harga pasar yang berlaku. “Posisi likuiditas” suatu perusahaan berkaitan dengan pertanyaan : “Apakah perusahaan dapat melunasi utang-utang jangka pendeknya
dalam kurun waktu 1 satu tahun?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka
13
perlu diketahui terlebih dahulu seberapa besar tingkat Current Ratio suatu perusahaan Brigham, 2012:134.
Current Ratio atau rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utang yang akan jatuh
tempo dalam waktu setahun atau disebut dengan utang jangka pendek. Rasio lancar dapat juga dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan
atau margin of safety suatu perusahaan. Adapun rasio yang rendah mencerminkan bahwa perusahaan kekurangan modal dalam rangka melunasi utang-utang jangka
pendeknya Kasmir, 2008:134. Rasio yang tinggi mencerminkan bahwa aktiva lancar dapat menutupi kewajiban lancar yang disebut likuid. Namun rasio yang
terlalu tinggi juga tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sedang baik. Hal ini dikarenakan penggunaan kas yang tidak baik atau tidak efisiennya penggunaan
asset oleh perusahaan Sjahrial et al, 2013:36.
2.1.3.3 Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang terhadap ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan total utang,
termasuk utang jangka panjang dan utang jangka pendek dengan total ekuitas. Debt to Equity Ratio juga digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan. Artinya, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang
Kasmir, 2008:157. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang rendah karena berarti semakin
rendah rasio utang, semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor jika
14
perusahaan mengalami likuidasi. Disisi lain, pemegang saham kemungkinan menginginkan leverage yang lebih banyak karena akan memperbesar laba yang
diharapkan. Bagi perusahaan, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik Brigham, 2012:143.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu dapat dilihat dari tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Judul Variabel
Hasil 1.
Malik, Fakhra et al
2013 Factors
Influencing Corporate
Dividend Payout Decisions Of
Financial and Non-Financial
Firms Variabel
Dependen : Dividend Payout
Variabel Independen :
1. Profitability
ROA 2.
Liquidity Current Ratio
3. Leverage
DER 4.
Company Size 5.
Growth Sales Growth
6. Earning Per
Share ROA, CR, EPS, dan
Company Size memiliki korelasi
positif terhadap Dividend Payout.
Sedangkan
Growth Firm
dan DER memiliki korelasi
negatif terhadap Dividend Payout.
2. Hasibuan,
Marta 2013 Pengaruh Cash
Ratio, Debt to Equity Ratio,
Return On Assets Terhadap
Kebijakan Dividen Payout
Ratio Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen :
Dividend Payout Ratio
Variabel Independen :
1. Current Ratio
2. ROA
3. Debt to Equity
Ratio Tidak terdapat
pengaruh signifikan pada Current Ratio,
Return on Assets, dan Debt to Equity Ratio.
CR dan ROA diketahui tidak
berpengaruh positif, sedangkan DER
diketahui tidak berpengaruh negatif.
15
Periode 2005- 2009
3. Liandra,
Yoga 2013 Analisis
Pengaruh Return On Asset, Size,
Debt To Equity Ratio Dan Cash
Ratio Terhadap Dividend Payout
Ratio Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen :
Dividend Payout Ratio
Variabel Independen :
1. Firm Size
2. ROA
3. DER
4. CR
Terdapat hanya variabel independen
yang berpengaruh signifikan positif,
yaitu
Firm Size. Sedangkan ROA,
DER, dan CR tidak berpengaruh
signifikan positif.
4. Rumahorbo,
Nataruli 2013
Analisis Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Dividend Payout
Ratio pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Periode 2008- 2010
Variabel Dependen :
Dividend Payout Ratio
Variabel Independen :
1. Cash Position
2. Debt to Equity
Ratio 3.
Net Profit Margin
4. ROI
Cash Position, Debt to Equity Ratio, Net
Profit Margin berpengaruh negative
dan tidak signifikan. Sedangkan ROI
berpengaruh positif dan signifikan.
Secara simultan, semua variabel
berpengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio.
5. Musiega,
Maniagi G. et al 2013
Determinants of Dividend Payout
Policy Among Non-Financial
Firms On Nairobi
Securities Exchange Kenya
Variabel Dependen :
Dividend Payout Variabel
Independen :
1. Current
Earnings 2.
Liquidity 3.
Profitability 4.
Growth Opportunities
Variabel Moderat :
1. Firm Size
2. Business Risk
Growth Opportunity, Return On Equity,
Current Earnings memiliki korelasi
positif terhadap Dividend Payout.
Firm Size sebagai moderating memiliki
pengaruh terhadap ROE dan Current
Earnings.
Business Risk
sebagai moderating memiliki
pengaruh signifikan dan positif terhadap
ROE, CE,dan GO.
16
Kesimpulan CE, Profitability, GO,
Firm Size, Business Size
merupakan variabel yang
mempengaruhi DPO Dividend Payout.
6. Rehman,
Abdul dan Haruto
Takumi 2012
Determinants Of Dividend Payout
Ratio: Evidence From Karachi
Stock Exchange KSE
Variabel Dependen :
Dividend Payout Variabel
Independen :
1. ROA
2. Operating Cash
Flow per Share 3.
Corporate Tax 4.
Current Ratio 5.
Market to Book Value
6. DER
DER, ROA berpengaruh
signifikan positif. Market to Book Value
berpengaruh signifikan negatif.
Sedangkan Operating Cash Flow
tidak berpengaruh
signifikan dan negatif.
Current Ratio dan Corporate
Tax tidak
berpengaruh signifikan dan positif.
7. Komala,
Lievia Angela
Pinkan. 2013
The Effects of Profitability
Ratio, Liquidity, and Debt
towards Investement
Return Variabel
Dependen : Dividend Payout
Ratio Variabel
Independen :
1. ROE
2. Current Ratio
3. Debt to Equity
Ratio ROE memiliki
pengaruh signifikan negatif. Sedangkan
Current Ratio dan Debt to Equity Ratio
masing-masing tidak berpengaruh
signifikan negatif dan positif.
Sumber : Diolah oleh peneliti 2.3
Kerangka Pemikiran Teoritis
Investor dalam rangka menginvestasikan dana ke dalam perusahaan mengharapkan imbal hasil berupa dividen atas dana yang telah mereka
investasikan. Untuk itu, investor terlebih dahulu harus menganalisis rasio laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan dapat memberikan
imbal hasil sesuai dengan harapan investor.
17
Perusahaan memberikan pembayaran dividen kepada investor sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Adapun keputusan
yang diambil dalam rapat tersebut adalah apakah perusahaan pada tahun tersebut akan membagikan dividen atau menahan sejumlah laba untuk diinvestasikan
kembali guna memperlancar operasi perusahaan. Pembayaran dividen tentunya berbeda untuk masing-masing perusahaan.
Hal ini tergantung pada kebijakan dividen suatu perusahaan. Adapun jenis-jenis kebijakan dividen yang digunakan suatu perusahaan antara lain adalah the
dividend irrelevance theory, the bird in the hand theory, dan the tax preference theory.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembayaran dividen, adalah rasio-rasio yang harus dianalisis terlebih dahulu oleh para investor sebelum
pada akhirnya mengambil keputusan untuk menginvestasikan dananya ke dalam suatu perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen tersebut
adalah Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio baik secara parsial maupun secara simultan.
18
Model penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut :
H
1
H
2
H
3
H
4
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4 Perumusan Hipotesis