d. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang
ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik. Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin atau sensitivitas terhadap
hormon gonadotropin yang berlebihan. Hormon gonadotropin termasuk FSH Folikel Stimulating dan HCG Human Chorionik Gonadotropin Wiknjosastro,
2008 . e.
Faktor Lingkungan Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak
memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi. Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan yaitu konsumsi
tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar polusi asap rokok atau zat berbahaya lainya, stress dan kurang
aktivitas atau olahraga bisa memicu terjadinya suatu penyakit Bustam, 2007.
2.7 Komplikasi Kista Ovarium
Komplikasi kista ovarium diantaranya: 2.7.1
Torsi kista ovarium Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat hamilpascapartum. Keluhannya
nyeri perut mendadak, mual dan muntah, torsi menahun tidak dirasakan karena perlahan-lahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen,
timbulnya torsi karena ada tumor dalam perut. Terapi yang dilakukan adalah tindakan laparotomi.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Perdarahan Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya. Keluhan
seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak. Perdarahan menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan tindakan laparotomi. Tidak ada patokan mengenai ukuran
besar kista yang berpotensi pecah. Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah, namun ada pula yang sampai berukuran 20 cm belum pecah. Pecahnya kista
menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan. 2.7.3
Infeksi kista ovarium Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba dan menuju
lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovarii yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa tegang, diperlukan pemeriksaan laparotomi dan
laboratorium untuk mengetahui adanya infeksi pada kista. 2.7.4
Ruptura kapsul kista Ruptur kapsul kista terjadi karena akibat dari perdarahan mendadak, infeksi kista
dengan pembentukan abses membesar ruptura. Diperlukan tindakan laparotomi untuk mengetahui terjadinya ruptura kapsul kista.
2.7.5 Degenerasi ganas
Degenerasi ganas berlangsung pelan “ silent killer” . Terdiagnosa setelah stadium lanjut, diagnosa dini karsinoma ovarium menggunakan pemeriksaan tumor marker
CA 125 untuk mengetahui terjadinya degenerasi ganas Manuaba, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Pencegahan Kista Ovarium 2.8.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu tindakan pencegahan bila penyakit kista ovarium belum muncul. Upaya pencegahan primer dapat dilakukan dengan memberikan
informasi mengenai kista ovarium. Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit kista ovarium. Risiko kista ovarium fungsional meningkat
dengan merokok. Risiko dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh menurun. Selain dikarenakan merokok pola makan yang tidak
sehat seperti konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada makanan, konsumsi alkohol dapat juga meningkatka risiko penderita kista
ovarium Bustam, 2007.
2.8.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit kista melalui upaya diagnosa dini serta
pengobatan yang tepat Asmadi, 2008. Kista nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala - gejala ke arah peradangan
genital. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri. Jika kista ovarium itu bersifat
neoplastik, maka perlu pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala - gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis
diferensial. Penegakan diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan yang berupa: 1.
Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor adneksa. Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri serta kapan mulai
Universitas Sumatera Utara
timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan penegakan diagnosis. Anamnesa seperti keluhan klinik kista ovarium ringan karena besarnya tumor
dan keluhan mendadak akibat komplikasi kista ovarium. 2.
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik, antara lain:
a Fisik umum sebagai tanda vitalnya.
b Pemeriksaaan palpasi: teraba tumor di abdomen bentuk kista padat,
bergerak, terasa nyeri atau tidak nyeri. c
Pemeriksaan dalam: melihat letak tumor apakah melekat dengan uterus. d
Pemeriksaan spekulom : melihat servik dilakukan biopsi atau PAP smear. e
Pemeriksaan rektal : memberikan konfirmasi jelas tentang keberadaan tumor Manuaba, 2010 .
Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat dilaksanakan dengan :
1. Laparoskopi : pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui apakah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi : dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak. 3.
Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Universitas Sumatera Utara
4. CA-125 : memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-125.
Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada
perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125 0-35 uml.
5. Parasentensis pungsi asites : berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk Wiknjosastro,2008.
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode: 1.
Terapi Hormonal Pengobatan dengan pemberian pil KB gabungan estrogen- progresteron boleh
ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat yang akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi,
diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan sinar laser.
2. Terapi Pembedahan Operasi
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur penderita, ukuran kista, dan keluhan. Apabila
kista kecil atau besarnya kurang dari 5 cm dan pada pemeriksaan Ultrasonografi tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dilakukan operasi dengan
laparoskopi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut.
Universitas Sumatera Utara
Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan pengangkatan kista dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparatomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, dilakukan operasi sekalian mengangkat
ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar dan kelenjar limpe Yatim, 2005.
2.8.3 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier
dilakukan bertujuan
untuk mengurangi
ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi supaya penderita kista ovarium melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan dengan dukungan
moril dari orang-orang terdekat terhadap penderita kista ovarium pasca operasi karena penderita akan kehilangan harga diri sebagai seorang wanita. Berdasarkan
penelitian Triyanto 2009, terdapat hubungan antara dukungan suami dengan tingkat stres istri Wanita yang menderita kista ovarium. Dukungan suami atau
keluarga diperlukan sepanjang kehidupan seorang wanita. Apabila tidak ada tindakan atau dukungan dari keluarga , maka wanita yang menderita kista ovarium
akan mengalami stres bahkan dapat terjadi depresi.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Kerangka Konsep Karakteristik Penderita Kista Ovarium
1. Sosiodemografi
Umur Suku
Agama Pendidikan
Pekerjaan Status Perkawinan
2.
Ukuran Diameter Kista 3.
Jenis Kista 4.
Keluhan 5.
Status Haid 6.
Riwayat Menarche 7.
Hasil pemeriksaan CA-125 8.
Penatalaksanaan Medis 9.
Lama Rawatan 10.
Sumber Biaya Pengobatan 11.
Asal Penderita 12.
Keadaan Sewaktu Pulang
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang