Sistem operasional produk unit link pada PT.Allianz Life Indonesia(Syariah)

(1)

SISTEM OPERASIONAL PRODUK UNIT LINK PADA PT. ALLIANZ LIFE INDONESIA (SYARIAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh : ANA IHSANA NIM. 102046225364

KONSENTRASI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) PROGRAM STUDI ASURANSI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Mei 2008


(3)

SISTEM OPERASIONAL PRODUK UNIT LINK PADA PT. ALLIANZ LIFE INDONESIA (SYARIAH)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh : ANA IHSANA NIM. 102046225364

Di Bawah Bimbingan

Prof. DR. H. Hasanuddin AF, M.A DR. H. Supriyadi Ahmad, M.A NIP. 150050917 NIP. 150270613

KONSENTRASI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) PROGRAM STUDI ASURANSI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ”SISTEM OPERASIONAL PRODUK UNIT LINK PADA PT. ALLIANZ LIFE INDONESIA (SYARIAH)”

telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Mei 2008.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

pada Program Studi Muamalat.

Jakarta, 22 Mei 2008

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 150 289 264

2. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag (...) NIP. 150 318 308

3. Pembimbing I : Prof. DR. H. Hasanuddin AF, M.A (...) NIP. 150 050 917

4. Pembimbing II : DR. H. Supriyadi Ahmad, M.A (...) NIP. 150 270 613

5. Penguji I : H. Sugiyarno, SE, M.M, AAAIJ (...) 6. Penguji II : Muhammad Taufiqi, M.Ag (...)


(5)

ABSTRAK

Ana Ihsana. 102046225364. Sistem Operasional Produk Unit Link pada PT. Allianz Life Indonesia (Syariah). Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Indonesia. Mei, 2008. v +++ 65 hlm.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem operasional Allianz Syariah pada PT. Allianz Life Indonesia (Divisi Syariah) dan mengetahui perbedaan antara sistem operasional Allianz Syariah dan sistem operasional asuransi (konvensional) lainnya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan (field research) untuk memperoleh data primer, dengan melakukan wawancara dan penelitian langsung terhadap pihak yang dianggap berkompeten. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data sekunder, yakni untuk memperoleh data ilmiah dan akurat yang bersumber pada buku-buku, dokumen, dan rujukan lain yang berkaitan dengan pokok pembahasan, kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui fenomena yang sebenarnya.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa : (1) Allianz Syari’ah (AlliSya) cukup konsisten dengan prinsip-prinsip dasar syari’ah terutama dengan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang menjadi pengawas dan pengontrol operasional AlliSya dan juga memberikan arahan kegiatan untuk jenis investasi yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah yaitu yang terbebas dari 3 unsur yakni gharar, maisir dan

riba. (2) Akad yang digunakan AlliSya adalah akad tabarru’ (sharing of risk) dan akad wakalah bil ujrah, sedangkan dalam asuransi konvensional akad yang digunakan adalah akad jual-beli (tabadduli), sehingga yang terjadi adalah transfer of risk (transfer resiko). AlliSya mengelola dana peserta (premi) pada produk unit linknya terjadi pemisahan rekening yaitu rekening tabarru’, rekening tabungan/investasi peserta dan rekening perusahaan (fees), sedangkan dalam asuransi konvensional biasanya tidak ada pemisahan dana yang berakibat pada terjadinya dana hangus, karena seluruh premi peserta menjadi milik perusahan. Dana tersebut diinvestasikan dalam bentuk deposito, saham, obligasi, reksadana maupun instrument keuangan lainnya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah. Sedangkan dalam asuransi konvensional perusahaan asuransi bebas menginvestasikan dananya tanpa dibatasi pada halal haramnya obyek atau sistem investasi yang digunakan.

Kata-kata kunci : Sistem Operasional, Produk Unit Link, PT. Allianz Life Indonesia (Syariah)


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua terutama penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, walaupun dengan kendala yang cukup banyak. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang istiqamah hingga hari kiamat.

Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah memberikan kontribusinya dalam menyelesaikan skripsi ini, karena tanpa bantuan mereka semua, skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Maka sudah sepantasnyalah penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, M.A, M.M.

2. Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Ah. Azharuddin Lathief, M.A.

3. Prof. DR. H. Hasanuddin AF, M.A dan DR. H. Supriyadi, M.A masing-masing sebagai pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing penulis dengan baik.

4. Bapak Abdul Chalik selaku Bussiness Development Executive dan Ibu Siti Hasanah, SAg selaku Agency Director di Allianz Syariah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan observasi data


(7)

dan wawancara di PT. Allianz Life Indonesia Divisi Syariah selama penulisan ini.

5. Suami tercinta Hardiansyah yang selalu memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil.

6. Orang tua tercinta Ayahanda Mursidi Hidayat dan Ibunda Nuriyah yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada keduanya. Dan tak lupa buat kakak-kakakku ka’Ika dan ka’Nunu, serta adik-adikku Imron, Upi, Kamal dan Adni yang kusayangi. Serta keluarga mertua yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

7. Teman-teman di konsentrasi Asuransi Syariah angkatan 2002 terutama Saidah, Sripanih, Shinta dan lain-lain, teman-teman Muamalat Nini dan Dini serta banyak lagi yang lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, mari bersama kita berjuang untuk mengembangkan ekonomi Islam.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala dukungannya baik langsung maupun tidak, penulis ucapkan terima kasih. Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis mohonkan, semoga amal baik mereka dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Jakarta, 20 Shafar 1429 H

26 Februari 2008 M Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah 1

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

E. Metode Penelitian 7

F. Sistematika Penulisan 8

BAB II PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SYARIAH YANG MELANDASI SISTEM OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH

A. Pengertian Prinsip, Sistem Operasonal dan Asuransi Syariah 10 B. Prinsip-prinsip Asuransi Konvensional yang berlaku pada

Asuransi Syariah 12

C. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah 15 D. Perbedaan antara Asuransi Syariah


(9)

BAB III GAMBARAN UMUM PT. ALLIANZ LIFE INDONESIA

A. Sejarah Berdirinya PT. Allianz Life Indonesia 32 B. Visi dan Tujuan PT. Allianz Life Indonesia 35 C. Struktur Organisasi PT. Allianz Life Indonesia (Syariah) 36

D. Produk Unit Link 37

E. Produk-produk PT. Allianz Life Indonesia (Syariah) 39 F. Mekanisme Pengelolaan Dana

PT. Allianz Life Indonesia (Syariah) 43

BAB IV SISTEM OPERASIONAL PRODUK UNIT LINK PADA PT. ALLIANZ LIFE INDONESIA (SYARIAH)

A. Jenis Akad Produk Unit Link Allianz Syariah 45 B. Saluran Distribusi yang Dipergunakan dalam Optimalisasi

Produk Unit Link Allianz Syariah 48

C. Pencatatan Premi Produk Unit Link Allianz Syariah 53 D. Penempatan Investasi yang Dilakukan dan Pertumbuhan

Aset 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 61


(10)

DAFTAR PUSTAKA 64 LAMPIRAN


(11)

Data Hasil Wawancara

1. Nama : Drs. Hasanuddin, M.Ag

Jabatan : Dewan Pengawas Syariah Allianz Syariah Media : Telpon (Jakarta-Bandung)

Hari/ tanggal : Jum’at/ 14 Maret 2008 Waktu : 14.30 – selesai

2. Nama : Siti Hasanah, SAg Jabatan : Agency Director

Tempat : Perum. Villa Dago, Blok C12 No.3A, Pamulang Hari/ tanggal : Selasa/ 18 Maret 2008

Waktu : 08.30 – selesai

Pertanyaan :

1. Apa saja tugas Bapak (Hasanuddin) selaku Dewan Pengawas Syariah di Allianz Syariah dan sejauh mana pengawasan dari DPS terhadap Allianz Syariah?

Jawab :

Tugas saya selaku Dewan Pengawas Syariah antara lain memberikan panduan dan arahan mengenai akad maupun jenis investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, dan pada praktek selanjutnya di lapangan diserahkan kepada perusahaan. Dan jika diperlukan atau kapan harus ada perbaikan misalnya mengenai


(12)

produknya, maka Allianz Syariah berkonsultasi dengan Dewan Pengawas Syariah.

2. Bagaimana penilaian Bapak sejauh ini mengenai sistem operasional Allianz Syariah?

Jawab :

Saya menilai bahwa selama bahwa selama dalam pengawasan saya, Allianz Syariah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

3. Bagaimana menurut Bapak mengenai akad di Allianz Syariah? Jawab :

Sesuai dengan Fatwa DSN No. 53, disana dijelaskan bahwa ada beberapa pilihan akad asuransi syariah secara kumpulan, dan Allianz Syariah menggunakan akad wakalah bil ujrah, maka di dalamnya harus jelas akad apa yang di ujrahkan (misalnya kegiatan administrasi, pengelolaan dana, investasi, dan sebagainya). 4. Sejauh pengamatan Ibu (Siti Hasanah), produk AlliSya apa yang paling diminati

oleh nasabah dan mengapa produk tersebut diminati? Jawab :

Produk AlliSya yang paling diminati adalah AlliSya Protection. Karena di dalam AlliSya Protection terdapat perlindungan dan investasi, yakni perlindungan yang maksimal tetapi uang berupa investasinya tidak hangus.

5. Menurut Ibu, apa saja yang membedakan produk unit link AlliSya dengan unit link konvensional di PT. Allianz Life Indonesia?


(13)

Produk unit link AlliSya dengan unit link konvensional di Allianz pada umumnya sama, yang membedakannya adalah AlliSya menggunakan sistem syariah, disamping itu alokasi premi AlliSya pada tahun pertama sudah mengandung investasi sedangkan pada unit link konvensional nol.

6. Bagaimana AlliSya atau Ibu sendiri melihat kompetitor dari perusahaan Asuransi Syariah lain yang menawarkan produk unit link syariah?

Jawab :

Menurut saya, perusahaan Asuransi Syariah lain bukan kompetitor atau saingan, karena kata ’saingan’ bersifat negatif. Justru kami bekerjasama dengan perusahaan Asuransi Syariah lain untuk mensosialisasikan asuransi syariah kepada masyarakat yang belum menggunakan asuransi syariah, guna memajukan asuransi syariah khususnya dan ekonomi Islam pada umumnya.

Jakarta, Maret 2008

Yang mewawancarai, Yang diwawancarai,

Ana Ihsana 1. Drs. Hasanuddin, M.Ag


(14)

102 4. Saya mewakilkan kepada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang

Syariah juga sebagai Manajer Investasi untuk melakukan transaksi investasi sesuai dengan jenis investasi yang saya pilih. Saya setuju membayar biaya pengelolaan investasi sebagaimana ketentuan yang berlaku.

5. Apabila saya menjadi peserta kumpulan asuransi AlliSya Protection maka saya akan menerima gratis biaya administrasi pada tahun pertama Polis. Saya berkewajiban membayar Tabarru’ setiap bulan sejak Polis diterbitkan yang pembayarannya dilakukan melalui pemotongan unit sejak bulan ke-13 dan seterusnya secara proporsional.

AKAD/KONTRAK DI SPAJ SYARIAH

1

AKAD/KONTRAK DI SPAJ SYARIAH

Saya yang bertandatangan dibawah ini, sebagai anggota kumpulan peserta (Pemegang Polis/Tertanggung) PT. Asuransi Allianz Life Indonesia,

Cabang Syariah, dengan ini :

1. Saya menyatakan diri sebagai anggota kumpulan peserta asuransi syariah Allianz bersama dengan para peserta lainnya untuk saling tolong menolong (ta’awun) terhadap musibah yang mungkin dialami oleh salah seorang diantara peserta dan untuk itu saya bersedia membayar sejumlah dana tabarru’ sebagai dana ta’awun peserta. 2. Saya menyatakan dan menyetujui, berdasarkan akad Wakalah bil

Ujrah, memberikan kuasa kepada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang Syariah selaku wakil untuk mengelola dana, resiko dan

melakukan transaksi atas nama saya. Saya setuju membayarkan biaya akuisisi dan pemeliharaan, biaya pengelolaan resiko, biaya

administrasi dan biaya lainnya sehubungan dengan transaksi Polis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Atas pengelolaan dana kumpulan diatas, saya menyetujui untuk memberikan fee sebesar 25% yang dipotong dari Tabarru’ sebagai hak PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang Syariah


(15)

103 6. Saya mengikhlaskan dan menyetujui pembagian surplus underwriting

sebesar 70% untuk dimasukkan kedalam rekening Tabarru’ dan 30% kepada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang Syariah. Apabila terjadi defisit underwriting maka kekurangannya menjadi tanggung jawab para peserta sedangkan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia Cabang Syariah dapat meminjamkan sementara berdasarkan prinsip al’qardh untuk membayar maslahat (manfaat) atas musibah yang terjadi diantara peserta, yang akan dikembalikan dari surplus underwriting yang akan datang.


(16)

1


(17)

105


(18)

106


(19)

107


(20)

108

DATA POLIS


(21)

109


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan pada kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan hilang atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang baik terhadap diri sendiri, keluarga, atau perusahaan yang diakibatkan oleh meninggal dini, kecelakaan, sakit dan usia tua (masa pensiun).

Segala musibah dan bencana merupakan ketentuan (qadha dan qadar) Allah SWT., namun manusia (muslim) wajib berikhtiar melakukan tindakan antisipasi untuk memperkecil resiko yang timbul. Dalam menghadapi resiko ini setiap manusia dapat berikhtiar dengan pilihan alternatif menanggung sendiri, membagi resiko dengan pihak lain, atau menyerahkan resiko sepenuhnya kepada pihak lain.

Bila sebuah resiko ditanggung sendiri, salah satu upayanya bisa dengan menabung, namun ikhtiar ini seringkali tidak mencukupi, karena resiko yang terjadi melebihi dari yang diperkirakan, atau resiko terjadi namun dana tabungan belum mencukupi. Sedangkan bila resiko tersebut dibagi atau dialihkan, diharapkan pada saat terjadi musibah, maka berkurangnya nilai ekonomi atau kesejahteraan keluarga dapat terjamin (tergantikan), begitu juga dengan hilangnya fungsi sebuah benda dapat tergantikan juga.


(23)

Asuransi sebagai sebuah perlindungan merupakan langkah yang tepat bagi seseorang dalam membagi atau mengalihkan suatu resiko, karena asuransi menjawab kebutuhan rasa aman bagi setiap orang.1

Dikaitkan dengan konsep qadha dan qadar, asuransi tidak memastikan terjadinya suatu musibah, melainkan resiko dan nilai kerugian yang mungkin terjadi. Misalnya dalam asuransi jiwa tidak dapat dijelaskan kapan seseorang meninggal dunia. Apabila peristiwa kematian itu terjadi, maka akan muncul kerugian yang membutuhkan biaya. Setidaknya untuk pemakaman bagi orang tersebut. Semua ini seharusnya telah disediakan oleh seorang bapak ketika ia masih hidup, sehingga anak-anaknya dapat hidup sejahtera.

Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana atau malapetaka, maka salah satu solusinya ialah dengan menyimpan atau menabung. Namun, upaya ini sering kali tidak mencukupi, karena dampak musibah yang harus ditanggung oleh seseorang biasanya lebih besar daripada yang diperkirakan (yang ditabung). Oleh sebab itu, perusahaan asuransi menawarkan jasa perlindungan untuk musibah yang menimpa diri atau harta benda. Namun, dalam pelaksanaannya masih perlu ditinjau lebih lanjut, terutama dari sudut pandang syari`at Islam, seperti adanya unsur gharar,

maisir dan riba.2

1

Cacan S. Agis, Modul Pengetahuan Dasar Takaful (Jakarta: PT. Syarikat Takaful Indonesia, 2005), h. 9-10

2

Muhammad Syafi`i Antonio, Arbitrase Islam di Indonesia (Jakarta: Badan Arbitrase Mu`amalat Indonesia dan Bank Mu`amalat Indonesia, Oktober 1994), h. 147


(24)

Dunia Islam pada prinsipnya tidak mengenal asuransi seperti apa yang dijalankan oleh perusahaan asuransi konvensional di dunia barat. Karena prinsip asuransi di dunia barat adalah profit oriented dan adanya konsep untung-untungan. KUHPerdata pasal 1774 menyebutkan tentang perjanjian asuransi yaitu ”Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun sementara pihak, bergantung kepada suatu perjanjian yang belum tentu”.

Dalam konsep Islam asuransi Islami bukan semata profit oriented, tetapi ia mengandung nilai social oriented, jadi perpaduan antara dua kepentingan inilah yang dibangun oleh asuransi syariah dalam menjalankan roda bisnisnya. Karena perbedaan orientasi dan filosopi inilah yang menyebabkan perusahaan asuransi Islami perlu hati-hati dan para pemilik dan pengurusnya mesti orang-orang yang memahami karakteristik ini agar jangan prinsip Islam tidak digadaikan demi kepentingan sesaat.

Tadhamun, takaful, at-ta’min atau asuransi syari’ah, artinya menurut bahasa adalah saling menanggung, atau juga diartikan tanggung jawab sosial, lebih jauh al-Fanjari membagi ta’min kepada tiga bagian; ta’min ta’awuniy, ta’min al tijari, dan ta’min al hukumiy. Takaful disinonimkan dengan ta’awun atau saling tolong menolong, dengan demikian arti asuransi syariah itu semakin kaya dan tidak tertumpu kepada satu kata takaful saja.3

3

Jafril Khalil, Asuransi Islami Konsep dan Aplikasi, Bahan Ajar Diklat Tkt.Dasar Asuransi Syari’ah AASI-LPKG BPPK Dept. Keuangan RI (Jakarta, 24-31 Mei 2004), h. 1


(25)

Walaupun pengertian asuransi syariah atau tadhamun Islami telah diaplikasikan dalam bentuk ta’awuniy tijari, atau saling tolong menolong secara sukarela yang diiringi dengan konsep-konsep bisnis, namun ruh keikhlasan dan sikap saling membantu dengan jalan keikhlasan tidak boleh dihilangkan, karena disitulah ruhnya asuransi syariah. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa asuransi syariah itu karakteristiknya sangat berbeda dengan asuransi konvensional. Dalam asuransi konvensional para praktisi berusaha menimbulkan insurance minded dikalangan masyarakat, sedangkan dalam asuransi syariah yang perlu ditimbulkan dari masyarakat adalah perasaan ta’awun minded.4

Perbedaan antara asuransi konvensional dengan asuransi syari’ah sangat fundamental yang mencakup pada tiga hal pokok, yaitu transaksi, mekanisme pengelolaan dana, dan investasi. Premi mortalita pada asuransi konvensional diubah menjadi premi tabarru’ pada asuransi syariah. Investasi pada asuransi syariah dikembangkan pada tempat-tempat yang diperkenankan pada syari’at islam yang hasilnya dibagi pada peserta secara proposional dan takaful sebagai pengelola, sedangkan pada asuransi konvensional, perusahaan bebas menginvestasikan dananya dimana saja sesuai dengan perundang-undangan tanpa mengindahkan halal haramnya obyek investasi.

Perkembangan asuransi syariah sekarang ini cukup pesat ditandai dengan banyaknya asuransi konvensional yang membuka cabang syariah. Dalam sistem

4


(26)

operasionalnya yang berdasarkan syariah, maka perusahaan asuransi syariah biasanya melakukan kerjasama dengan peserta atau nasabahnya berdasarkan prinsip bagi hasil dengan akad mudharabah, yaitu perjanjian profit and loss sharing yang melibatkan antara dua kelompok, dalam hal ini pihak perusahaan asuransi dan seluruh nasabahnya, atau dengan akad wakalah yang belakangan ini mulai diterapkan pada beberapa perusahaan asuransi, yaitu pendelegasian atau penyerahan mandat dari pihak pertama (peserta) kepada pihak kedua (perusahaan asuransi) untuk melaksanakan kepentingan pihak pertama.

Allianz sebagai salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia dan telah melebarkan bisnis asuransinya di Indonesia dengan nama PT. Allianz Life Indonesia, baru-baru ini telah me-launching produk asuransi syariah, menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam terhadap produk asuransi yang berdasarkan prinsip syariah yang memberikan rasa aman, serta melihat peluang yang ada dimana lembaga-lembaga perekonomian umat dengan sistem syariah pada saat ini tengah berkembang cukup pesat di Indonesia.

Namun mengingat peluncuran produk asuransi syariah ini dari perusahaan asuransi konvensional, maka penulis merasa tertarik untuk meninjau dan meneliti lebih jauh tentang sistem operasional dari Allianz Syariah (AlliSya). Oleh karena itu, pembahasan ini penulis beri judul “SISTEM OPERASIONAL PRODUK UNIT LINK PADA PT. ALLIANZ LIFE INDONESIA ( SYARIAH )”


(27)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Allianz Syariah (AlliSya) dengan inovasi barunya terhadap produk asuransi syariah yang berbeda dari produk asuransi sejenis dari perusahaan asuransi syariah lainnya, harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan sistem operasional yang tidak keluar dari jalur syar’i. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai berikut:

a. Hukum Islam dibatasi pada dalil-dalil dari Al-Qur’an, Hadits dan pendapat ulama tentang asuransi.

b. Sistem operasional produk unit link pada PT. Allianz Life Indonesia yang dibatasi pada Divisi Syariah.

2. Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut : a. Apakah sistem operasional Allianz Syariah sudah sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah?

b. Bagaimana perbedaan sistem operasional Allianz Syariah dan sistem operasional asuransi (konvensional) lainnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(28)

Indonesia (Divisi Syariah).

b. Mengetahui perbedaan antara sistem operasional Allianz Syariah dan sistem operasional asuransi (konvensional) lainnya.

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan kontribusi pemikiran kepada perkembangan asuransi syariah di Indonesia, khususnya pada PT. Allianz Life Indonesia (Syariah).

b. Memberikan gambaran tentang perbedaan sistem operasional syariah dari sistem operasional konvensional dalam asuransi.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan (field research) untuk memperoleh data primer, dengan melakukan wawancara dan penelitian langsung terhadap pihak yang dianggap berkompeten. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data sekunder, yakni untuk memperoleh data ilmiah dan akurat yang bersumber pada buku-buku, dokumen, dan rujukan lain yang berkaitan dengan pokok pembahasan, kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui fenomena yang sebenarnya.

Sebagai pedoman penulisan skripsi ini, digunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”, dengan beberapa pengecualian sebagai berikut:


(29)

2. Kutipan langsung dari buku ejaan lama ditulis dengan ejaan yang disempurnakan kecuali nama pengarang dan penerjemah.

3. Dalam kepustakaan, Al-Qur’an Al-Karim dan terjemahnya ditulis pada urutan pertama sebagai penghormatan terhadap kitab suci ini, sebelum menyebutkan sumber-sumber lainnya yang ditulis secara alfabetis.

E. Sistematika Penulisan

Agar penulisan lebih sistematik dan terarah maka penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub-sub bab yaitu:

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum mengenai judul skripsi ini dengan menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas mengenai prinsip-prinsip asuransi syariah yang melandasi sistem operasional asuransi syariah yang isinya membahas tentang pengertian prinsip, sistem operasional dan asuransi syariah, prinsip-prinsip asuransi konvensional yang berlaku pada asuransi syariah, prinsip-prinsip dasar asuransi syariah, dan perbedaan antara asuransi syariah dan konvensional.

Bab ketiga, membahas mengenai gambaran umum PT. Allianz Life Indonesia (Divisi Syariah) yang isinya tentang sejarah berdirinya, visi dan tujuan, struktur organisasi, produk-produk unit link, dan mekanisme pengelolaan dana PT. Allianz Life Indonesia (Divisi Syariah).


(30)

Bab keempat, membahas mengenai tinjauan terhadap sistem operasional produk unit link pada PT. Allianz Life Indonesia (Divisi Syariah), yang isinya antara lain mengenai jenis akad produk unit link Allianz Syariah, saluran distribusi yang dipergunakan dalam optimalisasi produk unit link Allianz Syariah, pencatatan premi produk unit link Allianz Syariah, dan penempatan investasi yang dilakukan dan pertumbuhan asset 2 tahun terakhir.

Bab kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah ditulis, serta beberapa saran.


(31)

BAB II

PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SYARIAH YANG MELANDASI SISTEM OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH

A. Pengertian Prinsip, Sistem Operasonal dan Asuransi Syariah

Prinsip dalam bahasa inggris adalah principle yang berarti asas, dasar atau pendirian, sistem (system) berarti cara atau jaringan, dan operasional (operational) berarti cara kerja.1

Sedangkan istilah asuransi dalam bahasa arab adalah ta’min, tadhamun dan takaful. At-ta’min diambil dari kata amina atau amman yang memiliki arti menjamin, menenangkan atau merasa aman,2 sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Quraisy (106) : 4,

฀฀

Artinya: “Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan.”

(Q.S. Quraisy/106 : 4)

Istilah lainnya adalah tadhamun dari asal kata dhaman yang berarti jaminan atau tanggungan.3 Sedangkan istilah yang paling sering dijumpai atau digunakan untuk asuransi syariah adalah Takaful. Kata takaful berasal dari

1

William D. Powel, Linguist, software (Jakarta: PT. Atlantis Programa Prima), T.th

2

Abd. bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia Arab Inggris (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), cet. Ke-13, h. 17

3


(32)

akar kata kafila, kaflan, kufuulan, yang secara etimologis berarti menjamin.4 Seperti yang terkandung dalam QS. An-Nisaa (4) ayat 85:

฀฀

Artinya: “Barangsiapa yang memberi syafaat (melindungi hak-hak orang dari kemudharatannya) yang buruk, niscaya ia akan memikul (resiko) bagian daripadanya.” (Q.S. An-Nisaa/4 : 85)

Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)5 dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syari’ah, memberi definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi Syari’ah (Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/ atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau

tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk mengahadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syari’ah.

Dari definisi diatas tampak bahwa asuransi syari’ah bersifat saling melindungi dan tolong-menolong yang disebut dengan “ta’awun”. Yaitu, prinsip hidup saling melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwah islamiyah antara sesama anggota peserta asuransi syariah dalam menghadapi malapetaka (resiko).6

4

Ibid., h. 231

5

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah

6

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 30, dikutip dari Huzaemah T. Yanggo, Asuransi Hukum dan Permasalahannya, Jurnal AAMAI Tahun VII No. 12-2003, h. 23


(33)

Dari uraian di atas maka yang dimaksud dengan prinsip-prinsip asuransi syariah yang melandasi sistem operasional asuransi syariah yaitu asas dasar yang menjadi landasan dari seperangkat cara kerja dalam asuransi yang sesuai dengan aturan hukum Islam.

B. Prinsip-prinsip Asuransi Konvensional yang berlaku pada Asuransi Syariah Ada beberapa prinsip asuransi yang berlaku pada asuransi konvensional maupun asuransi syariah, prinsip-prinsip tersebut antara lain : 1. Prinsip Insurable Interest; adalah hubungan kepentingan antara peserta

dengan obyek pertanggungan atau pihak yang dipertanggungkan. Peserta dianggap mempunyai kepentingan yang insurable jika mengalami musibah. Contoh: pemilik kendaraan dengan kendaraannya. Jika ternyata tertanggung tidak mempunyai kepentingan maka ia tidak berhak memperoleh santunan (ganti rugi).7

2. Prinsip Indemnity; adalah kompensasi keuangan yang eksak, cukup untuk mengembalikan tertanggung pada posisi keuangan sesaat sebelum kerugian terjadi.8 Dengan prinsip ini tertanggung tidak dimungkinkan mendapat keuntungan dari penanggung. Untuk keperluan ini maka sangat disarankan harga pertanggungan yang dipakai berdasarkan harga pasar.

7

Cacan S. Agis, dkk, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, h. 12

8

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional (Kholam Publishing, 2006), h. 57


(34)

Hal ini guna menghindari asuransi dibawah harga (under insurance) ataupun asuransi diatas harga (over insurance).9

3. Prinsip Subrogation; yang dimaksud adalah hak seseorang yang telah membayar ganti kerugian kepada orang lain karena kewajiban hukumnya, untuk menggantikan orang lain itu serta menggunakan semua hak dan upaya hukum orang lain itu, baik sesudah maupun sebelum dilaksanakan.10 Apabila penanggung telah membayar santunan ganti rugi kepada tertanggung, padahal dalam peristiwa yang mengakibatkan kerugian tersebut tertanggung tidak bersalah maka hak menuntut kepada pihak yang bertanggung jawab atau yang bersalah (pihak ketiga) beralih kepada penanggung.11

4. Prinsip Proximate Cause; adalah suatu penyebab aktif, efisien yang membentuk suatu rangkaian kegiatan/kejadian yang menimbulkan sebab akibat.12 Apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan, maka pertama-tama penanggung akan mencari sebab-sebab yang aktif dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut. Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang aktif dan efisien adalah: ”Unbroken Chain of Events” yaitu suatu

9

Cacan S. Agis, dkk, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, h. 13

10

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, h. 58

11

Cacan S. Agis, dkk, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, h. 13

12


(35)

rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak terputus. Sebagai contoh, kasus klaim kecelakaan diri berikut ini: (a) seseorang mengendarai kendaraannya di jalan tol dengan kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik (b) kemudian korban luka parah dan dibawa ke rumah sakit (c) tidak lama kemudian korban meninggal dunia. Dari peristiwa tersebut diketahui bahwa proximate causenya adalah korban mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik. Melalui proximate cause dapat diketahui apakah penyebab terjadinya kecelakaan tersebut dijamin dalam kondisi polis asuransi atau tidak.13

5. Prinsip Contribution; adalah hak dari seseorang penanggung untuk meminta sesama penanggung membayar ganti rugi secara bersama-sama kepada seseorang tertanggung dan bagian dari masing-masing penanggung ini bisa tidak sama besar.14 Tertanggung dapat saja mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa perusahaan asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas obyek yang diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi. Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila penaggung telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka penanggung berhak menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat suatu pertanggungan (secara bersama-sama

13

Sumber dari internet www.google.com tentang Dasar-dasar Asuransi

14


(36)

menutup asuransi harta benda milik tertanggung) untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya.15

6. Prinsip Utmost Good Faith; adalah kewajiban untuk mengungkapkan dengan sukarela, secara penuh dan akurat, semua fakta material atas resiko-resiko yang diajukan baik diminta atau tidak.16 Para pihak yang melakukan kontrak asuransi, baik penanggung maupun tertanggung harus beri’tikad baik yang diwujudkan dengan kejujuran dan mengemukakan keterbukaan (diclosure), dimana penanggung harus memberikan semua informasi mengenai pertanggungan dan tertanggung memberikan informasi mengenai obyek pertanggungan baik diminta maupun tidak. Informasi tertanggung termasuk informasi yang mempengaruhi opini penanggung apakah akan menerima ataupun menolak obyek pertanggungan. Sedangkan informasi dari penanggung terutama isi dan kodisi polis yang mungkin mempengaruhi apakah tertanggung jadi mengasuransikan obyeknya atau tidak.17

C. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah

Ajaran Islam mendorong umat untuk saling tolong-menolong, bertanggungjawab dan menanggung satu dengan yang lainnya atas musibah

15

Sumber dari internet www.google.com tentang Dasar-dasar Asuransi

16

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, h. 58

17


(37)

yang diderita saudaranya. Tujuannya adalah untuk mencapai kehidupan bersama yang tentram, damai dan sejahtera. Hal inilah yang menjadi kekuatan umat dapat terwujud (persaudaraan).

AM. Hasan Ali18 dalam bukunya yang berjudul ”Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam” menjelaskan bahwa prinsip dasar asuransi syariah ada sepuluh macam, yaitu; tauhid, keadilan, tolong-menolong, kerjasama, amanah, kerelaan, kebenaran, larangan riba, larangan judi, dan larangan

gharar. Berbeda dengan AM. Hasan Ali, M. Amin Suma19 dalam bukunya tentang ”Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional” menjabarkan bahwa pada dasarnya, prinsip-prinsip umum yang terdapat di dalam asuransi konvensional, juga berlaku atau menjadi prinsip-prinsip dasar pada asuransi syariah. Namun dalam asuransi syariah diberikan beberapa prinsip tambahan yang semata-mata bersumber dari ajaran Islam. Prinsip-prinsip dasar tambahan tersebut yakni; prinsip ikhtiar dan berserah diri, tolong menolong (ta’awun), bertanggung jawab, saling bekerjasama dan bantu-membantu, dan prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan. Sedangkan dalam ”Modul Pengetahuan Dasar Takaful”20 hanya dijelaskan tiga prinsip dasar saja, yakni; saling bertanggung jawab, saling bekerjasama dan saling membantu, serta saling melindungi dari berbagai kesusahan.

18

AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Kencana 2004), h. 125

19

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, h. 58-59

20


(38)

Berikut ini penulis uraikan beberapa prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh oleh Asuransi Syariah, yaitu:

1. Prinsip ikhtiar dan berserah diri

Allah adalah pemilik mutlak atas segala sesuatu, karena itu menjadi kekuasaan-Nyalah untuk memberikan atau mengambil sesuatunya kepada/dari hamba-hambaNya yang Ia kehendaki.21 Hal ini tercermin dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 107:

/

Artinya: “Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.” (Q.S. Al-Baqarah/ 2: 107)

Manusia memiliki kewajiban untuk berusaha (ikhtiar) sesuai dengan kesanggupannya. Tetapi pada saat yang bersamaan manusia juga harus berserah diri (tawakkal) hanya kepada Allah SWT.22

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Hud (11) ayat 123 berbunyi:

Artinya: ”Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Hud/ 11: 123)

21

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, h. 58

22


(39)

2. Prinsip saling bekerjasama dan bantu-membantu

Salah satu keutamaan umat Islam adalah saling bekerjasama untuk membantu sesamanya dalam berbuat kebajikan. Kerjasama dan saling membantu dalam Islam, antara lain tersimbolkan dalam konsep kehidupan berjamaah dan berukhuwwah dalam konteksnya yang sangat luas.23

Dalam Al-Qur’an Allah SWT memerintahkan agar dalam kehidupan bermasyarakat disuburkan nilai tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa. Kekayaan sebaiknya digunakan untuk bekerjasama membantu memberikan kelonggaran atas orang mengalami kesulitan, karena musibah atau yang lainnya. Dalam hadist balasan bagi yang memberi kelonggaran adalah akan diberi kelonggaran oleh Allah SWT di hari kiamat nanti.24

Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Qur’an surat Al-Maidah (5) ayat 2, yang berbunyi:

฀฀

Artinya: “ …Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Maidah/5 : 2)

3. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan

23

Ibid.

24

Nasrudin, Makalah Asuransi Umum dan Syari’ah (Jakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah), h. 24


(40)

Para peserta asuransi syariah setuju untuk saling melindungi dari musibah, kesusahan, bencana, dan sebagainya, terutama melalui perhimpunan dana tabarru’ melalui perusahaan yang diberi kepercayaan untuk itu. Asas saling melindungi ini dijunjung tinggi dalam agama Islam,25 sebagaimana dapat dipahami dari Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 279 berikut ini:

/

Artinya: ”Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 279)

Keamanan dan keselamatan juga merupakan idaman setiap manusia, seperti halnya mencari rizki. Allah SWT telah menyediakan rizki setiap makhluk hidup, dan tidak ada yang kelaparan, sehingga terlepas dari rasa takut menjalani kehidupan dunia. Allah telah memberi makanan (rizki) dan rasa aman dari ketakutan. 26

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Quraisy ayat 4, berbunyi:

฀฀

Artinya: “(Allah SWT) yang telah memberi makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (Q.S. Quraisy/106 : 4)

25

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, h. 59

26


(41)

Dalam sebuah Hadits juga diterangkan bahwa (“sesungguhnya orang yang beriman ialah barang siapa yang memberikan keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia”).

4. Prinsip saling bertanggungjawab

Hubungan sesama umat yang beriman berada dalam suasana penuh kasih sayang, ibarat satu badan, apabila satu anggotanya kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakannya. Hal ini menggambarkan bahwa orang mukmin dengan mukmin lainnya bersaudara, ibarat sebuah bangunan, yang setiap bagian saling mengukuhkan. Dari sini Islam mengajarkan untuk tidak mementingkan diri sendiri, tetapi kebersaman dan bertanggungjawab. Rasa tanggungjawab antar sesama warga dapat memperkokoh persatuan dan persaudaraan.27 Hadits Nabi Muhammad SAW:

฀฀

Artinya: “Dari Abu Musa bahwasannya Nabi bersabda; seorang mukmin dengan mukmin yang lain ibarat sebuah bangunan, yang tiap-tiap

27


(42)

bagiannya saling menguatkan bagian yang lain, kemudian Nabi SAW merapatkan jari-jari tangannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).28

Di dalam prinsip saling bertanggungjawab ini, para peserta asuransi setuju untuk saling bertanggungjawab antara satu sama lain, dan harus melaksanakan kewajiban di balik menerima yang menjadi hak-haknya.29

5. Menghindari unsur gharar, maisir dan riba

Definisi Gharar secara bahasa menurut Wahbah az-Zuhaili30 dalam kitabnya “Al Fiqh al-Islami wa ‘Adillatuhu” adalah al ghararu huwa al khathar bima’na an wujuudahu ghaira mutahaqqaq, faqad yuujadu waqad

laa yuujadu. Artinya gharar itu adalah al khathar (pertaruhan) dengan arti bahwa keadaannya bukan seperti yang sebenarnya, maka sesuatu yang kelihatannya didapatkan padahal tidak didapatkan. Sedangkan yang dimaksud dengan jual beli gharar menurutnya adalah bai’a ma laa ya’lam wujuudahu wa ‘adamahu, aw laa ya’lam qaltahu wa katsiratahu, aw laa yaqdiru ‘ala

tasliimah ‘jual beli yang tidak diketahui keadaan dan ketiadaannya, atau tidak diketahui (jumlah) sedikit dan banyaknya, atau tidak dapat dikuasai pada (waktu) penyerahannya’.

Dalam Hadits juga disebutkan bahwa (“Rasulullah SAW melarang jual beli hashah (kerikil) dan jual-beli gharar”).

28

Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, h. 253

29

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, h. 59

30

Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa ’Adillatuhu, Juz IV (Damascus: Dar al-Fikr, 1404 H/1984 M), h. 437


(43)

Syafi’i Antonio31 menjelaskan bahwa gharar atau ketidakpastian dalam asuransi ada dua bentuk: (1) bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis; (2) sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerimaan uang klaim itu sendiri. Secara konvensional, kata Syafi’i, kontrak/perjanjian dalam asuransi jiwa dapat dikategorikan sebagai aqd tabadduli atau akad pertukaran, yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara syariah, dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu

(gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (jumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal. Disinilah gharar terjadi pada asuransi konvensional.

Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan aktivitas ekonomi yang mempunyai unsur maisir (judi), larangan ini terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah (5) ayat 90 yang berbunyi:

฀฀

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S Al-Maidah/ 5: 90)

31


(44)

Syafi’i Antonio32 mengatakan bahwa unsur maisir (judi) artinya adanya salah satu pihak yang untung namun dilain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, dimana untung-rugi terjadi sebagai hasil dari ketetapan.

Ensiklopedi Islam Indonesia menjelaskan: ”Al-Qur’an Al Karim, sumber utama dan pertama hukum Islam, mengharamkan riba. Orang-orang yang memakan riba, oleh Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 275 diterangkan Allah sebagai berikut:

/

32


(45)

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah/ 2: 275)

Senada dengan Al-Qur’an, Al-Hadits juga mengutuk (melaknat) para pemakan riba dan mencela semua pihak yang terlibat dalam kegiatan riba

seperti juru tulis, para saksi dan lain sebagainya. Selain itu, Al-Hadits juga menggolongkan riba kedalam kelompok perbuatan dosa besar seperti zina, membunuh tanpa hak, lari dari medan tempur tanpa alasannya yang dibenarkan, dan lain-lain.33

Berbeda dengan asuransi konvensional, asuransi syari’ah harus beroperasi dengan prinsip syari’at Islam dengan cara menghilangkan sama sekali kemungkinan terjadinya unsur-unsur gharar, maisir dan riba. Bentuk-bentuk usaha dan investasi yang dibenarkan dalam syari’at Islam adalah yang lebih menekankan kepada keadilan dengan mengharamkan riba, dan kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha.34

33

Karnaen A. Perwataatmadja, ”Pengantar Ekonomi Islam”, Makalah disampaikan pada Program Sertifikasi Asuransi Syariah Tingkat Dasar, (Jakarta: 18-20 Mei 2006), h. 6, dikutip dari Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h.812

34


(46)

D. Perbedaan antara Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

Menurut Muhammad Amin Suma,35 perbedaan paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional terutama terletak pada prinsip ta’awun

(tanggung-menanggung) yang menjadi tulang punggung bagi asuransi syariah; dibandingkan dengan asuransi konvensional yang lebih mendasarkan pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi. Perbedaan mendasar lainnya terletak pada hal kepemilikan dana. Pada asuransi konvensional, kepemilikan dana yang berasal dari nasabah beralih total menjadi milik perusahaan dengan segala keuntungan dan kemungkinan resiko kerugiannya; sedangkan dalam asuransi syariah dana yang berasal dari nasabah pada dasarnya masih tetap menjadi milik bersama nasabah yang pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan asuransi.

Muhaimin Iqbal36 dalam bukunya ”General Takaful Practice” antara lain menyatakan:

”Takaful as a concept that to some extent is similar to conventional mutual risk sharing such as Mutual Insurance and Protection and Indemnity Club (P and I Club). It is a mutual sharing of risk based on the concept of Ta’awun (Mutual Protection). The difference between Takaful and conventional insurance rests in the way the risk is assessed and handled, as well as how the Takaful fund is managed. Further differences are also present in the relationship between the operator (under conventional insurance using the term: insurer) and the participants (under conventional it is the insured or the assured).”

35

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, h. 59-60

36


(47)

PERBEDAAN ANTARA ASURANSI SYARIAH DAN KONVENSIONAL37

NO TYPE SYARIAH KONVENSIONAL

1 Visi dan Misi Visi: Mencapai Kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Misi: Bermuamalah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, tolong-menolong sesama peserta, memberikan keuntungan kepada para pihak

secara adil.

Visi: Mencapai keuntungan yang maksimal.

Misi: Mencapai surplus underwriting dan profit

yang semakin meningkat.

2 Konsep Sekumpulan orang yang saling

bantu-membantu, saling menjamin dan bekerjasama antara satu dengan yang lainnya dengan cara

masing-masing mengeluarkan

tabarru’.

Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana

pihak penanggung mengikatkan diri kepada

tertanggung dengan menerima pergantian kepada tertanggung.

3 Aspek Historis Jauh sebelum Islam datang tradisi masyarakat Arab

Dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang

37

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, h. 293-319


(48)

membayar diyat (denda) atas peristiwa pembunuhan yang dialami kerabat, dikenal dengan istilah ‘aqilah. Kemudian disempurnakan oleh Rasulullah menjadi hukum Islam dan tertuang dalam kontitusi pertama di dunia (konstitusi madinah) yang dibuat langsung oleh Rasulullah SAW.

dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Dan tahun 1668 M di Coffe House London sebagai cikal bakal asuransi konvensional.

4 Akad Akad tabarru’ dan akad

tijarah (mudharabah, wakalah, syirkah, dll).

Akad jual beli, tabaduli.

5 Sumber Hukum Al-Qur’an, Hadits dan sumber hukum Islam lainnya.

Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Berdasarkan hukum positif, hukum alami dan contoh sebelumnya.

6 Maghrib Bersih dari praktek gharar, maisir, riba, maksiat, risywah

Tidak selaras dengan syariah Islam karena


(49)

(suap), haram dan aniaya. adanya gharar, maisir, riba. Hal diharamkan dalam muamalah. 7 Dewan Pengawas Syariah Berfungsi melakukan pengawasan terhadap kesesuaian syariah.

Tidak ada, sehingga dalam

banyak prakteknya bertentangan dengan kaidah-kaidah syariah.

8 Jaminan/ Risk Sharing of risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta yang lainnya.

Transfer of risk, dimana terjadi transfer resiko dari

tertanggung kepada penanggung.

9 Pengelolaan Dana

Pada produk saving terjadi pemisahan dana yaitu, dana

tabarru’, tabungan peserta dan

fee perusahaan.

Tidak ada pemisahan dana yang berakibat pada terjadinya dana hangus.

10 Investasi Dapat dilakukan investasi sesuai ketentuan perundang-undangan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Bebas dari riba dan jenis investasi terlarang.

Bebas melakukan investasi

dengan batas-batas ketentuan

perundang-undangan dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya objek atau


(50)

sistem investasi yang digunakan.

11 Kepemilikan Dana

Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta. Asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut.

Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya jadi milik perusahaan, bebas menggunakan dan menginvestasikannya

kemana saja.

12 Unsur Premi Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru’ (tidak mengandung riba). Tabarru’

juga dihitung dari tabel mortalita tetapi tanpa perhitungan bunga.

Unsur Premi: Mortalita, biaya dan bagi hasil atau fee (sesuai akad).

Sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan tidak nuansa spiritual. Unsur premi: Mortalita, biaya dan bunga.

13 Keuntungan Profit diperoleh dari surplus

underwriting, komisi

reasuransi dan hasil investasi

Keuntungan yang diperoleh dari surplus


(51)

bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan tetapi dilakukan bagi hasil atau fee

(sesuai akad).

reasuransi dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan.

14 Claim Dari rekening tabarru’ (dana kebajikan).

Dari rekening dana perusahaan.

15 Loading Pada sebagian asuransi syariah

loading (komisi agen) tidak dibebankan kepada peserta tapi dari dana pemegang saham, tetapi sebagian yang lainnya mengambilkan dari sekitar 20-30 persen saja dari premi tahun pertama. Dengan demikian nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk.

Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama diperuntukkan komisi agen, bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu nilai tunai pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus).

16 Sistem Akuntansi

Menganut konsep akuntansi

cash basis, mengakui apa yang benar-benar telah ada, sedangkan accrual basis

dianggap bertentangan dengan

Menganut konsep akuntansi accrual basis,

yaitu proses akuntansi yang

mengakui terjadinya peristiwa atau keadaan non


(52)

syariah karena mengakui adanya pendapatan, harta, beban atau hutang yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sementara apakah itu dapat benar-benar terjadi hanya Allah yang tahu.

kas. Dan mengakui pendapatan, peningkatan aset, expenses, liabilities

dalam jumlah tertentu yang baru akan diterima dalam waktu yang akan datang.


(53)

BAB III

GAMBARAN UMUM PT. ALLIANZ LIFE INDONESIA (SYARIAH) G. Sejarah Berdirinya PT. Allianz Life Indonesia1

Allianz didirikan pada tahun 1890, dengan Kantor Pusat di Munich, Jerman, merupakan salah satu perusahaan asuransi dan jasa keuangan terbesar di dunia yang menawarkan berbagai solusi financial baik dalam bidang asuransi maupun manajemen asset.

Allianz memiliki jaringan global di lebih dari 70 negara di Eropa, Amerika, Afrika Tengah dan Asia Pasifik. Dengan didukung sekitar 182.000 karyawan dan lebih dari 700 anak perusahaan, serta melayani lebih dari 60 juta nasabah di seluruh dunia, hampir separuh dari perusahaan yang tercatat dalam Fortune 500 merupakan nasabah Allianz.

Pada tahun 2004, Allianz Group mencatat pendapatan kotor sebesar 96,9 milliar Euro dan total laba bersih sebesar 2,2 milliar Euro. Allianz merupakan perusahaan publik yang sahamnya tercatat di 5 bursa terkemuka yaitu di Frankfurt, London, Paris, Zurich dan New York.

Di Asia Pasifik, Allianz hadir di 16 negara dengan jaringan kantor lebih dari 20 perusahaan asuransi kerugian, jiwa dan kesehatan, menawarkan berbagai produk asuransi dan jasa keuangan.

1


(54)

Allianz menerobos pasar Indonesia sejak tahun 1981 dengan kehadiran asuransi kerugian dibawah bendera PT. Asuransi Allianz Utama dan membentuk PT Asuransi Allianz Life di tahun 1996. Sebagai bagian dari kelompok yang berkelas dunia, Allianz Life Indonesia memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari perusahaan Allianz lainnya yang tersebar di seluruh dunia.

Saat ini Allianz Life Indonesia memiliki lebih dari 150 kantor cabang di 70 lokasi di Indonesia. Kini Allianz Life Indonesia memiliki sekitar 6.000 Financial Consultant yang tersebar di 30 kota besar dan lebih dari 40 Account Executives di Indonesia, melayani lebih dari 300.000 nasabah perorangan dan perusahaan. Perusahaan juga bekerjasama dengan broker dan mitra distribusi alternatif seperti

bancassurance dan PT. BUSS.

Dengan citra yang mendunia, jaminan kekuatan financial, profesionalisme dan didukung oleh teknologi yang handal, Allianz Life Indonesia bertekad menjadi salah satu perusahaan asuransi jiwa terkemuka di Indonesia.

1. SEKILAS ALLIANZ SYARIAH

A. Mendapat rekomendasi DSN – MUI dan persetujuan DEPKEU tahun 2005

B. Peluncuran Produk Individu pertama bulan April 2006

C. Saat ini sudah ada 4 Produk individu Unit Link Syariah dan akan datang


(55)

D. Jumlah polis sejak peluncuran hingga September 2007 lebih dari 6500 Polis. Jumlah Premi Januari 2007 hingga Oktober 2007 lebih dari Rp.40 miliar

E. Distribusi produk melalui Allianz Financial Planner Network, Alternatif Distribution dan Bank

F. Dewan Pengawas Syariah yang direkomendasikan DSN – MUI: 1) Drs. H. Mohamad Hidayat, MBA, MH

2) Rahmat Hidayat, SE, MT 3) Drs. H. Hasanudin, MAg

Allianz Syariah (AlliSya) cukup konsisten dengan prinsip-prinsip dasar syari’ah terutama dengan adanya Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang menjadi pengawas dan pengontrol operasional AlliSya dan juga memberikan arahan kegiatan untuk jenis investasi yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah yaitu yang terbebas dari 3 unsur yakni gharar, maisir dan riba.

Keputusan DSN No.3 tahun 2000 tentang Tugas dan Fungsi DPS : 1. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada management asuransi. 2. Sebagai mediator antara perusahaan asuransi syariah dengan DSN.

3. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga keuangan yang diawasinya secara rutin kepada Dewan Syariah Nasional (DSN).

Drs.H.Hasanudin,M.Ag, salah satu anggota Dewan Pengawas Syariah dari Allianz Syariah menyatakan bahwa tugas beliau di Allianz Syariah yakni memberikan panduan dan arahan mengenai akad maupun jenis investasi yang


(56)

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, pada praktek selanjutnya diserahkan kepada perusahaan.2

H. Visi dan Tujuan PT. Allianz Life Indonesia3 1. Visi (Vision)

Allianz Indonesia is The First Choice for customers, business partners and employees. We build long term relationships based on Mutual Trust.

2. Tujuan (Goal)

Allianz. The number one insurance group in Indonesia by 2010.

3. Core Values

Respect; Treat our stakeholders in a respectful, caring and genuine way.

Customer Focus; Delight our costumer by going beyond expectations.

Trust; Transparent, reliable, understanding, sincare, Talk and Do to gain

commitment in delivering our vision.

Creativity; Always seeking new and better way sin everything we do.

People Development; Continuously develop and empower people.

4. Motto

Asuransi bukan kemewahan tetapi kebutuhan.

2

Hasanuddin, Dewan Pengawas Syariah Allianz Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Maret 2008

3


(57)

I. Struktur Organisasi PT. Allianz Life Indonesia (Syariah)4

D. Produk Unit Link

Polis unit link pertama kali diterbitkan oleh London dan Manchester tahun 1957. pada saat itu, polis unit link merupakan gabungan antara proteksi asuransi jiwa

4

Ibid.

President Director Jens Reisch

Director Of Sharia Kiswati Soeryoko

Head Of Sharia Srikandi Utami

Allianz Financial Planner Network

Bussiness Development Bancassurance Bussiness Development

Special Channel Bussiness Development

Operation Support Officer Sharia Supervisory Board

Drs. H. Mohamad Hidayat, MBA, MH H. Rahmat Hidayat, SE, MT


(58)

dengan reksadana.5 Sedangkan di Amerika Serikat, polis unit link mulai dipasarkan pada tahun 1970-an.

Lahirnya produk unit link dipicu oleh terjadinya booming pada pasar modal yang mengarah pada ide untuk membentuk produk asuransi jiwa yang dapat dikaitkan dengan instrumen investasi. Hal lain yang menyebabkan para pelaku industri asuransi jiwa menawarkan produk unit link pada saat itu adalah ketika harga saham naik, produk konvensional dengan pembagian hak laba tidak secara langsung memberikan laba kepada pemegang polis.

Dengan adanya kebutuhan perusahaan asuransi jiwa untuk menginvestasikan dana dari pemegang polis ke dalam instrumen investasi yang tersedia sehingga menyebabkan bisnis unit trust (reksa dana) menjadi berkembang. Pada awalnya, secara tidak langsung perusahaan asuransi jiwa mengaitkan produk asuransi jiwanya dengan produk unit trust (reksa dana), akan tetapi lambat laun produk itu menjadi satu kesatuan dalam kontrak polis.6

Produk unit link juga dikenal dengan nama investment-linked, variable life,

ataupun equality-linked.7 Equality-linked adalah dana investasi yang pada umumnya digunakan untuk mendukung produk-produk unit link dan cenderung dikaitkan dengan equitas atau saham.8 Unit link merupakan pengembangan dari jenis asuransi

5

Ketut Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link Proteksi Sekaligus Investasi

(Jakarta: PPM, 2004), h. 2

6

Ibid., h. 11

7

A. Hasymi Ali, dkk, Kamus Asuransi (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-2, h. 243

8


(59)

dwiguna atau seumur hidup dimana nilai tunai pada polis tersebut ditanamkan pada beberapa instrumen investasi seperti pada saham, pasar uang, atau obligasi.9

Produk unit link berbeda dengan produk yang telah lama ditawarkan oleh perusahaan asuransi jiwa, seperti produk endowment ataupun whole life. Adapun perbedaan antara unit link dengan produk tradisional, yaitu:

Perbedaan Unit Link VS Tradisional

Keterangan Unit Link Tradisional

Konsep Proteksi dan Investasi Proteksi dan Tabungan Masa Bayar Ditentukan oleh nasabah Diatur oleh perusahaan Uang Pertanggungan Fleksibel dengan premi tetap Tidak fleksibel

Penarikan Nilai Tunai Bebas biaya Administrasi

Jenis Investasi Bebas memilih Tidak dapat memilih

Portofolio Investasi Dapat Tidak dapat

Manajer Investasi Punya Tidak punya

E. Produk-produk PT. Allianz Life Indonesia (Syariah)10

Dalam perspektif proses bisnis AlliSya merupakan suatu produk asuransi syari’ah yang menawarkan manfaat perlindungan dan investasi yang sangat tepat dengan orientasi untuk jangka panjang.

9

Fuad Usman dan M. Arief, Security for Life: Hidup Lebih Nyaman dengan Berasuransi

(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 40-41

10


(60)

Allianz Syariah adalah program asuransi jiwa seumur hidup plus investasi untuk memenuhi kebutuhan proteksi dan rencana keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah.

Tersedia 4 pilihan produk Allianz Syariah, yaitu:

1. AlliSya Protection

Program asuransi multi manfaat untuk memenuhi kebutuhan perlindungan asuransi secara maksimal, yaitu manfaat dasar jika tertanggung meninggal dunia. Selain itu dapat ditambahkan dengan beragam jenis asuransi tambahan, seperti : cacat tetap, kecelakaan, sakit kritis, pembebasan premi karena meninggal, pembebasan premi spouse meninggal, santunan harian rumah sakit.

Program ini melindungi keuangan, apabila terjadi musibah yang tidak diharapkan, sehingga memastikan untuk mendapatkan manfaat asuransi yang bernilai untuk mewujudkan rencana keuangan keluarga.

Produk ini adalah unit link syariah dengan pembayaran premi regular (bulanan, kuartalan, semesteran, dan tahunan) untuk individu dengan proteksi yang sangat lengkap, masa perlindungan hingga usia 100 tahun, dan maslahat tambahan bersifat fleksibel boleh diambil oleh tertanggung.

2. AllisSya Invest

Program ini disediakan untuk membantu mewujudkan niat untuk berinvestasi secara optimal, menguntungkan dan aman sekaligus perlindungan asuransi seumur hidup untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarga.


(61)

Manfaat dasar jika tertanggung meninggal dunia : uang pertanggungan meninggal dunia atau saldo nilai investasi (mana yang lebih besar).

Produk ini didesain khusus untuk investasi bukan untuk proteksi. Pembayaran premi tunggal (sekaligus).

3. AlliSya Invest Plus

Program ini disediakan untuk membantu mewujudkan niat untuk berasuransi plus investasi secara optimal dengan pembayaran premi secara satu kali dimuka untuk jangka waktu 5 tahun dan 10 tahun. Manfaat dasar jika tertanggung meninggal dunia : uang santunan meninggal dunia dan nilai investasi plus tersedia pilihan asuransi tambahan, seperti : cacat tetap, kecelakaan dan penyakit kritis.

Produk ini didesain khusus untuk investasi bukan untuk proteksi. Pembayaran premi tunggal (sekaligus). Namun di dalam produk ini ada proteksi dan maslahat tambahan.

4. AlliSya Benefit Account

Produk ini adalah unit link syariah dengan pembayaran premi regular

(bulanan, kuartalan, semesteran, dan tahunan) untuk individu dengan proteksi yang sangat lengkap, masa perlindungan hingga usia 100 tahun. Manfaat dasar jika tertanggung meninggal dunia. Selain itu dapat ditambahkan dengan beragam jenis asuransi tambahan, seperti : cacat tetap, kecelakaan, sakit kritis, pembebasan premi karena meninggal, pembebasan premi spouse meninggal,


(62)

penggantian biaya rumah sakit yang bersifat fleksibel boleh diambil oleh tertanggung.

Produk ini cocok untuk kumpulan atau group dan sangat fleksibel. Didesain untuk komplemen produk seperti Jamsostek.

Keistimewaan Produk AlliSya :

a. Keistimewaan AlliSya Protection

1) Bebas memilih cara pembayaran secara bulanan, kuartalan, semesteran atau tahunan.

2) Manfaat asuransi bila terjadi musibah berupa Uang Pertanggungan plus Nilai Investasi.

3) Bebas menetukan jumlah perlindungan jiwa sesuai dengan kebutuhan. 4) Bebas menentukan masa pembayaran premi.

5) Dapat menambah dana untuk menambah dana investasi kapanpun bila diinginkan.

6) Dapat melakukan penarikan dana untuk memenuhi kebutuhan financial

atau dalam keadaan darurat.

7) Dapat membuat sendiri rencana keuangan keluarga sesuai kebutuhan dan me-reviewnya kapanpun diinginkan.

8) Dapat menambahkan jenis perlindungan lainnya kapanpun dibutuhkan seperti santunan kecelakaan, penyakit kritis, cacat tetap total, biaya rumah


(63)

sakit, pembebasan premi karena sakit kritis, cacat tetap total atau meninggal.

9) Dapat mengikutsertakan program ini untuk anak-anak, pasangan, saudara kandung keluarga, karyawan, dan lain-lain.

b. Keistimewaan AlliSya Invest

1) Cara pembayaran premi secara tunggal.

2) Manfaat asuransi bila terjadi musibah berupa Uang Pertanggungan atau Nilai Investasi tergantung mana yang lebih besar.

3) Bebas penarikan dan penambahan dana investasi.

c. Keistimewaan AlliSya Invest Plus

1) Cara pembayaran premi secara tunggal.

2) Manfaat Asuransi bila terjadi musibah berupa Uang Pertanggungan Plus Nilai Investasi.

3) Plus asuransi tambahan penyakit kritis, kecelakaan dan cacat tetap total. 4) Masa asuransi 5 tahun atau 10 tahun dan dapat diperpanjang.

d. Keistimewaan AlliSya Benefit Account

1) Bebas memilih cara pembayaran secara bulanan, kuartalan, semesteran atau tahunan.

2) Manfaat asuransi bila terjadi musibah berupa Uang Pertanggungan plus Nilai Investasi.

3) Dapat menambahkan jenis perlindungan lainnya kapanpun dibutuhkan seperti santunan kecelakaan, penyakit kritis, cacat tetap total, penggantian


(64)

biaya rumah sakit, pembebasan premi karena sakit kritis, cacat tetap total atau meninggal.

F. Mekanisme Pengelolaan Dana PT. Allianz Life Indonesia11 Investment Process

Tabarru Process

11

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, h. 146

Participant Con trib u tion Investment T Fund SYARIAH INVESTMENT Nisbah Zakat WAAD Operator Wakalah bil Ujroh (Wakalah Fee) Participant Con trib u tion Nisbah Zakat WAAD Operator Wakalah bil Ujroh (wakalah Fee) Claim Surplus U/W Jika Ada TABARRU FUND Investment


(65)

BAB IV

SISTEM OPERASIONAL PRODUK UNIT LINK PADA PT. ALLIANZ LIFE INDONESIA (SYARIAH)

E. Jenis Akad Produk Unit Link Allianz Syariah

Akad yang digunakan Allianz Syariah adalah akad wakalah bil ujroh, yaitu pendelegasian, penyerahan mandat dari pihak pertama (peserta) kepada pihak kedua (perusahaan asuransi) untuk melaksanakan kepentingan pihak pertama.


(66)

ALUR DANA DAN AKAD1

Akad wakalah bil ujroh dalam SPAJ Allianz Syariah:2

1) Peserta Setuju dan Ikhlas Untuk Saling Menolong diantara Peserta. 2) Peserta Setuju dan Ikhlas dengan Akad Wakalah bil Ujrah.

3) Peserta Setuju dan Ikhlas dengan biaya-biaya yang dikenakan dalam Polis. 4) Peserta Setuju dan Ikhlas dengan pengelolaan Surplus dan Defisit

Underwriting.

Akad/kontrak di SPAJ Allianz Syariah:

1

Presentasi PT. Allianz Life Indonesia (Syariah)

2 Ibid. Ujrah Allianz Dan Bank Klaim Benefit Pensiun Rekening Allianz dan Bank Rekening Tabarru’ Peserta (Pool) Rekening Peserta Ujrah Tabarru’ Investasi Pensiun Perusahaan Asuransi Menerima dan mengelola dana, mengadministrasikan, menginvestasikan Para Peserta Ta’awun dengan tabarru’


(67)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, sebagai anggota kumpulan peserta (Pemegang Polis/ Tertanggung) PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang Syariah, dengan ini:

1) Saya menyatakan diri sebagai anggota kumpulan peserta asuransi syariah Allianz bersama dengan para peserta lainnya untuk saling tolong menolong (ta’awun) terhadap musibah yang mungkin dialami oleh salah seorang diantara peserta dan untuk itu saya bersedia membayar sejumlah dana tabarru’ sebagai dana ta’awun peserta.

2) Saya menyatakan dan menyetujui, berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah, memberikan kuasa kepada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang Syariah selaku wakil untuk mengelola dana, resiko dan melakukan transaksi atas nama saya. Saya setuju membayarkan biaya akuisisi dan pemeliharaan, biaya pengelolaan resiko, biaya administrasi dan biaya lainnya sehubungan dengan transaksi Polis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Atas pengelolaan dana kumpulan diatas, saya menyetujui untuk memberikan fee sebesar 25 % yang dipotong dari tabarru’ sebagai hak PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang Syariah.

4) Saya mewakilkan kepada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang Syariah juga sebagai Manajer Investasi untuk melakukan transaksi investasi sesuai dengan jenis investasi yang saya pilih. Saya setuju


(68)

membayar biaya pengelolaan investasi sebagaimana ketentuan yang berlaku.

5) Apabila saya menjadi peserta kumpulan asuransi AlliSya Protection, maka saya akan menerima gratis biaya administrasi pada tahun pertama Polis. Saya berkewajiban membayar Tabarru’ setiap bulan sejak Polis diterbitkan, yang pembayrannya dilakukan melalui pemotongan unit sejak bulan ke-13 dan seterusnya secara proporsional.

6) Saya mengikhlaskan dan menyetujui pembagian surplus underwriting

sebesar 70 % untuk dimasukkan kedalam rekening Tabarru’ dan 30 % kepada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang Syariah. Apabila terjadi defisit underwriting maka kekurangannya menjadi tanggung jawab para peserta sedangkan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, Cabang Syariah dapat meminjamkan sementara berdasarkan prinsip al-qardh

untuk membayar maslahat (manfaat) atas musibah yang terjadi diantara peserta, yang akan dikembalikan melalui surplus underwriting yang akan datang.

Di dalam akad allianz Syariah terdapat akad tabarru’ yang di dalamnya terdapat prinsip ta’awun atau saling tolong-menolong di antara peserta asuransi syariah melalui sumbangan dana (premi) yang dialokasikan untuk memberikan santunan dan gantirugi. Dalam tabarru’ juga bermisi menjalin solidaritas dan mengandung prinsip saling bertanggungjawab apabila


(69)

terjadi musibah antar peserta asuransi. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan juga dijunjung tinggi dimana para peserta asuransi syariah setuju untuk saling melindungi melalui perhimpunan dana tabarru’ melalui perusahaan Allianz Syariah yang diberi kepercayaan untuk itu. Dengan mengikuti asuransi syariah berarti para peserta asuransi sebenarnya telah berikhtiar dan berserah diri kepada Allah terhadap urusan keuangannya yang dikelola oleh perusahaan melalui investasi syariah.

F. Saluran Distribusi yang Dipergunakan dalam Optimalisasi Produk Unit Link Allianz Syariah

Distribution Channels3

a. Agency;

Direktur agen diberi kewenangan atas nama Allianz Syariah untuk mencari para agen asuransi yang selanjutnya akan memasarkan produk unit link syariah, dengan membuka kantor (agency) cabang Allianz Syariah di wilayah yang memiliki prospek terhadap perkembangan asuransi syariah. Kemudian para agen yang mencapai target tertentu dalam pemasaran produk AlliSya akan mendapat insentif atau bonus dari perusahaan.

b. Bancassurance and Alternative Distribution;

3

Ibid. Divisi Syariah Unit Usaha Syariah

Produk Bancassurance Syariah


(70)

Bagan contoh kerjasama Allianz Syariah dengan Bank Permata Manfaat kerjasama bancassuranse bagi bank

1) Fee base income

2) Repeat Sales

3) Cross Selling

4) Referral

5) Meningkatkan loyalitas dan kepercayaan nasabah

6) Meningkatkan competitive advantage di industri perbankan non syariah dan syariah

7) Memberikan kemudahan bagi nasabah bertransaksi jasa keuangan perbankan dan proteksi

Manfaat bagi Bank Staff : Insentif; Reward; Kesempatan pengembangan diri; Kesempatan pengembangan karir; Meningkatkan hubungan dengan nasabah. Manfaat bagi BAS : Allowances; Bonuses; Contest; Trip Contest; Rewards; Personal Development; Career.


(71)

Peran Manager dan Supervisor:

1) Memastikan bahwa Bank Staf melakukan aktivitas OSLG 2) Mengelola aktivitas ‘lead generation’

3) Mengawasi BAS untuk memastikan bahwa segalanya berlangsung secara efektif

4) Menetapkan target lead generation, dan memastikan kompensasi terbayar

Peran dan tanggungjawab BAS :

1) Mencapai target penjualan yang ditetapkan

2) Membantu Bank Staff untuk mengembangkan OSLG

3) Memberikan saran perencanaan keuangan bagi nasabah bank 4) Mencatat dan melaporkan aktivitas

5) Mengikuti program pengembangan pribadi terus menerus agar bisa tetap mengikuti perubahan internal dan perkembangan pasar

6) Memberikan umpan balik atas reaksi nasabah terhadap layanan dan produk 7) Hadir dalam Branch meetings dan acara-acara lain yang diselenggarakan oleh

kantor cabang

8) Memperkenalkan pengetahuan tentang bancassurance

9) Bekerja erat dengan Branch Management dalam mempromosikan dan meningkatkan penjualan bancassurance di cabang

10)Mengatur waktu secara efektif untuk memastikan tiap cabang di wilayahnya mendapatkan dukungan optimal


(72)

11)Melaporkan aktivitas secara rutin kepada Bank Branch Management dan BAM

12)Memberikan masukan/informasi mengenai lead, kepada pemberi referensi 13)Berkomunikasi dengan sudut pandang bank

14)Mempelajari bagaimana bank bekerja

15)Menyelaraskan sikap dan tingkah laku dengan citra, visi dan nilai yang dimiliki oleh bank.

16)Menepati janji

17)Bila memungkinkan lakukan ‘self generating’ dan ‘cross-selling’

18)Memberikan ide-ide bagaimana menghasilkan leads dan ide-ide penjualan yang sederhana

c. Employee Benefit.

Pegawai Allianz Syariah yang memiliki prestasi dalam mengembangkan Allianz Syariah atau berprestasi dalam hal pemasaran produk

unit link AlliSya biasanya akan mendapat reward berupa penghargaan, insentif atau bonus dari perusahaan.

Targeting4

1. Masyarakat rasionalist (70%), conventional (20%), dan loyalist (10%) 2. New individual customers dan existing customers.

4


(73)

3. Bancassurance dengan bank-bank Syariah atau yang mempunyai divisi Syariah seperti Bank Mandiri Syariah, IFIS, BII Syariah, HSBC Syariah, Bank Niaga Syariah, Bank Permata Syariah dan Bank Danamon Syariah, BTN Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, Bukopin Syariah, Bank Muamalat.

Bagan Alur Bisnis Bancassurance

Saluran distribusi yang digunakan Allianz Syariah menggunakan instrumen-instrumen yang mubah dalam muamalah, yang kemudian diinvestasikan ke dalam instrumen ekonomi Islam yang terhindar dari obyek yang mengandung unsur gharar, maisir, dan riba.

G. Pencatatan Premi Produk Unit Link Allianz Syariah5 PENCATATAN CLAIM Sumber Dana Pembayaran Claim

5

Ibid.

Premi Asuransi

Rekening Peserta

Rekening Perusahaan

Claim

Investasi Tabarru’

Tabungan

Fees Nasabah Bank Staff (Teller,

CS, BO, CRS, CRM


(74)

Skema ini menggambarkan alur kas pembayaran premi dari tertanggung. 1. Tertanggung menyetorkan preminya ke rekening Allianz Syariah.

2. Setelah premi tersebut masuk di rekening Allianz Syariah maka Allianz Syariah akan memotong biaya-biaya (ujroh) yang menjadi hak Allianz Syariah, antara lain:

a. Biaya Akuisisi dan Pemeliharaan b. Biaya Administrasi

c. Biaya Pengelolaan Investasi dan Tabarru’ (risiko).

3. Setelah premi tersebut bersih dari ujroh, Allianz Syariah akan mentransfer ke rekening tertanggung dimana rekening tersebut terpisah antara rekening

Tabarru’ (risiko) dan rekening investasi.

4. Rekening Tabarru’ peserta digunakan untuk membayar klaim jika terjadi musibah sedangkan rekening investasi peserta digunakan untuk memutar dana tabungan.

PENCATATAN PREMI

Pengelolaan Premi, Biaya dan Hasil Investasi

Premi Asuransi

Peserta Tabarru’

Tabungan

Biaya

Perusahaan Fees

Investasi Wakalah bil Ujrah


(75)

Karena Allianz Syariah menggunakan akad Wakalah bil Ujroh maka Allianz Syariah tidak berhak mendapatkan bagi hasil investasi dana peserta, baik dana

Tabarru’ maupun dana investasi. Allianz Syariah berhak mendapatkan biaya pengelolaan investasi saja (ujroh).

PENCATATAN PREMI Surplus/ Defisit Underwriting

Surplus dan Defisit Underwriting

Beberapa alternatif pengelolaan surplus underwriting atas dana tabarru’ : 1) Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan akun tabarru’.

Tabarru’ Fund

Surplus Underwriting

Defisit Underwriting

Milik Peserta 1. Tabarru’ Fund

2. Sharing ke Perusahaan 3. Dikembalikan Tunai 4. Pemotongan Premi tahun berikutnya

Tanggungjawab para Peserta Dipinjamkan Perusahaan (Al

Qardh)


(1)

BAB V PENUTUP

C. Kesimpulan

1. Allianz Syari’ah (AlliSya) cukup konsisten dengan prinsip-prinsip dasar syari’ah terutama dengan adanya Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang menjadi pengawas dan pengontrol operasional AlliSya dalam memberikan arahan kegiatan untuk jenis investasi yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah yaitu yang terbebas dari 3 unsur yakni gharar, maisir dan riba.

2. Akad yang digunakan AlliSya adalah akad tabarru’ (sharing of risk) dan akad wakalah bil ujrah, sedangkan dalam asuransi konvensional akad yang digunakan adalah akad jual-beli (tabadduli), sehingga yang terjadi adalah transfer of risk (transfer resiko). AlliSya mengelola dana peserta (premi) pada produk unit linknya terjadi pemisahan rekening yaitu rekening tabarru’, rekening tabungan/investasi peserta dan rekening perusahaan (fees), sedangkan dalam asuransi konvensional biasanya tidak ada pemisahan dana yang berakibat pada terjadinya dana hangus, karena seluruh premi peserta menjadi milik perusahan. Dana tersebut diinvestasikan dalam bentuk deposito, saham, obligasi, reksadana maupun instrument keuangan lainnya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah. Sedangkan dalam asuransi konvensional perusahaan asuransi bebas


(2)

menginvestasikan dananya tanpa dibatasi pada halal haramnya obyek atau sistem investasi yang digunakan.

B. Saran - saran

1. Tetap konsisten dengan prinsip-prinsip syari’ah, sebuah nilai tambah yang membedakannya dengan asuransi konvensional Allianz yang telah lebih dulu ada.

2. Allianz Syariah telah mendesain produk unitlinknya dengan cukup inovatif, sehingga akan sangat baik bila ditunjang dengan mempromosikan produk-produk AlliSya di berbagai media dan teknologi yang kian berkembang dan memberikan pengertian kepada masyarakat akan pentingnya asuransi. Dan diharapkan kedepannya dapat memberikan berbagai inovasi baru lagi dalam produk dan layanan asuransi syariahnya sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi syariah di tengah-tengah promosi produk asuransi yang gencar dilakukan oleh kompetitor perusahaan asuransi konvensional lainnya.

3. Investasi Allianz Syariah pada instrumen bisnis dan keuangan syariah masih terbatas, oleh karena itu Allianz Syariah diharapkan dapat bekerja sama dengan berbagai instrumen dalam dunia ekonomi dan bisnis lainnya yang sesuai dengan syariah dan terus mendorong terbentuknya perundang-undangan yang mendukung dan mewadahi asuransi syariah khususnya dan ekonomi Islam umumnya di Indonesia.


(3)

Akhirnya penulis berharap dengan penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca sekalian umumnya. Dan hanya kepada Allah-lah penulis memohon Ridho-Nya.


(4)

Al-Qur’an Al-Karim

Agis, Cacan S., dkk. Modul Pengetahuan Dasar Takaful. Jakarta: PT. Syarikat Takaful Indonesia, 2005.

Ali, AM. Hasan, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Kencana 2004) Ali, A. Hasymi, dkk. Kamus Asuransi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002, Cet. Ke-2. Antonio, Muhammad Syafi’i, Asuransi dalam Perspektif Islam (Jakarta: STI, 1994) ---, Arbitrase Islam di Indonesia (Jakarta: Badan Arbitrase Mu`amalat Indonesia

dan Bank Mu`amalat Indonesia, Oktober 1994)

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islami wa ’Adillatuhu, Juz IV (Damascus: Dar al-Fikr, 1404 H/1984 M)

Bin Nuh, Abdullah dan Bakry, Oemar, Kamus Indonesia Arab Inggris (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), cet. Ke-13

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah

Hasanuddin, Dewan Pengawas Syariah Allianz Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Maret 2008

http:/ www.google.com tentang Dasar-dasar Asuransi

Iqbal, Muhaimin, General Takaful Practice (Jakarta: Gema Insani Press, 2005)

Khalil, Jafril. Asuransi Islami Konsep dan Aplikasi. Bahan Ajar Diklat Tkt.Dasar Asuransi Syari’ah AASI-LPKG BPPK Dept. Keuangan RI. Jakarta: 24-31 Mei 2004.

Nasrudin. Makalah Asuransi Umum dan Syari’ah. Jakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, T.th.

Nawawi, Imam. Riyadhus Shalihin, Terjemah. Jakarta: Pustaka Amani, 1999, Jilid I, Cet. Ke-4.

Perwataatmadja, Karnaen A. ”Pengantar Ekonomi Islam”. Makalah disampaikan pada Program Sertifikasi Asuransi Syariah Tingkat Dasar. Jakarta: 18-20


(5)

Mei 2006. Dikutip dari Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.

Powel, William D., Linguist, software (Jakarta: PT. Atlantis Programa Prima), T.th Presentasi Asuransi Syariah PT. Allianz Life Indonesia (Syariah).

Sendra, Ketut. Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link Proteksi Sekaligus Investasi. Jakarta: PPM, 2004.

Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syari’ah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

---, “Prinsip dan filosofi Asuransi Syariah”. Makalah disampaikan pada Program Sertifikasi Asuransi Syariah tingkat dasar. Jakarta: Lembaga Pengembangan Kepemimpinan Global Dept. Keuangan RI, 18-20 Mei 2006.

Suma, M. Amin, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional (Kholam Publishing, 2006)

Usman, Fuad dan Arief, M. Security for Life: Hidup Lebih Nyaman dengan Berasuransi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004.


(6)