Resepsi Sastra Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan hasil pemikiran pengarang terhadap gambaran kehidupan sosial masyarakat yang dapat digunakan sebagai alat mengajar. Hal ini senada seperti yang dikatakan oleh Teuuw 1984: 23. Sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sanskerta; akar kata sas-,dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan mengajar, memberi petunjuk atau intruksi. Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat sarana. Oleh karena itu, sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku intruksi, atau pengajaran. Karya sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan pengalaman kehidupan yang dialaminya sendiri, atau pengalaman kehidupan orang lain yang kemudian dituangkan ke dalam suatu karya sastra yang hanya memunyai makna jika diberi pembaca. Teeuw 1984: 191 mengatakan bahwa Karya sastra adalah artefak yang merupakan benda mati yang baru memunyai makna dan menjadi objek estetik bila diberi arti oleh manusia pembaca sebagaimana artefak peninggalan manusia purba yang memunyai arti bila diberi makna oleh arkeolog. Karya sastra juga diciptakan oleh seorang pengarang tidak dapat terlepas dari masyarakat dan budayanya sehingga seringkali sastrawan menuliskan karya sastra dari kekayaan budaya masyarakat, suku bangsa, atau bangsanya. Karya sastra yang memuat budaya lokal mengandung arti dan makna tersirat dan dalam pemberian maknanya bergantung kepada pembaca. Indonesia sebagai salah satu negara yang memunyai beragam suku, budaya, adat dan istiadat dapat menghasilkan banyak karya sastra yang berbeda antara satu suku dengan suku lainnya. Batak Toba merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang budayanya cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia memunyai suatu karya sastra yaitu umpasa yang tersebar dan digunakan di wilayah Batak Toba. Mencakup wilayah Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan. Kabupaten masyarakat Batak Toba ini berbatasan dengan: Provinsi D.I. Aceh di sebelah utara; Kabupaten Dairi, Karo, Simalungun di sebelah timur; Kabupaten Asahan, Labuhan Batu di sebelah selatan; Kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan di sebelah barat. Kabupaten Tapanuli Utara yang bersuhu sekitar 17-29º dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 85,04 ini memunyai luas wilayah 10:605,3 km atau 1.060.530 ha termasuk perairan Danau Toba seluas 1.102,6 km atau 110.260 ha. Sibarani, 2004: 3. Batak Toba sebagai salah satu etnis masyarakat Indonesia tersebar di berbagai daerah memunyai adat istiadat yang cukup kuat dan kental. Dalam menjalankan suatu acara adat, suku Batak Toba menjadikan umpasa sebagai keperluan untuk acara adat dan juga merupakan sebagai salah satu media untuk memberikan arahanpesan kepada pihakorang tertentu. Umpasa adalah bentuk ekspresi pikiran dan perasaan orang Batak Toba yang selalu muncul dalam berbagai peristiwa kehidupan masyarakat meliputi peristiwa suka atau duka dan peristiwa besar dan kecil. Simbolon apul, dkk, 1986 Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti Bolinger dalam Aminuddin, 1981: 108. Arti adalah maksud yang terkandung dalam perkataan, kalimat. KBBI, 2007 Setiap umpasa Batak Toba mengandung makna dan arti serta penggunaannya sangat penting di dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, khususnya dalam acara adat. Dalam acara adat Batak Toba, ada beragam umpasa yang digunakan contohnya umpasa untuk acara kelahiran dan acara perkawinan yang masing-masing tiap umpasa memunyai makna dan arti. Makna dan arti dari umpasa kelahiran dan perkawinan yang dituturkan berbeda antara satu dengan lainnya. Peran pembaca sangat hakiki dan menentukan dalam sastra, khususnya makna dan arti dari umpasa dalam acara adat Batak Toba. Pembacalah yang menilai, menikmati, menafsirkan, memahami karya sastra, dan menentukan nasib serta peranannya. Teeuw, 1984: 196. Tanggapan atau resepsi pembaca dapat bersifat pasif, yaitu bagaimana seorang pembaca memahami sebuah karya dan melihat hakikat estetika yang ada di dalamnya, atau dapat juga tanggapan itu bersifat aktif, yaitu bagaimana seorang pembaca ‘’merealisasikan’’ apa yang dibacanya. Junus, 1985: 1. Suatu karya sastra yang berwujud teks dan tertulis dengan bahasa yang khas tidak akan berfungsi jika tidak ada resepsi atau penerimaan pembacanya yang menjadi penyambut, penafsir, dan pemberi makna Pradotokusumo, 1986: 60. Telaah resepsi yang diteliti adalah tanggapan-