BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan Kultur Pucuk Andaliman
Dari pengamatan pertumbuhan kultur pucuk andaliman diperoleh kalus. Dimana kalus merupakan suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang
membelah diri secara terus menerus. Dalam keadaan in vivo, kalus pada umumnya terbentuk pada bekas-bekas luka akibat serangan infeksi mikro organisme:
Agrobacterium tumafaciens, gigitan atau tusukan serangga dan nematoda. Kalus juga dapat terbentuk sebagai akibat stress. Dalam hal kalus sebagai akibat serangan bakteri
Agrobacterium tumafaciens sering disebut sebagai tumor George Sherrington, 1984. Dalam kultur in vitro, kalus dapat dihasilkan dari potongan organ dalam media
yang mengandung auksin dan juga sitokinin Gunawan 1987.
Dari Pengamatan langsung hasil kultur pucuk andaliman pada media ½ MS dengan pemberian atonik dan BAP diperoleh bahwa pertumbuhan kalus dimulai pada
minggu ke-2 sampai minggu ke-7 setelah penanaman. Kalus tersebut tumbuh dari bagian pucuk. Kalus dapat diinisiasi dari hampir semua bagian tanaman, tetapi organ
yang berbeda menunjukkan kecepatan pembelahan sel yang berbeda pula. Bagian tanaman seperti: embrio muda, hipokotil, kotiledon dan batang muda merupakan
bagian yang mudah untuk terdeferensiasi dan membentuk kalus Gunawan, 1987. Hasil pengamatan kultur yang membentuk kalus ditampilkan pada Tabel 4.1.1.
Dari Tabel 4.1.1 dapat dilihat bahwa pada minggu ke-5 jumlah eksplan yang tumbuh menunjukkan persentase terbesar yaitu sebesar 26 botol 31,33, sedangkan
pada minggu ke-2 sebanyak 1 botol 1,2, minggu ke-3 sebanyak 5 botol 6,02, minggu ke-4 sebanyak 16 botol 19,28 dan minggu ke-6 sebanyak 20 botol
24,1, serta pada minggu ke-7 sebanyak 15 botol 18,07. Hal ini menunjukkan pada minggu ke-5 kalus andaliman mulai tumbuh dengan seragam.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1.1 Pertumbuhan kultur andaliman yang membentuk kalus per minggu
Perlakuan Minggu
Total I
II III
IV V
VI VII
VIII A0B0
1 2
2 5
A0B1 1
1 A0B2
1 2
3 6
A0B3
2 3
1
6 A1B0
1 3
2 6
A1B1
3 2
1 6
A1B2
2 3
1 6
A1B3
1 3
2
6 A2B0
1 1
2 1
5 A2B1
2 1
2 5
A2B2
2 4
6 A2B3
1 3
4 A3B0
1 2
1 4
A3B1
2 1
2 1
6 A3B2
2 2
2 6
A3B3
1 3
1
5 Total
1 5
16 26
20 15
83
0 1,2 6,02 19,28 31,33 24,1 18,07 0, 100
Keterangan : 1,2,3,4 = Kalus Hidup = Kalus tidak hidup
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa regenerasi tanaman belum diperoleh secara maksimal. Perbanyakan tanaman baik secara embriogenesis maupun
organogenesis belum tercapai. Hasil yang dicapai masih dalam tahap inisiasi kalus.
Menurut Hartman et al. 2002, regenerasi tanaman pada kultur in vitro dapat terjadi melalui dua cara yaitu organogenesis dan embriogenesis somatik. Menurut
Katuuk 1989, organogenesis tergantung pada hal berikut: media dan lingkungan, namun perbandingan zat pengatur tumbuh juga mempengaruhi derajat organogenesis.
Menurut Katuuk 1989, regenerasi tanaman pada kultur in vitro tergantung pada media dan lingkungan, namun perbandingan zat pengatur tumbuh juga
mempengaruhi regenerasi tanaman pada kultur in vitro.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Persentase kultur yang membentuk kalus