POLITIK LUAR NEGERI TURKI TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA DI ERA KEPEMIMPINAN ERDOGAN

(1)

i

POLITIK LUAR NEGERI TURKI TERHADAP KONFLIK

ISRAEL-PALESTINA DI ERA KEPEMIMPINAN

ERDOGAN

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Mochammad Satrio Wicaksono No. Mhs. 20090510097

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

ii DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 8

C. Kerangka Teori ... 8

D. Hipotesa...18

E. Tujuan Penelitian...18

F. Manfaat Penelitian...19

G. Metode Penelitian ... ..20

H. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II GAMBARAN PEMERINTAHAN TURKI SEBELUM TAYYIP ERDOGAN ... 22

A. Haluan Politik Luar Negeri Turki Sebelum Tayyip Erdogan ... 22

B. Politik Luar Negeri Turki terhadap Arab-Israel Sebelum Tayyip Erdogan ... 26

BAB III PERUBAHAN POLITIK LUAR NEGERI TURKI TERHADAP PALESTINA……… ... 37

A. Kemenangan Erdogan ... 37


(3)

iii

BAB IV SEBAB-SEBAB PERUBAHAN POLITIK LUAR NEGERI TURKI DI ERA KEPEMIMPINAN ERDOGAN YANG SEBELUMNYA PRO ISRAEL

MENJADI PRO PALESTINA...56

A. Dukungan Turki terhadap Palestina ... 56

B. Reaksi Keras Turki terhadap Israel ... 64


(4)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk

Keuda orang tua Yang telah melahirkan saya, dan membesarkan saya hingga saat ini. Terimaksih atas kesabaran yang luar biasa, dan juga memberikan dukungan materil dan imateril

terutama juga doa yang tak putus-putus untuk anaknya

Untuk kedua kakak kandungku dan kakak iparku terimakasih atas doa dan dukungannya Teman teman angkatan 2009 kelas HI B terutama Mitya, Adi Barkah, Ujie dan Apris Dan tak lupa juga untuk ibu Siti Muslikhati S.IP.M.Si selaku dosen pembimbing yang amat


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji shukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan hidayah Nya serta junjunganku Nabi Muhammad SAW. Dengan penuh rasa shukur penulis menyadari bahwa terselesaikanya skripsi ini tidak lepas dari berkah yang di berikan Allah SWT. Sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul : POLITIK LUAR NEGERI TURKI

TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA DI ERA KEPEMIMPINAN ERDOGAN , yang mana dalam penyusunanya telah dibantu oleh banyak pihak agar dapat memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata I (SI) Ilmu Hubungan Internasional. Penulis ingin mengucapkan trimakasih dan pengharggan sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Siti Muslikhati , S,IP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya 2. Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos, M.Si selaku penguji II skripsi

3. Ibu Drs. Nur Azizah, M.Si selaku penguji III skripsi

4. Para dosen HI yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat berharga 5. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu saya . Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak mungkin sempurna. Untuk itu penulis meminta kesediaan untuk memberi saran dan masukan agar jauh lebih baik lagi. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi semua yang membaca.


(6)

(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebelum era Erdogan, politik luar negeri Turki diawali dengan Turki yang menjadi pro terhadap Barat. Sikap Turki ini yang membuat geram negara-negara Islam di Timur Tengah yang kurang dipedulikan oleh Turki. Lebih jauh lagi, pada akhirnya Turki menjadi negara mitra baik Amerika Serikat dan sekutunya. Sehingga menjadikan Turki sebagai kepanjangan tangan kepentingan negara-negara Barat di Timur Tengah. Turki sendiri merupakan salah satu anggota aliansi militer NATO yang banyak beroperasi untuk mengimplementasikan kepentingan Barat. Turki secara terbuka mengembangkan peran politik luar negerinya dalam dinamika politik regional Timur Tengah khususnya dalam peristiwa Arab Spring.

Turki memiliki berbagai sikap terhadap Konflik Arab-Israel. Hal ini dimulai dengan sikap Turki sebagai negara anggota Liga Arab yang semula merupakan sekutu Israel, kemudian berbalik menjadi musuh Israel yang sedang berkonflik dengan Arab. Turki merupakan negara sahabat Israel sejak 1949. Turki merupakan negara berpenduduk mayoritas muslim pertama yang bersikap mengakui kemerdekaan Israel yang sedang berkonflik dengan Arab dan merupakan partner perdagangan bebas dengan Israel sejak Januari 2000. Kedekatan Turki dengan Israel sering mengundang kemarahan negara-negara Arab, dimana Arab mengalami konflik dengan Israel. Namun karena satu


(8)

2

peristiwa yaitu “Insiden Flotila dan Nubuat tentang Turki”, Turki langsung berubah seratus delapan puluh derajat menjadi musuh Israel.

Perubahan yang terjadi pada politik luar negeri Turki ini memiliki skala yang tertinggi dalam klasifikasi perubahan Politik/hubungan Luar Negeri (PLN) Turki, sehingga menjadi menarik kemudian untuk mencari apa faktor utama yang menyebabkan perubahan politik luar negeri Turki ini. Keanggotaan Uni Eropa yang selama ini menjadi salah satu tujuan utama politik luar negeri Turki dan sebagai manifestasi ide politik identitas Turki sebagai negara Eropa, tidak terdengar lagi tindak tanduknya setelah stagnasi negosiasi keanggotaan Uni Eropa di tahun 2008. Sejak krisis di Gaza tahun 2008, Turki banyak mengkritik keras kebijakan Israel. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras tindakkan Israel dalam konferensi Forum Ekonomi Dunia di Davos September 2009. Pada tanggal 11 Oktober 2009, hubungan menjadi lebih tegang ketika Israel dilarang mengikuti latihan militer bersama di Anatolia – Turki. Semula latihan akan dilaksanakan bersama Turki, Israel, Amerika Serikat, dan Italia. Namun, Turki menolak untuk mengizinkan Israel untuk menghadiri. Sebagai tanggapan atas hal itu, Amerika Serikat kemudian menarik diri dari latihan tersebut.

Pada era Erdogan, kebijakan luar negeri Turki yang cenderung pada Timur Tengah telah membangkitkan semangat rakyat Timur Tengah yang sekarang sedang mengalami gejolak demokratisasi. Hal ini berarti Turki sudah kembali pro pada Timur Tengah. Hal itu terlihat ketika Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan tiba di Mesir untuk melakukan serangkaian pertemuan


(9)

3

dengan menteri luar negeri Mesir, Tunisia dan Libya. Namun, seiring dengan perkembangan isu-isu Dunia Islam khususnya untuk wilayah Timur Tengah, beberapa kebijakan Turki belakangan ini lebih independen dan berani keluar dari tekanan kepentingan Barat. Sebelumnya pada 2002 silam. Partai Keadilan dan Pembangunan yang merupakan Partai Islam Moderat memenangi Pemilihan Umum dan Recep Tayib Erdogan berhasil menjadi Perdana Menteri Turki dari partai tersebut. Perjalanan politik dalam negeri yang dipimpin oleh Erdogan sangat panjang. Erdogan bersama Abdullah Gul mendirikan Partai AKP. Partai tersebut memimpin negara sebagai dengan mendapat dukungan dari rakyat sehingga saat ini, dapat dikatakan bahwa kebijakan luar negeri Republik Turki dijalani dengan dua model, yakni antara Kemalisme (diciptakan oleh Attaturk) dan pendekatan Strategic Depth yakni pengembalian kejayaan Usmani (Neo-Ottomanisme) oleh Erdogan dan Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu menyadari betul pentingnya sejarah dan warisan kultural dalam menjalankan kepentingan nasional dengan kebijakan zero problem with neighbors..

Perubahan politik luar negeri Turki dari pro Israel kepada politik luar negeri Turki yang pro Palestina disebabkan oleh persepsi atau pandangan politik luar negeri Turki di Timur Tengah berubah saat di bawah kepemimpinan Erdogan. Di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki mencetuskan strategi yang dikenal sebagai Al-Amq Al-Istratijii (strategi politik intensif). Dimana politik ini menekankan kepada politik yang berpijak dari kondisi geostrategis Turki. Strategi Al-Amq Al-Istratijii atau strategi


(10)

4

politik intensif merupakan strategi politik yang menekankan kepada politik yang berpijak dari kondisi geostrategis Turki dan sejarahnya yang panjang serta kebudayaan yang mendorong Turki menempati posisi strategis dalam panggung politik internasional, terutama di Timur Tengah. Dengan demikian, itulah strategi politik Turki yang baru, yaitu menjamin keselamatan dan keamanan nasional Turki tanpa melalui pembatasan dan pengisolasian diri, melainkan melainkan memiliki persepsi terhadap keterbukaan dan menerapkan politik soft power kepada negara tetangga.

Pada pemerintah periode kedua setelah Erdogan kembali terpilih pada 2007 lalu, Turki mulai ikut terlibat aktif terhadap isu-isu Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Palestina. Puncaknya adalah ketika para aktivis kemanusiaan yang diberangkatkan dari Turki dengan Kapal Navi Marmara berusaha untuk memberi bantuan kepada warga Palestina, namun diserang oleh tentara Israel. Pada inseden tersebut beberapa warga Turki tewas akibat terkena peluru militer Israel. Kejadian tersebut menuai simpati dari masyarakat internasional dan Israel mendapat banyak kecaman. Kondisi dalam negeri Turki sendiri, warga meminta kepada pemerintah Turki agar mendesak Israel bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Turki akhirnya secara resmi meminta Israel untuk bertanggung jawab, namun seruan tersebut ternyata tidak mendapat respon positif dari Israel dan pada akhirnya membuat hubungan diplomatik kedua negara tidak harmonis. Dampak dari peristiwa tersebut ternyata mengandung konsekwensi yang panjang. Salah satunya yaitu Turki secara resmi mendukung kemerdekaan Palestina.


(11)

5

Dalam tatanan kebijakan internasional secara historis, Turki adalah negara yang sangat berbeda dari negara Arab lainnya. Ketika dunia Arab masih mempertahankan eksistensi dan konfliktual Sunni-Syiah, Turki bahkan berusaha merangkul seluruh dunia Arab menuju perdamaian. Oleh karenanya di negara ini, dapat memberikan contoh keberhasilan eksitensi sufisme kedalam sendi pemerintahan negara yang demokratis, stabil, damai dan menghargai satu sama lain. Akan tetapi pandangan politik luar negeri Turki di Timur Tengah berubah saat di bawah kepemimpinan Erdogan.

Persepsi atau pandangan politik luar negeri Turki di Timur Tengah berubah saat di bawah kepemimpinan Erdogan. Di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki mencetuskan strategi yang dikenal sebagai Al-Istratijii (strategi politik intensif). Strategi Al-Amq Al-Istratijii atau strategi politik intensif adalah strategi politik yang menekankan kepada politik yang berpijak dari kondisi geostrategis Turki dan sejarahnya yang panjang serta kebudayaan yang mendorong Turki menempati posisi strategis dalam panggung politik internasional, terutama di Timur Tengah. Dengan demikian, itulah strategi politik Turki yang baru, yaitu menjamin keselamatan dan keamanan nasional Turki tanpa melalui pembatasan dan pengisolasian diri, melainkan melainkan memiliki persepsi terhadap keterbukaan dan menerapkan politik soft power kepada negara tetangga. Perubahan orientasi kebijakan Luar Negeri Turki pada Barat mulai terlihat ketika beberapa kali Turki terlibat konflik dengan salah satu sekutu Barat yang berada di Timur Tengah, yaitu Israel. Negara Israel yang notabenenya adalah mitra Turki di


(12)

6

Timur Tengah mulai terganggu kepentingannya ketika Turki ikut campur dalam konflik Palestina-Israel.

Berkaitan dengan politik luar negeri Turki terhadap Israel. Pada pemerintah periode kedua setelah Erdogan kembali terpilih pada 2007 lalu, Turki mulai memihak kepada Palestina dengan ikut terlibat aktif terhadap isu-isu Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Palestina. Pada awal-awal pemerintahan Erdogan, Turki juga mempertahankan kedekatannya dengan Israel. Bagi kepentingan geostrategis Uni Eropa, Turki tidak dapat digantikan negara manapun, walaupun Perancis dan Jerman tidak mampu melihat hal ini. Politik kedua negara tersebut menyangkut Turki tidak berkembang dan tidak berorientasi pada hasil. Namun demikian Turki tidak akan keluar dari perundingan keanggotaan dalam Uni Eropa. Puncaknya adalah ketika para aktivis kemanusiaan yang diberangkatkan dari Turki dengan Kapal Navi Marmara berusaha untuk memberi bantuan kepada warga Palestina, namun diserang oleh tentara Israel. Pada inseden tersebut beberapa warga Turki tewas akibat terkena peluru militer Israel. Kejadian tersebut menuai simpati dari masyarakat internasional dan Israel mendapat banyak kecaman. Kondisi dalam negeri Turki sendiri, warga meminta kepada pemerintah Turki agar mendesak Israel bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Turki akhirnya secara resmi meminta Israel untuk bertanggung jawab, namun seruan tersebut ternyata tidak mendapat respon positif dari Israel dan pada akhirnya membuat hubungan diplomatik kedua negara tidak harmonis. Dampak dari peristiwa


(13)

7

tersebut ternyata mengandung konsekwensi yang panjang. Salah satunya yaitu Turki secara resmi mendukung kemerdekaan Palestina.

Republik Turki sangat tegas terhadap Israel dalam kaitannya menanggapi penyerangan negara Zionis Israel terhadap Kapal Mavi Marmara yang telah menewaskan 9 warganya. Para petinggi pemerintah Turki sangat kompak menentang Israel. PM. Recep Thayyib Erdogan bersama Presiden Turki Abdullah Ghul, Menlu Turki Ahmed Novotoglu sepakat untuk menuntut Israel bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Turki menunjukkan sikapnya yang sangat berani, yaitu dengan mengusir diplomat Israel dari negaranya. Lebih jauh lagi, secara sepihak pemerintah Turki membekukan semua perjanjian dengan Israel sebelum negara Yahudi itu minta maaf secara resmi atas aksi penyerangan itu. Turki juga menuntut agar Israel segera membuka blokadenya terhadap rakyat Palestina yang dinilai sebagai tragedi kejahatan kemanusiaan paling keji.

Berkaitan dengan politik luar negeri Turki terhadap Palestina. Pemerintahan Turki di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Recept Tayyip Erdogan dari Partai Aliansi Keadilan dan Pembangunan (AKP), telah mengambil keputusan penting dalam kebijakan luar negerinya: Menjalin persekutuan dengan negara-negara Islam dan memberikan dukungan penuh terhadap Palestina. Hal ini terutama setelah Pemerintahan Turki di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dari Partai Aliansi Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang menerapkan arah kebijakan luar negeri Turki yang cenderung pro negara Islam.


(14)

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana bentuk-bentuk strategi Al-Amiq Al-Istiraji Turki terhadap masalah konflik Israel-Palestina?

C. Kerangka Teori

Guna menjawab permasalanan tersebut diatas penulis mencoba menggunakan konsep dan teori sebagai berikut.

1. Pendekatan Politik Luar Negeri oleh Valerie M. Hudson

Politik atau kebijakan luar negeri suatu negara perlu dianalisa untuk mengetahui sejauh mana dan apa yang mempengaruhi sehingga kebijakan itu dibuat. Karena dibutuhkan sebagai premis dasar bahwa hubungan internasional membahas bagaimana pengambil keputusan, baik individu bertindak sendiri-sendiri atau dalam kelompok, atau bahkan analisis kebijakan luar negeri terletak di persimpangan dari semua ilmu sosial dan bidang kebijakan, dan pengembangan faktor yang lain yang berkaitan dengan hubungan internasionaldan kebijakan luar negeri.

Bentuk-bentuk interaksi politik luar negeri dalam hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku negara-negara maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara. Bentuk-bentuk interaksi politik luar negeri atau interaksi ini dapat berupa; kerjasama


(15)

9

(cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Tentu yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-pola kerjasama politik luar negeri. Jadi masalahnya adalah bagaimana memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan. konflik (pertentangan) dan juga kompetisi (persaingan) merupakan hal-hal yang tidak mudah terhindarkan dalam interaksi hubungan internasional, meskipun awalnya terbentuk baik dalam suatu kerjasama sekalipun, tetapi jika salah satu pihak sudah merasakan adanya tekanan ataupun ancaman bagi dirinya, maka tidak menutup kemungkinan pertentangan itupun akan muncul.

Kemudian secara partikular dibagi menjadi lima aspek dalam konteks teori pendekatan kebijakan luar negeri adalah:

a. a. Individual Characteristics;

b. b. Perceptions;

c. c. Society and Culture;

d. d. The Polity;

e. e. The International System;

Pertama, Ideosincretic/individual characteristic adalah Psikologi Politik yang dapat membantu seseorang dalam memahami penentuan dan arah pemimpin. Meliputi kondisi stres yang tinggi, ketidakpastian yang tinggi, posisi dominan dari kepala negara dalam Keputusan Kebijakan Luar Negeri membuat karakteristik pribadi individu akan menjadi penting dalam memahami pilihan kebijakan luar negeri. Karakteristik individu merupakan suatu proses psikologi


(16)

10

yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu. Setiap orang mempunyai pandangan, tujuan, kebutuhan dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. perbedaan ini akan terbawa dalam dunia kerja, yang akan menyebabkan kepuasan satu orang dengan yang lain berbeda pula, meskipun di tempat yang sama.

Landasan kepribadian seorang individu adalah keadaan psikologis individu tersebut dan nilai diri (self value) yang dimiliki. Keadaan psikologis ini melingkup pada keyakinan diri, sumber kendali diri, dan orientasi diri pada pembelajaran atau kinerja atau memimpin. Nilai diri melingkup pada tingkatan religi atau kecerdasan spiritual yang mengarahkan pada perilaku baik atau buruk. Karakteristik pribadi lebih mencerminkan pada bawaan phisik seorang individu yang tampak, seperti humoris, mudah bergaul, dan terbuka. Landasan kepribadian tersebut akan menjadi hal yang krusial dimiliki oleh seorang pemimpin yang efektif. Hal ini karena pada dasarnya kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan yang mampu meningkatkan kinerja organisasinya. Neihoff dalam Riyadiningsih mengatakan bahwa kepemimpinan (leadership) merupakan kunci untuk meningkatkan produktifitas dan inovasi organisasi. Hasil penelitian Riyadiningsih juga menyatakan bahwa tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh berbagai ukuran (size) organisasi mempengaruhi kinerja organisasi.


(17)

11

Seorang pemimpin mampu mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor kemampuan, keadaan psikologis, dan karakter pribadinya. Faktor-faktor ini bukan merupakan sesuatu yang statis dan permanen, tetapi bersifat dinamis dan dapat dikembangkan. Proses pembelajaran sosial (social learning) dan pengalaman hidup merupakan determinasi perkembangan faktor-faktor tersebut. Hal ini sejalan dengan perkembangan kejiwaan yang terinternalisasi selama seorang individu melakukan pembelajaran diri.

Kondisi psikologis diuraikan sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seorang individu yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu tersebut. Kondisi psikologis dalam hal meliputi sumber kendali diri (locus of control), keyakinan diri (self efficacy), dan orientasi tujuan (goal orientation). Kondisi psikologis ini merupakan landasan kepribadian seorang individu. Artinya kepribadian seorang individu bisa tercermin dari bagaimana kondisi psikologisnya. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personality). Rotter dalam Riyadiningsih mendefinisikan locus of control

sebagai suatu keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya untuk mengontrol nasib (destiny) sendiri. Individu yang memiliki keyakinan bahwa dia mampu mengontrol event-event yang terjadi dalam kehidupannya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mengontrol event-event yang terjadi dalam kehidupannya maka dikatakan individu tersebut memiliki external locus of control. Jika seorang individu yang bertindak sebagai seorang


(18)

12

pemimpin mempunyai internal locus of control maka dia memiliki persepsi bahwa lingkungan dapat dikontrol oleh dirinya sehingga dia mampu melakukan perubahan. Dalam hal ini seorang pemimpin harus mampu menjadi seorang

agent of change dan sekaligus sebagai seorang entrepreneur. Hal ini bisa dipahami karena internal locus of control berhubungan dengan sikap aktif proaktif dalam melakukan perbaikan.

Konsep diri (self Concept) adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Self concept merupakan konstruk multi dimensional mengenai persepsi individu terhadap dirinya sendiri terkait dengan sejumlah karakteristik pribadi seperti pendidikan, gender, ras, dan yang lain. Self concept merupakan sebuah model internal dari self assessment yang tidak hanya terbatas pada penilaian tentang kepribadian seorang individu tetapi juga mengenai keahlian, kemampuan, hobi, dan karakteristik pribadinya. Sedang menurut Demidenko, dkk., self concept merupakan sebuah model yang menyangkut yang terkait dengan self esteem, stability, dan self efficacy. Tingkah laku nyata seorang individu sejalan dengan konsep diri yang dimilikinya.

Continous self improvement di segala bidang kehidupan seorang individu bertolak dari self concept improvement. Dengan demikian, jika seorang individu mempunyai motivasi untuk memperbaiki kinerja dalam kepemimpinannya dan efektivitas setiaptindakannya, maka harus dirunut dari evaluasiterhadap konsep dirinya. Hal ini karena Selfconcept seorang individu mendahului dan


(19)

13

memprediksi tingkat kinerja dalam kepemimpinannya dan efektivitas setiap tindakan individu bersangkutan.

Kedua, Perceptions sebagai peran persepsi dan gambaran dalam kebijakan luar negeri adalah agenda penelitian yang sangat penting dalam analisis kebijakan luar negeri seperti analisa dan perkembangan kebijakan setiap tahunnya. Ketiga, Society and Culture sebagai Studi tentang budaya dan identitas yang menjadi determinan dalam negara, studi ini memulai kebangseseorangnnya setelah berakhirnya Perang Dingin disertai topik tentang studi keamanan, dan postmodernisme. Keempat, The Polity, menjelaskan kelompok-kelompok tertentu dalam Negara dapat mempengaruhi serangkaian kebijakan luar negeri, situasi keamanan dan stabilitas kawasan. Kelima, International System, berupa terdapat keadaan dan kesepakatan internasional terhadap situasi yang terjadi di dunia internasional.

Secara dasar teori, persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Seperti misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata, pencium yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran yang melibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian. Persepsi bergantung pada fungsi kompleks sistem saraf, tetapi tampak tidak ada karena terjadi di luar kesadaran.


(20)

14

Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu seorang pemimpin dan persepsi persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu dikemukakan oleh sekelompok peneliti yang berasal dari Universitas Princenton seperti Adelbert Ames, Jr, Hadley Cantril, Edward Engels, William H. Ittelson dan Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang disebut dengan pandangan transaksional (transactional view). Konsep ini pada dasarnya menjelaskan bahwa pengamat dan dunia seseseorangr merupakan partisipan aktif dalam tindakan persepsi. Para pemikir transaksional telah mengembangkan sejumlah bukti yang meyakinkan bahwa persepsi didasarkan pada asumsi. Faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain harapan pengalaman masa lalu seorang pemimpin tersebut, dan keadaan psikologis yang mana menciptakan kumpulan perseptual. Selain hal tersebut masih ada beberapa hal yang mempengaruhi persepsi, yaitu: 1. Hal yang paling berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian, karena perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran, pada saat stimulus lainya melemah. Dalam stimulus mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain intensitas dan pengulangan. Diri orang yang membentuk persepsi itu sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karateristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap kepentingan, minat, kebutuhan, pengalaman,


(21)

15

harapan dan kepribadian. 2. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. 3. Faktor situasi dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana dan lain-lain.

Di dalam pembelajaran persepsi seseorang perlu juga mengenal tentang kekonstanan persepsi (konsistensi), yaitu persepsi bersifat tetap yang dipengaruhi oleh pengalaman. Kekonstanan persepsi tersebut meliputi bentuk, ukuran, dan warna. Salah satu contoh kekonstanan persepsi, yaitu ketika seseorang meminum susu ditempat yang gelap, maka seseorang tidak akan menyebut warna susu tersebut hitam, melainkan seseorang akan tetap menyebut warna susu adalah putih meski di dalam kegelapan warna putih sebenarnya tidak tampak. Begitu pula saat seseorang melihat uang logam dari arah samping, seseorang tetap akan menyebut uang logam tersebut berbentuk bundar. Padahal apabila seseorang melihat dari samping, maka sebenarnya seseorang melihat uang logam tersebut berbentuk pipih. Itulah yang disebut dengan kekonstanan persepsi, seseorang memberikan persepsi terhadap suatu obyek berdasarkan pengalaman yang seseorang peroleh sebelumnya.

Dalam kasus Turki, penelitian ini menggunakan individual characteristic sebagai eksekutor/fasilitator yang berawal dari adanya keinginan kembali akan kebesaran bangsa pada masa lalu, berupa pengaruh kebangseseorangn kembali sufisme-usmani. Pola ini kemudian ditandai dengan adanya gerakan masyarakat sipil untuk memulihkan kegiatan ekonomi pasca


(22)

16

kudeta Perdana Menteri Necmetin Erbakan yang secara kultural praktik memiliki hubungan dengan ideologi Islamis sebagai negara mayotitas Muslim. Dalam ruang politik yang semakin terbuka di era Perdana Menteri Erdogan, gerakan Islamis masyarakat terbukti menjadi elemen penting dalam pertumbuhan masyarakat sipil di Turki Jadi kemudian dalam perkembangannya, keadaan ini diberdayakan oleh para otoritas pengambil kebijakan seperti Recep Tayyip Erdogan, Abdullah Gul dan Ahmet Davutoglu sesuai dengan national self-image and culture yang sedang berkembang dalam bentuk gerakan Islamis sehingga menghasilkan kebijakan nasional maupun kebijakan luar negerinya yang kemudian berdampak pada segi ekonomi, kebudayaan, politik dan hubungan kerjasama Turki dengan Uni Eropa dan dunia Arab.

Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Pada dasarnya perumusan kebijakan luar negeri memerlukan analisis yang kompleks karena tidak hanya melibatkan aspek-aspek internal namun juga memperhatikan kondisi eksternal suatu negara. Lebih lanjut menurut Rosenau, apabila seseorang mengkaji kebijakan luar negeri maka seseorang akan memasuki fenomena yang luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal

(internal live) dan kebutuhan eksternal (external needs) termasuk didalamnya adalah kehidupan internal dan eksternal seperti aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin yang ditunjukkan


(23)

17

untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum dan geografi suatu negara sebagai negara-bangsa

Politik domestik dan lingkungan eksternal merupakan faktor esensial dimana perilaku dan interaksi negara pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari kondisi internasional yang menyertainya. Dalam membangun hubungannya negara lain, setiap negara tentunya harus terlibat dalam sistem yang dibangun, baik itu dalam kerangka norma dan aturan ataupun organisasi internasional. Pendapat ini berkembang untuk menanggapi pemikiran mengenai struktur internasional yang anarki yang kemudian melahirkan pendekatan neo-realis. Akan tetapi pendekatan neo-realis juga kemudian mendapat sejumlah kritik yang dianggap sangat materil dan menyampingkan unsur nilai dan ide yang dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan luar negeri.

Perceptions sebagai peran persepsi dan gambaran dalam kebijakan luar negeri adalah agenda penelitian yang sangat penting dalam analisis kebijakan luar negeri seperti analisa dan perkembangan kebijakan setiap tahunnya. Adanya upaya Endorgan dalam memimpin Republik Turki untuk melanjutkan kebijakan Zero Enemy dengan seluruh negara dunia menurut prinsip Sufisme yang cinta damai. Erdogan mengupayakan ideologi ini sebagai dasar terciptanya keamanan, ketentraman dan toleransi beragama.


(24)

18

D. Hipotesa

Berdasarkan problem dan kerangka dasar pemikiran yang ada di atas, maka dapat ditarik suatu hipotesa mengenai bentuk strategi Al-Amq Al-Istratijii yang diterapkan Turki terhadap konflik Israel-Palestina adalah: 1. Strategi Al-Amq Al-Istratijii yang diterapkan di Turki pada masa

pemerintahan Erdogan menekankan pada bentuk politik yang berpihak pada goestrategis Turki sehingga pola politik luar negari Turki cenderung mendukung negara yang berada dekat dengan Turki secara geografis dan sejarah yang akan menguntungkan posisi Turki sebagai salah satu negara kuat di Timur Tengah.

2. Dalam melihat konflik Israel-Palestina, Strategi Al-Amq Al-Istiratijii yang digunakan oleh Turki cenderung menunjukkan sikap netral dalam artian menempatkan Turki sebagai negara Timur Tengah yang menjujung tinggi perdamain. Yang dilakukan Turki dalam hal ini adalah mendukung Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan dan memberi dukungan kemanusiaan tapi di sisi lain Turki tidak menyatakan perang terhadap Israel meskipun pernah memberikan reaksi keras dengan melakukan pembekuan kerjasama dengan Israel.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1.1. Menganalisis perubahan politik luar negeri Turki di era kepemimpinan Erdogan yang sebelumnya pro Israel menjadi pro Palestina.


(25)

19

2.2. Menganalisis bagaimana masa depan politik luar negeri Turki di era kepemimpinan Erdogan berkaitan dengan perubahan politik luar negeri Turki di era kepemimpinan Erdogan yang sebelumnya pro Israel menjadi pro Palestina.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bidang pengetahuan internasional mengenai politik luar negeri Turki di era kepemimpinan Erdogan.

2. Bagi Akademisi

Bagi akademisi penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi mengenai politik luar negeri Turki di era kepemimpinan Erdogan.

G. Metode Penetitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan buku-buku kepustakaan berupa jurnal-jurnal, koran-koran, internet, buku-buku, dan media informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah kualitatif yang dilakukan dengan paparan secara deskriptif.


(26)

20

2. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis dalam bentuk kalimat yang mengambarkan dan menguraikan permasalahan yang diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan terdiri daari lima bab dengan perincian sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan. Merupakan pendahuluan proposal yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat, kerangka teori, hipotesa, dan sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Pemerintahan Turki Sebelum Tayyip Erdogan. Pada bab II ini akan diuraikan haluan politik luar negeri Turki Sebelum Tayyip Erdogan. Kemudian akan diuraikan politik Luar Negeri Turki terhadap Arab-Israel Sebelum Tayyip Erdogan.

BAB III Perubahan Politik Luar Negeri Turki terhadap Palestina. Pada bab III ini akan diuraikan tentang kemenagan Erdogan, kemudian strategi Al-amiq Al-istiraji.

BAB IV Sebab-Sebab Perubahan Politik Luar Negeri Turki di Era Kepemimpinan Erdogan yang Sebelumnya Pro Israel Menjadi Pro Palestina. Pada bab akan dianalisis mengenai bentuk-bentuk dukungan Turki terhadap Palestina, kemudian dan dilanjutkan pembahasan reaksi keras Turki terhadap


(27)

21

Israel. Bab IV ini ini sekaligus untuk menjawab atau pembuktian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya

BAB V Kesimpulan. Berisi penutup sebagai kesimpulan dari keseluruhan pembahasan.


(28)

22 BAB II

GAMBARAN PEMERINTAHAN TURKI SEBELUM TAYYIP ERDOGAN

Pada bab II ini akan diuraikan haluan politik luar negeri Turki sebelum Tayyip Erdogan. Kemudian akan diuraikan politik Luar Negeri Turki terhadap Arab-Israel Sebelum Tayyip Erdogan.

A. Haluan Politik Luar Negeri Turki Sebelum Tayyip Erdogan

Pada era sebelum Erdogan, Turki merupakan negara sekuler yang orientesi kebijakannya cenderung mengarah pada negara Barat (pro Barat). Hal tersebut merupakan doktrin Kemalisme yang ingin melakukan modernisasi pada Turki. Modernisasi yang dimaksud adalah taking place in the civilization of Europe15. Western civilization sering kali merujuk pada Eropa bagian Barat, terutama Inggris dan Prancis. Turki menjadikan negara Barat sebagai referensi bahkan aliansi pada saat itu. Dua orientasi yang paling utama dalam setiap kebijakan Luar negeri Turki. Yang pertama adalah menjaga eksistensi negara sesuai kedaulatnnya dan membangun kembali fondasi-fondasi berbangsa dan bernegara, yang kedua adalah merealisasikan formasi kebijakan luar negeri western oriented dengan mengalihkan konsentrasi ke Barat16. Hingga pasca perang dunia 2 berakhir, Turki masih

15

Heri Cahyadi.2012. “agresivitasi Turki middle eastern regional secusity complex periode AKP 2002-2011: tantangan Turki terhadap konsep insulator, (Tesis magister, jurusan HUbungan Internasional universitas Indonesia, Jakarta).

16

Gulbahar Yelken Aktas, 2010. “Turkis foreign policy: new concept and reflection”, (Tesis Graduate School of Social Science, Middle East Technical University, Desember.


(29)

23

menjadi bagian Barat yang terus menjalin kerjasama. Hingga pada tahun 1952 Turki akhirnya bergabung dengan pakta pertahanan Atlantik Utara, atau biasa disebut NATO. Turki mempunyai peran untuk menjaga persebaran komunisme di kawasn Eropa Timur pada saat itu. Berbagai bantuan militer dan ekonomi diberikan kepada Turki oleh Amerika dengan tujuan agar Turki menjadi negara yang kuat dalam militer dan stabil dalam ekonomi. Kedekatan Turki dengan Barat terjadi hingga awal tahun 2000. Termasuk kedekatan Turki dengan sekutu Amerika di Timur Tengah lainnya yaitu Israel. Turki melakukan kerjasama Militer dan industri keamanan dalam skala besar pada periode 1990 sampai tahun 2000 dengan Israel.

Pasca penyerangan militer Israel terhadap kapal Mavi Marmara yang mengangkut relawan dan bantuan untuk dibawa kepada pengungsi Palestina, pemerintah Turki menuntut pihak Israel untuk segera bertanggung jawab atas penyerangan yang menewaskan 10 orang warga negara Turki. Pemerintah Turki menuntut agar Israel segera meminta maaf dan minta mahkamah Internasional segera melakukan penyelidikan terhadap insiden tersebut. Selain kepada Mahkamah Internasional, Turki pun mengirimkan surat resmi kepada PBB dan melaporkan Israel atas tindakan kejahatan Internasional.

Bentuk pro Barat Turki lainnya yaitu membentuk tatanan dunia secara global dengan usaha yang dilakukan oleh Turki adalah pelaksanaan politik luar negeri yang bersifat multi-dimensional yaitu dengan menjalin hubungan dengan aktor-aktor lain yang berpengaruh di dalam tata pergaulan internasional yaitu orang-orang Barat, seperti menjalin hubungan dengan


(30)

24

AS melalui NATO dan melakukan neighborhood policy dengan Rusia. Hal ini menyebabkan Turki semakin berhasil membentuk negaranya menjadi bridge country, sesuai dengan pernyataan “Turkey is now a country that has original thoughts extending from Ankara to Pakistan, Saudi Arabia to Latin America.

Jadi, di samping Turki berhasil mencapai national interestnya untuk menjadi

bridge country, Turki juga berhasil untuk berkontribusi dalam penciptaan tatanan dunia. Elemen terakhir atau elemen keempat adalah kepentingan dalam penyebaran nilai-nilai yang dianut oleh Turki yang tertuang pada prinsip dasar politik luar negeri Turki yang terakhir, yaitu pelaksanaan

rhythmic diplomacy. Turki beranggapan untuk menyebarkan nilai-nilai yang mereka anut agar terkenal di dalam tata pergaulan internasional (pro Barat) salah satu mekanismenya adalah dengan melakukan rhythmic diplomacy. Diplomasi ini merupakan diplomasi yang dilakukan oleh Turki yang intinya Turki akan aktif dalam berbagai forum internasional guna menyebarkan nilai-nilainya dan mencapai national interestnya. Beberapa hal yang Turki lakukan diantaranya aktif menjadi tuan rumah dari berbagai forum internasional, seperti the NATO Summit dan the OIC Summit.

Jadi, politik luar negeri yang dimiliki oleh Turki memiliki dua sifat yang sesuai dengan penjelasan oleh Morgenthau mengenai national interest, yaitu rasional dan fleksibel. Dalam perkembangannya dari sebelum masa pemerintahan AKP sampai masa pemerintahan AKP, semua politik luar negeri yang dilakukan oleh Turki bersifat rasional sesuai dengan kebutuhan dan pemimpin dari pemerintahan tersebut. Kemal Pasha Ataturk dengan


(31)

25

sekulerismenya yang menginginkan Turki menjadi negara yang maju sesuai dengan barat, namun langkahnya gagal dikarenakan warga Turki yang tidak merasa nyaman dengan kemalisme (sekulerisme oleh Kemal Pasha Ataturk). Kemudian sebelum Tayyip Erdogan terdapat perbedaan pandangan terhadap masalah Palestina antara Turki dan Israel sudah mulai Nampak semenjak AKP berkuasa di Turki menjadi partai tunggal. Terlebih ketika Erdogan terpilih menjadi perdana menteri. Dengan kebijakan strategic

depth-nya, Turki menjadikan isu sekuritisasi Palestina untuk merangkul dan mencari simpati negara-negara Arab. Selama periode 2003 hingga 2013, Turki dan Israel banyak terlibat dalam konflik. Kedua negara yang pernah dekat tersebut, kini perlahan semakin terlihat perbedaan sudut pandangnya dalam kebijakan luar negeri. Keberpihakan Turki terhadap Palestina dalam konflik yang melibatkan Israel dan Palestina di wilayah Gaza, membuat hubungan kedua negara yang bersahabat tersebut semakin merenggang. Ketegangan antara kedua negara tersebut mencapai puncaknya ketika Israel menyerang kapal relawan Turki dalam misi mengirimkan bantuan ke perbatasan Palestina. Pasca pencabutan kerjasama militer, konflik kedua negara tersebut semakin memanas ketika Turki menarik duta besarnya di Israel dan menurunkan status hubungan diplomatiknya menjadi sekertaris dua. Keadaan tersebut membuat hubungan antara Turki dan Israel semakain merenggang, walaupun Turki dan Israel masih sama-sama berstatus sebagai anggota NATO.


(32)

26

B. Politik Luar Negeri Turki terhadap Arab-Israel Sebelum Tayyip Erdogan Sesudah Perang Dingin, terjadi pergeseran paradigma kebijakan luar negeri Turki. Paradigma kebijakan yang berlandaskan Kemalisme (merujuk kepada nama bapak pendiri Republik Turki, Kemal Atturk) diubah menjadi neo Otomanisme. Sebagai akibatnya, dari peran yang terisolatif, Turki lantas menjalankan politik luar negeri yang lebih progresif. Ini berlangsung sejak kepmimpinan Turgut Ozal selaku Perdana Menteri (1983-1989) dan dipertahankan saat Ozal menjadi Presiden tahun 1989 hingga kematiannya pada tahun 1993. Turki merupakan salah satu negara yang memiliki keuntungan dalam bermanuver di politik luar negerinya dikarenakan dua hal, yaitu letak geografis dan etnisitas yang ada di dalam negara Turki itu sendiri. Secara keuntungan geografis, Turki terletak di antara benua Asia dan Eropa. Hal ini yang menyebabkan Turki dikenal sebagai bridge country antara kedua benua tersebut. Sedangakan dalam hal etnisitas, Turki juga memiliki etnisitas yang beragam dikarenakan letak geografisnya, etnisitas yang berada di dalam Turki di antaranya Balkan, Timur Tengah, Caucasian, Asia Tengah, Caspian, Medditeranian, Gulf, dan Laut Hitam. Jika dilihat dari keuntungan yang ada seharusnya dari zaman dahulu sejak berdiri, Turki seharusnya memiliki politik luar negeri yang bisa dikatakan strategis. Namun, pada kenyataannya terdapat dinamika di dalam perubahan politik luar negeri Turki.

Hingga pada tahun 2002, terjadi perubahan peta politik dalam negeri Turki. Dimana pada saat itu pemilu Turki dimenangkan oleh partai AKP yang berhaluan Islam dibawah komando Recep Tayyip Erdogan. Selepas


(33)

27

menangnya partai AKP Turki yang berhaluan Islam moderat, dan terpilihnya Erdogan sebagai perdana menteri, secara perlahan kebijakan luar negeri Turki berubah orientasi. Ada peran yang tak biasa dimainkan oleh Turki pada pemerintahan Erdogan. Turki secara perlahan menarik kedekatannya dengan Barat. Terbukti dalam beberapa kebijakan, Turki lebih merapat kepada negara-negara Timur Tengah, terutama negara Islam. beberapa di antaranya adalah, kebijakann Turki menolak manjadikan wilayahnya sebagai pangkalan militer NATO untuk melakukan invasi ke Libya. Turki pun lagi lagi menolak permintaan Amerika untuk menjadikan wilayahnya sebagai pangalan militer dalam agenda invasi ke Irak.

Kepentingan dalam penyebaran nilai-nilai yang dianut oleh Turki yang tertuang pada prinsip dasar politik luar negeri Turki yang terakhir, yaitu pelaksanaan rhythmic diplomacy. Turki beranggapan untuk menyebarkan nilai-nilai yang mereka anut agar terkenal di dalam tata pergaulan internasional salah satu mekanismenya adalah dengan melakukan rhythmic diplomacy. Diplomasi ini merupakan diplomasi yang dilakukan oleh Turki yang intinya Turki akan aktif dalam berbagai forum internasional guna menyebarkan nilai-nilainya dan mencapai national interestnya. Beberapa hal yang Turki lakukan diantaranya aktif menjadi tuan rumah dari berbagai forum internasional, seperti the NATO Summit dan the OIC Summit, serta Turki menjadi anggota pengamat di dalam Africa Union semenjak keterbukaannya


(34)

28

dengan Afrika pada tahun 2005, di undang ke dalam Arab League dua kali, menandatangani perjanjian dengan negara-negara Arab pada tahun 200717. Perubahan yang di bawa oleh AKP dengan lebih mendekatkan diri ke Timur Tengah pada kenyataannya mendapat tantangan yang sangat besar dengan terjadinya Arab Spring. Arab Spring terjadi pada saat hubungan Turki dengan Amerika Serikat, Israel dan negara-negara Uni Eropa berada pada kondisi yang tidak stabil18. Dalam kasus keterlibatan Turki di Arab Spring, ditemukan bahwa faktor pengaruh eksternal tidak mempunyai signifikansi yang berarti bila dibandingkan faktor pengaruh internal. Hal ini tampak dari tidak adanya alat kontrol dari aktor-aktor negara Barat sebagai faktor eksternal, untuk mempengaruhi secara efektif politik luar negeri Turki. Di sisi lain, dinamika politik domestik dalam negeri Turki, seperti munculnya signifikansi opini publik dan menurunnya dominasi militer, memiliki akibat secara langsung dalam pelaksanaan politik luar negeri Turki.

Cita-cita Turki untuk menghidupkan kembali semangat Ottoman melalui politik luar negerinya mendapat tantangan signifikan sejak Arab Spring. Terkait hal tersebut, tulisan ini juga menjelaskan politik luar negeri AKP yang saat ini yang lebih didefinisikan sebagai “the neo-Ottomanism”. Konsep dari neo-Ottomanism tidak hanya menjelaskan politik luar negeri akan tetapi juga trend Domestik dalam the New Turkey. Neo-Ottomanism mempunyai tiga pilar utama, yaitu pertama, keinginan untuk kembali mendekatkan masyarakat

17

Ahmad Dzakirin. 2012. “Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu”. (Solo: Era Adicitra Intermedia).

18 Tarik Oguzlu, 2012.“Turkey’s Eroding Commitment to NATO: From Indentity to Interest,” The Washington Quarterly, Center for Strategic and International Studies, Summer. hal 153-164.


(35)

29

Turki dengan budaya islam, dalam pengertian versi sekularisme yang lebih moderat. Dalam hal ini dikaitkan pula salah satu masalah utama Turki, yaitu etnis Kurdi. Neo-Ottomanism mencanangkan politik yang lebih terbuka bagi etnis minoritas dan masyarakat yang lebih multikultural. Kedua, karekter yang ingin dikembangkan neo-Ottomanism adalah Turki yang lebih percaya diri dalam menjalankan perannya di dunia internasional. Neo-Ottomanism memproyeksikan Turki sebagai superpower regional. Turki tidak harus terpaku oleh Barat dalam menjalankan politik luar negerinya dan terbuka untuk segala bentuk kerjasama yang ada. Ketiga, tujuan dari neo-Ottomanism adalah semakin mempererat hubungaannya dengan Barat sebagaimana kembali mendekatkan diri dengan dunia Islam. Keanggotaan dalam Uni Eropa masih merupakan cita-cita besar bagi Turki dengan tidak menyampingkan kerjasama dengan negara-negara Muslim di Timur Tengah19

Selama era AKP hubungan Turki dengan Timur Tengah dan dunia Arab telah meningkat secara dramatis yang menegaskan bahwa Timur Tengah telah menjadi focal point dalam politik luar negeri multilateral Turki. Para pemimpin Arab dan masyarakat Arab secara luas juga telah lebih menerima kehadiran Turki dalam regional tersebut20. Pada awal tahun 2011, Turki dengan kebijakan luar negeri yang memfokuskan pada pendekatan pada negara Timur Tengah mendapat tantangan besar ketika sejumlah negara Arab mengalami pergolakan politik yang pada akhirnya berakhir dengan

19 Nathalie Tocci, dkk. 2012. “Turkey and The Arab Spring, Implications for Tuskish Foreign

Policy from Transatlantic Perpective,” Mediterranean Paper Series 2011, The German Marshall Fund of The United States – Instituto Affari Internazionali.

20 Ziya Onis, 2012.Turkey and the Arab Spring : Between Ethics and Self-Interest,” Insight Turkey, Vol.14 / No. 3 .


(36)

30

pelengseran rezim pemerintahan. Bergulirnya krisis politik di sejumlah negara Arab telah menjadi bahasan utama dalam forum-forum global. Tidak hanya negara-negara besar seperti AS, Prancis, ataupun Inggris, aliansi militer dan lembaga-lembaga internasional seperti NATO, PBB, Uni Afrika dan Liga Arab juga memberikan pengaruh yang signifikan. Kejahatan kemanusiaan, rezim otoriter dan intervensi militer merupakan beberapa isu yang menjadi sorotan selama beberapa tahun terakhir di negara-negara Arab. Berawal dari aksi protes terhadap rezim pemerintahan, intervensi militer oleh NATO kemudian dilakukan terhadap beberapa negara yang dianggap telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap rakyatnya. Hal ini mengundang pro dan kontra dari sejumlah negara. Ada yang menolak intervensi tersebut namun di lain pihak negara-negara tergabung sebagai motor penggerak meluasnya invasi militer.

Jadi, Politik luar negeri yang dimiliki oleh Turki memiliki dua sifat yang sesuai dengan penjelasan oleh Morgenthau mengenai national interest, yaitu rasional dan fleksibel. Dalam perkembangannya dari sebelum masa pemerintahan AKP sampai masa pemerintahan AKP, semua politik luar negeri yang dilakukan oleh Turki bersifat rasional sesuai dengan kebutuhan dan pemimpin dari pemerintahan tersebut. Kemal Pasha Ataturk dengan sekulerismenya yang menginginkan Turki menjadi negara yang maju sesuai dengan barat, namun langkahnya gagal dikarenakan warga Turki yang tidak merasa nyaman dengan kemalisme (sekulerisme oleh Kemal Pasha Ataturk). Tongkat estafet pemerintahan dilanjutkan dan dipegang oleh AKP (Adalet ve


(37)

31

Kalkinma Partisi) yang berhasil mengembalikan kembali Turki menjadi negara yang sejahtera dan masyarakat merasa aman. Sifat fleksibilitas juga ditunjukkan oleh pemerintahan AKP melihat perkembangan dunia yang cepat dan arus globalisasi yang pesat pula, AKP mencoba untuk menyesuaikan dengan kepentingan masyarakat dan memformulasikan kepentingan luar negerinya.

Sebelumnya pada 2002 silam. Partai Keadilan dan Pembangunan yang merupakan Partai Islam Moderat memenangi Pemilihan Umum dan Recep Tayib Erdogan berhasil menjadi Perdana Menteri Turki dari partai tersebut. Pada masa pemerintahan pertama Erdogan, kebijakan luar negeri Turki masih belum mengalami perubahan yang signifikan. Turki masih tetap merapat ke Barat dan melanjutkan kebijakan Perdana Menteri sebelumnya untuk menjadi anggota Uni Eropa.

Turki dan Israel merupakan dua negara yang sudah mempunyai hubungan baik pasca berakhirnya perang dingin. Turki merupakan negara berpenduduk Islam mayoritas pertama yang mengakui negara Israel. Hingga pada era 90an Turki dan Israel menjalin kerjasama di berbagai bidang. Salah satu bentuk kerjasama Turki dengan Israel adalah di bidang Militer dan perdagangan. Pada bidang militer, Turki melakukan beberapa kesepakatan dengan Israel, ada beberapa kerjasama yang telah disepakati antara pemerintah Turki dengan Israel, di antaranya kerjasama keamanan dan kerahasiaan pada tahun 1994, kerjasama pelatihan pilot pada tahun 1996 dan


(38)

32

pelatihan militer bersama pada tahun 1921 Kerjasama ini terus berlanjut hingga Erdogan telah terpilih menjadi perdana menteri Turki Seperti yang selama ini terjadi bahwa sebagian besar peralatan militer Turki masih bergantung pada Industri militer milik Israel.

Kerjasama di bidang pelatihan militer (MTCA) merupakan awal mula hubungan Turki dan Israel menjadi mitra strategis. Kesepakatan tersebut berisi tentang adanya pelatihan militer secara bersama dan pelatihan terbang sebanyak empat kali dalam setahun di wilayah udara Turki22. Kesepakatan tersebut berkembang menjadi kesepakatan industri pertahanan yang ditandai dengan penandatanganan kesepakatan kerjasama industri pertahanan Defence Industry Cooperation Agreement (DICA). Pada tahun 2010 pemerintah Turki memutuskan untuk mengakhiri kerjasama tersebut pasca insiden Mavi Marmara. Pemutusan kerjasama tersebut merupakan reaksi atas insiden yang menewaskan 10 orang warga negara Turki dalam misi kemanusiaan menuju Gaza. Turki menganggap bahwa Israel telah melakukan kejahatan Internasional dan mengganggu keamanan atas warga negaranya. Pemutusan kerjasama militer dengan Israel, tentu secara langsung akan mempengaruhi kekuatan militer Turki. Karena selama ini, Israel merupakan pemasok peralatan militer terbesar bagi Turki. Hal tersebut membuat Turki terutama militernya berada pada posisi dilema. Pada satu sisi, serangan kapal mavi marmara tersebut telah menelan korban bagi warga negara Turki dan

21

Amalia Putri H,2012. Kebijakan Turki Memutuskan Kerjasama Militer Dengan Israel Tahun 2010. Jurnal Transnasional, Vol 3. No. 2.

22

Sasley, Brent, 1998, A Structural Reinterpretation of Power in the Middle East: Explanations and implications of the Evolving Military Relationship Between Turkey and Israel, Journal.


(39)

33

merupakan sebuah ancaman kedaulatan bagi Turki. Namun disisi lain, selama ini Israel menjadi pemasok terbesar persenjataan Turki. Tekanan dari masyarakat Turki agar pemerintah mengambil tindakan tegas terkait insiden tersebut, membuat Erdogan menggambil keputusan atas tanggapan penolakan Israel untuk meminta maaf atas insiden Mavi Marmara, yaitu membatalkan beberapa klausul kontrak kerjasama perdagangan dan pembekuan kerjasama industri militer.

Selain itu, hubungan Turki dengan negara-negara di kawasan tidak menemukan masalah justru hubungan Turki semakin dekat dengan negara-negara di kawasan. Dalam suatu hubungan Internasional tentu mempunyai kepentingan dan tujuan nasional masing-masing, salah satu cara untuk mewujudkan kepentingan nasional suatu negara adalah dengan kerjasama internasional, regional, bilateral, maupun multilateral. Kerjasama yang dijalankan bisa dalam bidang ekonomi, politik, militer, dan lain-lain. Seperti halnya yang di lakukan oleh Turki dan Israel, kedua negara ini mempunyai kesamaan latar belakang sebagai negara yang menganut sistem sekuler, selain faktor lain yang mendorong keduanya sebagai implementasi dari national interest-nya yaitu ketika menghadapi kekuatan komunis Uni Soviet keduanya sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih erat lagi untuk melawan kekuatan komunis Uni Soviet. Selain itu, Turki merupakan negara muslim pertama yang mengakui kedaulatan Israel pada tahun 1949.

Sampai pada Februari 1996, kedua negara ini sepakat menandatangani Perjanjian Kerjasama Pelatihan Militer atau Military Training Cooperation


(40)

34

Agreement (MTCA). Kesepakatan tersebut memungkinkan Angkatan Udara Turki dan Israel melakukan pelatiahan-pelatihan bersama dan bermanuver bersama sebagai suatu yang menguntungkan keduanya, latihan biasa dilakukan di pangkalan udara Ealng Anatoli, yaitu pangkalan udara yang strategis karena berdekatan dengan perbatasan Suriah dan Iran dua negara yang menentang Israel. Sampai pada akhirnya kedua negara ini memperluas kerjasam militernya yaitu dengan menandatangani Kesepakatan Kerjasama Industri Pertahanan atau Defense Industri Cooperation Agreement (DICA). Bentuk kerjasama industri pertahanan tersebut diantaranya adalah tentang pertukaran teknis dan pengetahuan, kesepakatan memproduksi rudal udara ke darat Popeye II seniali 100 juta dolar pada Mei 1997, penandatanganan kesepakatan senilai 3 miliar dolar untuk mengganti tank Turki dengan tank Merkava Israel dan Upgrade pesawat tempur F-5 Turki senilai 75 juta dolar oleh sebuah tender yang dimenangkan Israel Aircraft Industries pada bulan Desember 1997. Perusahaan-perusahaan industri militer Israel memang kerap memenangkan kontrak penjualan persenjataan ke angkatan bersenjata Turki dan termasuk penerimaan utama tender-tender untuk kebutuhan militer Turki.

Perusahaan Israel telah menjadi salah satu penerima utama tender menguntungkan bagi pengadaan peralatan militer Turki. pada tahun 2002, industri militer Israel telah memenangkan sebuah tender senilai 668 juta dollar AS. Proyek ini melibatkan pembuatan sepuluh pesawat tidak berawak dan peralatan pengintaian bagi militer Turki yang dipimpin Israel Aerospace Industries. Israel juga menjual peralatan elektronik dan roket ke Turki.


(41)

35

Namun, beberapa tahun belakangan ini hubungan kedua negara sempat merenggang, dikarenakan Embargo Israel terhadap Palestina dan serangan Israel terhadap Kapal kebebasan Mavi Marmara yang membawa sejumlah bantuan ke Jalur Gaza. Israel membunuh sejumlah anak-anak dan kaum perempuan Palestina pada tahun 2008 dan 2009. Kemudian serangan tentara Zionis Israel yang menyerang kapal kemanusiaan yang membawa sejumlah barang bantuan untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza, padahal kapal tersebut masih berada di wilayah perairan internasional. Kemudian meskipun kasus ini bukan hanya antara Turki dan Israel bahkan sudah masuk dalam ranah internasional, namun Turki menunjukkan kekecewaannya terhadap Israel sebagai salah satu pihak yang dirugikan. Turki menuntut Israel untuk meminta maaf, Turki juga beberapa kali mengeluarkan kritikan-kritikan terhadap Israel, bahkan Turki memutuskan kerjasama militernya dengan Israel. Penolakan Erdogan selam dua kali berturut-turut (pada tahun 2009 dan 2010) terhadap keikutsertaan Israel dalam latihan di pangkalan udara Elang Anatoli.

Dari keputusan Turki ini, ada dampak langsung terhadap negara Turki tepatnya dampak yang lebih personal. Yaitu adanya ancaman pembunuhan terhadap Perdana Menteri Turki Recep Tayyeb Erdogan, dan kritikan-kritikan yang dilontarkan kepadanya atas kebijakan yang dikeluarkannya karena dianggap hanya sebagai permainan belaka, dan terbukti putranya masih menjalin hubungan kerjasama dengan Zionis Israel ketika hubungan Turki dengan Zionis Israel ada pada batas ketegangan. Sementara reaksi dari Israel adalah mereka sempat mengumumkan akan penolakan negaranya oleh Turki


(42)

36

dalam latihan bersama, negara Zionis ini tidak kaget akan keputusan Turki, karena hanya dianggap sebagai gertakan Turki yang tidak berartis. Menteri Luar Negeri Israel Denny Ayalon berupaya menganggap kecil sikap Ankara ini, dan menganggap bahwa Turki tetap akan menjadi mitra strategisnya di kawasan Timur Tengah.

Jadi, kesimpulannya bahwa kebijakan turki semenjak dipimpin olah partai tunggal AKP, memang secara perlahan banyak terjadi perubahan, baik itu kebijakan dalam maupun luar negerinya. Menurut Huge Pop dalam tulisannya yang berjudul pax ottoman, kebijakan luar negeri Turki saat ini lebih terlihat menjauh dari Barat dan negara Islam wahabi23 disisi lain Turki juga ingin membuat kekuatan baru yang dibangun dari ekonominya yang cukup kuat, salah satunya dengan membuka komunikasi dengan negara besar lainnya, salah satunya Rusia dan China24. Jika dilihat dari kebijakan luar negerinya, Turki pada era pemerintahan Erdogan terlihat ingin mengembalikan semangat Ottoman yang mempunyai pengaruh diantara negara-negara kawasan timur tengah. Seperti apa yang dikatakan Thomas Friedman, permohonan Turki untuk menjadi anggota Uni Eropa adalah salah satu bentuk kamuflase untuk meningkatkan nilai tawar Turki di antara negara Timur Tengah agar Turki menjadi negara yang mempunyai pengaruh dikawasan itu, namun disisi lain, Amerika dan Eropa masih menjadi tumpuan Turki dalam membuka kerjasama luar negerinya.

23

Hugh Pope. 2010. Pax Ottomana The Mixed Succes of Turkeys New Foreign Policy. Journal

vol 89 No. 6. Council on foreign relation.

24 Ibid.


(43)

37 BAB III

PERUBAHAN POLITIK LUAR NEGERI TURKI TERHADAP PALESTINA

Pada Bab ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang kemenagan Erdogan, kemudian strategi Al-amiq Al-istiraji.

A. Kemenangan Erdogan

Kemenangan Recep Thayyep Erdogan diawali Erdoğan terpilih menjadi Presiden Turki ke 12 hasil pemilihan presiden Turki yang digelar pada 10 Agustus 2014. Erdoğan memenangi pemilihan presiden dengan perolehan 52 persen mengalahkan dua pesaingnya. Pada 28 Agustus, Erdoğan resmi dilantik menjadi Presiden Turki ke-12. Erdoğan dilantik di kantor kepresidenan di Ankara. Pelantikannya akan mengantarkan pada era baru di Turki karena dia diperkirakan akan mendesak dibuatnya konstitusi baru yang bisa menstransformasi negeri itu. Pengganti Erdogan pada kursi perdana menteri adalah Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoğlu. Para kepala negara sejumlah negara Eropa Timur, Afrika, Asia Tengah dan Timur Tengah akan menghadiri pelantikan Erdogan, termasuk Presiden Ukraina Petro Poroshenko.

Erdogan dalam memimpin Republik Turki untuk melanjutkan kebijakan Zero Enemy dengan seluruh negara dunia. Politik luar negeri Zero Enemy seperti ini yang memberikan keuntungan bagi posisi Turki di Eropa dengan status negara berkembang dan bahkan di Asia sebagai model atau contoh bagi negara-negara Timur Tengah untuk menuju kemajuan negara secara signifikan


(44)

38

melalui kerjasama internasional. Erdogan mengupayakan ideologi ini sebagai dasar terciptanya keamanan, ketentraman dan toleransi beragama atas masyarakat Turki yang penuh dengan heterogenitas dari suatu semboyan negara yang pada masa Attaturk hal itu tidak dapat dirasakan masyarakat Turki karena kuatnya militerisme negara dan tidak mau bersentuhan dengan Bangsa Arab. Hal ini membawa pengaruh dalam level pengambilan kebijakan internasional Turki. Munculnya gagasan ini akibat dari serangkaian sikap Perdana Menteri Erdogan, dia perlahan-lahan mencoba membangkitkan kembali ideologi damai, tanpa musuh dengan teman dekat ala Sufisme kedalam kehidupan masyarakat Turki.

Perubahan politik luar negeri Turki dari pro Israel kepada politik luar negeri Turki yang pro Palestina karena Erdogan yang memiliki karakteristik pemimpin yang cinta damai. Adanya upaya Endorgan dalam memimpin Republik Turki untuk melanjutkan kebijakan Zero Enemy dengan seluruh negara dunia menurut prinsip Sufisme yang cinta damai. Erdogan mengupayakan ideologi ini sebagai dasar terciptanya keamanan, ketentraman dan toleransi beragama. Selama masa pemerintahan Erdogan, mengingatkan kembali pada Mustafa Kemal (Ataturk). Pada tahun 1920, Ataturk melancarkan gelombang reformasi Turki untuk menyamakan Turki dengan Eropa. Ataturk berpendapat bahwa kedaulatan Turki di atas segalanya. Sama

halnya dengan Erdogan yang memberikan pemikiran tegas bahwa “Turki Jalan


(45)

39

untuk memiliki jiwa merdeka dan menyakini bahwa kepentingan Turki ditentukan oleh masyarakat Turki sendiri25.

Berdasarkan teori dalam psikologi politik gaya (karakteristik) kepemimpinan Erdogan termasuk independen aktif dimana fokus perhatian pada memelihara kemampuan dan kemerdekaan yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan pemerintahan, di dunia yang dipersepsikan terus menerus-menerus mencoba membatasi keduanya26. Ketika Turki menjadi negeri berpenduduk muslim di Eropa dan “dibatasi” ketika berusaha menjadi anggota Uni Eropa. Turki menentang batas-batas tersebut dan memilih untuk fokus pada perbaikan dalam negeri seperti pendidikan, transportasi udara serta ekonomi yang menjadikan Turki tampil sebagai negara yang kuat, penting dan sejajar dengan negara-negara Eropa lainnya27.

Konflik-konflik regional di wilayah negara-negara Timur Tengah pun menjadi hal yang sangat menarik, selain sulitnya menemukan titik temu perdamaian, tetapi juga adanya keterlibatan dari negara-negara di luar wilayah Timur Tengah, terutama Amerika Serikat dan Uni Soviet. Setelah Perang Dingin Usai, Amerika Serikat semakin memantapkan hegemoninya dikawasan Timur Tengah, baik secara ekonomi, politik, maupun militer. Amerika memanjakan beberpa negara Timur Tengah dengan berbagai fasilitas, dan teknologi canggih yang dimilikinya, sehinnga mereka seolah-olah tidak punya

25

http://www.kompasiana.com/deangga/gaya-kepemimpinan-erdogan-dalam-psikologi-politik_567bee0b369773e914ddd27b., diakses 21 November 2016.

26

Hermann, Margaret G., Thomas Preston, dan Michael Young, 1996, Who Leads Can Matter in Foreign Policimaking : A Framework for Leadership Analysis. Paper Presented at the The Annual of the Intenational Studies Association, Sann Diego, 16-20.

27 Idem


(46)

40

kekuatan untuk melawan Amerika dengan adanya ketergantungan yang tinggi terhadap negara adidaya tersebut. Terbukti bahwa tidak sedikit negara-negara Arab yang menjadi sekutunya, bahkan mungkin hanya sebagian kecil saja yang kontra terhadap Amerika. Berbicara mengenai permasalahan di Timur Tengah, itu hanya sebagian kecil saja dari permasalahan yang ada, masih banyak permasalahan-permasalahan unik lainnya, termasuk ketegangan atau bahkan konflik diantara negara-negara Timur Tengah lainnya. Dan hal yang menarik adalah yang akhir-akhir ini terjadi antara Turki dan Israel. Hubungan kedua negara Timur Tengah ini mulai renggang seiring berjalannya waktu, terutama dalam bidang militer. Padahal selama ini hubungan antar keduanya berjalan cukup baik, terlebih lagi banyak kesamaan yang dimiliki28.

Turki dikenal memiliki sejarah yang panjang mengenai keterlibatan dalam dunia politik internasional. Hal tersebut disebabkan wilayah Turki berada sangat strategis dalam percaturan politik dunia. Karena mengingat Turki pernah menjadi pusat pemerintahan yang besar seperti Kerajaan Romawi di Konstatinopel (Istanbul) dan juga Kerajaan Seljuk yang berpusat di wilayah Konya. Kemudian disusul dengan pemerintahan Republik Turki yang sangat modern dibandingkan dengan negara Arab lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika Napoleon Bonaparte pernah berkata “jika dunia ini adalah sebuah negara maka Konstatinopel (Istanbul) adalah ibukotanya. Perubahan model pemerintahan dari Kesultanan Utsmani menjadi Republik Turki yang berhaluan sekuler di kawasan Timur Tengah. Menjadikan negara ini selalu

28 Israel Cemas Atas Perubahan Kepemimpinan Militer Turki”, dalam


(47)

41

merasa berhaluan Eropa daripada Asia, di antara negara-negara Arab lainnya. Sehingga tidak mengherankan, bahwa Turki sangat berkeinginan menjadi anggota Uni Eropa. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa ide sekuler telah membawa negara ini menuju kemodernan layaknya negara-negara di Benua Biru lainnya. Politik luar negeri Turki yang moderat dengan mengusung ide-ide republik membawa pengaruh hubungan yang cukup besar kepada negara-negara di kawasanTimur Tengah dan Eropa.

Sebagai kekuatan politik yang terus mengalami kebangkitan, Turki tidak ragu-ragu lagi untuk menempatkan dirinya di tengah kontroversi besar. Turki adalah pemain besar dalam penciptaan perdamaian Palestina dan telah menengahi pembicaraan tidak langsung antara Suriah dan Israel. Selain itu, Turki juga berperan aktif ikut mengupayakan mediasi dalam mengatasi krisis nuklir Iran, dan Ankara mendukung armada yang baru-baru ini mencoba untuk memecahkan blokade Israel di Gaza yang secara langsung kesemuanya ikut menaikkan posisi tawar menawar Turki di antara negara-negara dunia. Kebijakan baru AKP yang condong ke Timur Tengah berpijak dari rasa percaya diri tadi. Ketika PM Recep Tayyip Erdogan secara terbuka mengecam Israel, dia sejatinya tengah memalingkan perhatiannya kepada pasar Arab. Sebuah analisis sederhana menyebutkan bahwa AKP dapat berpaling dengan cepat dari IMF karena milyaran dollar investasi Arab mengalir ke Turki. Pernyataan keras AKP selama insiden Gaza flotilla adalah bagian yang dapat digambarkan sebagai kebangkitan neo Usmanisme.


(48)

42

Bangkitnya kelas politik-ekonomi baru ini dimotivasi oleh nilai-nilai tradisionalisme Islam dan kehausan mereka atas pasar-pasar baru. Raja Salman yang kini menjadi pemimpin terpopuler di Arab dan dunia Islam – mendampingi popularitas pemimpin Turki Erdogan – membentuk dua poros kebijakan yang memaksa membentuk peta jalan baru dalam dinamika politik dan sosial di Timur Tengah. Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan secara terbuka mengeritik kebijakan Israel dan mendapat simpati dari dunia Arab. Sejak serangan militer Israel ke Jalur Gaza tahun 2008 dan 2009, Turki memang mulai menjauhkan diri dari Israel. Turki ingin menjadi kekuatan regional yang lebih mandiri.

B. Strategi Al-Amiq Al-Istiraji

Masa depan politik luar negeri Turki di Era Kepemimpinan Erdogan berkaitan dengan Turki yang dikenal memiliki sejarah yang panjang mengenai keterlibatan dalam dunia politik internasional. Hal tersebut disebabkan wilayah Turki berada sangat strategis dalam percaturan politik dunia. Karena mengingat Turki pernah menjadi pusat pemerintahan yang besar seperti Kerajaan Romawi di Konstatinopel (Istanbul) dan juga Kerajaan Seljuk yang berpusat di wilayah Konya. Kemudian disusul dengan pemerintahan Republik Turki yang sangat modern dibandingkan dengan negara Arab lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika Napoleon Bonaparte pernah berkata “jika dunia ini adalah sebuah negara maka Konstatinopel (Istanbul) adalah ibukotanya.


(49)

43

Perubahan politik luar negeri Turki dari pro Israel kepada politik luar negeri Turki yang pro Palestina disebabkan oleh persepsi atau pandangan politik luar negeri Turki di Timur Tengah berubah saat di bawah kepemimpinan Erdogan. Di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki mencetuskan strategi yang dikenal sebagai Al-Amq Al-Istratijii (strategi politik intensif). Dimana politik ini menekankan kepada politik yang berpijak dari kondisi geostrategis Turki. Strategi Al-Amq Al-Istratijii atau strategi politik intensif merupakan strategi politik yang menekankan kepada politik yang berpijak dari kondisi geostrategis Turki dan sejarahnya yang panjang serta kebudayaan yang mendorong Turki menempati posisi strategis dalam panggung politik internasional, terutama di Timur Tengah. Dengan demikian, itulah strategi politik Turki yang baru, yaitu menjamin keselamatan dan keamanan nasional Turki tanpa melalui pembatasan dan pengisolasian diri, melainkan melainkan memiliki persepsi terhadap keterbukaan dan menerapkan politik soft power kepada negara tetangga. Perubahan orientasi kebijakan Luar Negeri Turki pada Barat mulai terlihat ketika beberapa kali Turki terlibat konflik dengan salah satu sekutu Barat yang berada di Timur Tengah, yaitu Israel. Negara Israel yang notabenenya adalah mitra Turki di Timur Tengah mulai terganggu kepentingannya ketika Turki ikut campur dalam konflik Palestina-Israel29.

Kondisi geostrategis dalam Al-Amq Al-Istratijii Turki untuk perubahan politik luar negeri Turki dari pro Israel kepada politik luar negeri Turki yang

29


(50)

44

pro Palestina karena adanya perubahan orientasi politik luar negeri Turki yang dibagi menjadi domestik dan internasional. Keduanya diukur melalui mekanisme teori preferensi negara dengan menggunakan polar internal dan polar eksternal. Tingkat tinggi atau tidaknya sentralitas polar ini kemudian akan mengindikasikan distribusi kekuatan dalam lingkungan eksternal maupun internal Turki, semakin tinggi tingkat sentralitasnya, maka semakin terpusatnya suatu kekuatan dalam lingkungan tersebut, dan sebaliknya. Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku negara-negara maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara30.

Strategi politik intensif (Al-Amq Al-Istratijii) juga mempengaruhi pola hubungan atau interaksi ini yang dapat berupa kerjasama, persaingan, dan pertentangan. Tentu yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-pola kerjasama. Jadi masalahnya adalah bagaimana memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan. konflik (pertentangan) dan juga kompetisi (persaingan) merupakan hal-hal yang tidak mudah terhindarkan dalam interaksi hubungan internasional, meskipun awalnya terbentuk baik dalam suatu kerjasama sekalipun, tetapi jika salah satu pihak sudah merasakan adanya tekanan ataupun ancaman bagi dirinya, maka tidak menutup kemungkinan pertentangan itupun akan muncul.

30


(51)

45

Strategi politik intensif (Al-Amq Al-Istratijii) juga mempengaruhi Masa depan politik luar negeri Turki di Era Kepemimpinan Erdogan yang sebelumnya Pro Israel Menjadi Pro Palestina ini dilandasi perubahan model pemerintahan dari Kesultanan Utsmani menjadi Republik Turki yang berhaluan sekuler di kawasan Timur Tengah. Menjadikan negara ini selalu merasa berhaluan Eropa daripada Asia, di antara negara-negara Arab lainnya. Sehingga tidak mengherankan, bahwa Turki sangat berkeinginan menjadi anggota Uni Eropa. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa ide sekuler telah membawa negara ini menuju kemodernan layaknya negara-negara di Benua Biru lainnya. Politik luar negeri Turki yang moderat dengan mengusung ide-ide republic membawa pengaruh hubungan yang cukup besar kepada negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Eropa31.

Melalui strategi politik intensif (Al-Amq Al-Istratijii) dengan kekuatan politik yang terus mengalami kebangkitan, Turki tidak ragu-ragu lagi untuk menempatkan dirinya di tengah kontroversi besar. Turki adalah pemain besar dalam penciptaan perdamaian Arab Saudi dan Israel dan telah menengahi pembicaraan tidak langsung antara Suriah dan Israel. Selain itu, Turki juga berperan aktif ikut mengupayakan mediasi dalam mengatasi krisis nuklir Iran, dan Ankara mendukung armada yang baru-baru ini mencoba untuk memecahkan blokade Israel di Gaza yang secara langsung kesemuanya ikut menaikkan posisi tawar menawar Turki di antara negara-negara dunia. Kebijakan baru AKP yang condong ke Timur Tengah berpijak dari rasa

31


(52)

46

percaya diri tadi. Ketika PM Recep Tayyip Erdogan secara terbuka mengecam Israel, dia sejatinya tengah memalingkan perhatiannya kepada pasar Arab.

Sebuah analisis sederhana menyebutkan bahwa AKP dapat berpaling dengan cepat dari IMF karena milyaran dollar investasi Arab mengalir ke Turki. Pernyataan keras AKP selama insiden Gaza flotilla adalah bagian yang dapat digambarkan sebagai kebangkitan neo Usmanisme. Bangkitnya kelas politik-ekonomi baru ini dimotivasi oleh nilai-nilai tradisionalisme Islam dan kehausan mereka atas pasar-pasar baru. Raja Salman yang kini menjadi pemimpin terpopuler di Arab dan dunia Islam mendampingi popularitas pemimpin Turki Erdogan membentuk dua poros kebijakan yang memaksa membentuk peta jalan baru dalam dinamika politik dan sosial di Timur Tengah. Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan secara terbuka mengeritik kebijakan Israel dan mendapat simpati dari dunia Arab. Sejak serangan militer Israel ke Jalur Gaza tahun 2008 dan 2009, Turki memang mulai menjauhkan diri dari Israel. Turki ingin menjadi kekuatan regional yang lebih mandiri.

Akan tetapi masa depan politik luar negeri Turki yang sebelumnya Pro Israel Menjadi Pro Palestina dalam diplomasi Timur Tengah, hubungan Turki dengan Israel akan dipisahkan dari hubungannya dengan Dunia Arab. Meskipun Turki menentang pembagian wilayah Palestina, akan tetapi tidak pernah menunjukkan permusuhan dengan negara Israel. Bahkab ia merupakan negara pertama di Timur Tengah yang memberikan pengakuan diplomatik kepada negara Yahudi tersebut. Pertimbangan agama tidak merusak hubungan persahabatan pada umumnya karena Turki sendiri mempunyai kebijakan


(53)

47

sekuler. Bahkan memiliki beberapa kesamaan denggan Israel. Perbedaan utamanya ialah bahwa Turki dengan tegas berada di pihak dunia bebas dalam persaingan Timur-Barat, sementara Israel masih hati-hati menentukan sikapnya untuk memilih salah satu dari dua blok tersebut. Hubungan Turki-Israel Maret 1949. Kerjasama diplomatik antara Turki dan Turki-Israel diberi prioritas tinggi oleh pemerintah kedua negara, yang berbagai keprihatinan sehubungan dengan ketidakstabilan regional di Timur Tengah.

Setidaknya dari tahun 2002-2010 Turki pada masa kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan dan partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi/Justice and Development Party/Partai Keadilan dan Pembangunan) yang dipimpinnya telah membawa perubahan luar biasa pada Turki, terutama sekali dalam percaturan hubungan internasional (politik Luar Negeri). Turki mampu merumuskan sebuah kebijakan luar negeri yang komprehensif, tidak terdikotomi dalam polar kekuatan dunia dan menekankan pada aspek soft power (kekuatan ekonomi-politik dan kebudayaan/pengetahuan).32

Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki menganggap bahwa Islam adalah ancaman bagi Barat. Huntington menganggap bahwa kompetisi dan konflik yang sebelumnya didasari kepada konflik Ideologi (liberalisme versus komunisme) akan digantikan dengan konflik antarperadaban (dalam konteks Turki adalah peradaban Islam versus peradaban Barat). Bahwa Turki berada dalam "masyarakat yang berada di ujung tanduk". Yaitu, Turki sekarang terbagi kedalam para elit politik yang condong kepada Barat (Uni Eropa) dan

32 Muhammad Dudi Hari Saputra, PM Turki Erdogan; dari Messiah menjadi Phariah, (Yogyakarta:


(1)

71 BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan ini merupakan dari penelitian mengenai “Politik Luar Negeri Turki terhadap Konflik Israel-Palestina di Era Kepemimpinan Erdogan”. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan akan diuraikan sebagai berikut:

Perubahan politik luar negeri Turki dari pro Israel kepada politik luar negeri Turki yang pro Palestina karena Erdogan yang memiliki karakteristik pemimpin yang cinta damai. Adanya upaya Endorgan dalam memimpin Republik Turki untuk melanjutkan kebijakan Zero Enemy dengan seluruh negara dunia menurut prinsip Sufisme yang cinta damai. Erdogan mengupayakan ideologi ini sebagai dasar terciptanya keamanan, ketentraman dan toleransi beragama.

Perubahan politik luar negeri Turki dari pro Israel kepada politik luar negeri Turki yang pro Palestina disebabkan oleh persepsi atau pandangan politik luar negeri Turki di Timur Tengah berubah saat di bawah kepemimpinan Erdogan. Di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki mencetuskan strategi yang dikenal sebagai Al-Amq Al-Istratijii (strategi politik intensif). Dimana politik ini menekankan kepada politik yang berpijak dari kondisi geostrategis Turki dan karena adanya perubahan orientasi politik luar negeri Turki yang dibagi menjadi domestik dan internasional. Masa depan politik luar negeri Turki di Era Kepemimpinan Erdogan berkaitan dengan Turki yang dikenal memiliki sejarah yang panjang mengenai keterlibatan dalam dunia politik internasional. Hal tersebut disebabkan wilayah Turki berada sangat strategis dalam percaturan


(2)

72

politik dunia. Masa depan politik luar negeri Turki di Era Kepemimpinan Erdogan yang sebelumnya Pro Israel Menjadi Pro Palestina ini dilandasi perubahan model pemerintahan dari Kesultanan Utsmani menjadi Republik Turki yang berhaluan sekuler di kawasan Timur Tengah. Menjadikan negara ini selalu merasa berhaluan Eropa daripada Asia, di antara negara-negara Arab lainnya. Sehingga tidak mengherankan, bahwa Turki sangat berkeinginan menjadi anggota Uni Eropa. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa ide sekuler telah membawa negara ini menuju kemodernan layaknya negara-negara di Benua Biru lainnya. Politik luar negeri Turki yang moderat dengan mengusung ide-ide republik membawa pengaruh hubungan yang cukup besar kepada negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Eropa.

Sebagai kekuatan politik yang terus mengalami kebangkitan, Turki tidak ragu-ragu lagi untuk menempatkan dirinya di tengah kontroversi besar. Turki adalah pemain besar dalam penciptaan perdamaian Arab Saudi dan Israel dan telah menengahi pembicaraan tidak langsung antara Suriah dan Israel. Selain itu, Turki juga berperan aktif ikut mengupayakan mediasi dalam mengatasi krisis nuklir Iran, dan Ankara. Dari tahun 2002-2010 Turki pada masa kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan dan partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi/Justice and Development Party/Partai Keadilan dan Pembangunan) yang dipimpinnya telah membawa perubahan luar biasa pada Turki, terutama sekali dalam percaturan hubungan internasional (politik Luar Negeri). Turki mampu merumuskan sebuah kebijakan luar negeri yang komprehensif, tidak terdikotomi dalam polar kekuatan


(3)

73

dunia dan menekankan pada aspek soft power (kekuatan ekonomi-politik dan kebudayaan/pengetahuan).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Dzakirin. 2012. Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenagkan Pemilu. Solo: EraIntermedia.

Amalia, Putri H,2012. Kebijakan Turki Memutuskan Kerjasama Militer dengan Israel Tahun 2010. Jurnal Transnasional, Vol 3. No.2.

Demidenko, N.; Taska G.; Kennedy N.; & Bissada H. 2011. The Mediating Role of Self Concept in The Relationship between Attachment Insecurity and Identity Differentiation among Women with An Eating Disorder. Journal of Social and Clinical Psychology. December 2010; 29 (10): 1131 – 1152 Gregory, Richard. 1987. "Perception" in Gregory, Zangwill.

Gulbahar Yelken Aktas, 2010. “Turkis Foreign Policy: New Concept and Reflection”, Tesis Graduate. School of Social Science, Middle East Technical University.

Heri Cahyadi, 2012. “Agresivitasi Turki Middle Eastern Regional secUsity Complex Periode AKP 2002-2011: Tantangan Turki terhadap konsep insulator, Tesis Magister, jurusan HUbungan Internasional universitas Indonesia, Jakarta.

Hermann, Margaret G., Thomas Preston, dan Michael Young, 1996, Who Leads Can Matter in Foreign Policimaking : A Framework for Leadership Analysis. Paper Presented at the The Annual of the Intenational Studies Association, Sann Diego, 16-20.

Hugh, Pope. 2010. Pax Ottomana The Mixed Succes of Turkeys New Foreign Policy. Journal. Vol 89 No. 6. Council on Foreign Relation.

Jenny, White dalam Ahmad Dzakirin.2012. Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu. Solo: Era Intermedia.

Jack C. Plano dan Roy Olton, 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung : Abardin.

James N. Rosenau, Gavin Boyd, dan Kenneth W. Thompson, 1976. World Politics : An Introduction, New York : The Free Press.

Muhammad Dudi Hari Saputra. 2015. PM Turki Erdogan; dari Messiah menjadi Phariah. Yogyakarta: IRIB Indonesia.


(5)

Nathalie, Tocci, 2012. “Turkey and The Arab Spring, Implications for Tuskish Foreign Policy from Transatlantic Perpective,” Mediterranean Paper Series 2011. The German Marshall Fund of The United States – Instituto Affari Internazionali.

Nucchterlain, Donald. E, 1979, National New Aproach, Orbis. Vol. 23. No. 1, Spring.

Riyadiningsih, Hening. & Pujiastuti, Ratna. 2006. Kondisi Psikologis dan Karakteristik Pribadi Tipe Kepemimpinan Efektif (Penelitian atas Biaya Dikti).

Ruslani dan Toto Suparto. 2010. Obama Dibalik Aksi Yahudi. Yogyakarta: Galang Press.

. 2010. Obama Dibalik Aksi Yahudi.

Sasley, Brent, 1998, A Structural Reinterpretation of Power in the Middle East: Explanations and implications of the Evolving Military Relationship Between Turkey and Israel, Journal. Ottawa, Department of Political Studies University of Manitoba.

Schacter, Daniel. 2011. Psychology. Worth Publishers.

Tarik, Oguzlu. 2012.“Turkey’s Eroding Commitment to NATO: From Indentity to Interest,” The Washington Quarterly, Center for Strategic and International Studies, Summer. hal 153-164.

Tiara Sarah Putri Sumantri, 2012, Demokrasi Turki: Hubungan Sipil-Militer Tahun 2003-2011, Jakarta: Universitas Indonesia.

Valerie M. Hudson. 2005. Foreign Policy Analysis: Actor-Specific Theory and the Ground of International Relations. International Studies Association. (Blackwell Publishing, 350 Main Street, Malden, MA 02148, USA, and 9600 Garsington Road, Oxford OX4 2DQ, UK).

. 1995. FPA Yesterday, Today and Tomorrow. Mershon Internasional Studies Review. Vol. 39 Issue2.

Viotti, Paul. R. dan Mark V. Kauppi, 1999, International Relations Teory: Realism, Pluralism, Globalism and Beyond, Allyn and Bacon, Boston. Ziya, Onis, 2012.“Turkey and the Arab Spring : Between Ethics and Self


(6)

http://www.kompasiana.com/deangga/gaya-kepemimpinan-erdogan-dalam-psikologi-politik_567bee0b369773e914ddd27

https://es.scribd.com/.../Kebijakan-Turki-Memutuskan-Kerjasam

http://www.mirajnews.com/id/dukungan-palestina-terhadap-kemerdekaan-ri/81753.

https://saripedia.wordpress.com/tag/palestina-menjadi-anggota-pbb/.

http://www.pasbana.com/2016/07/kapal-bantuan-turki-berangkat-ke-gaza.html. http://islamedia.id/alhamdulillah-50-truk-bantuan-turki-sampai-di-gaza-palestina/. www.academia.edu/.../Kebijakan_Turki_Memutus_Kerja

“Israel Cemas Atas Perubahan Kepemimpinan Militer Turki”, dalam http://www.islamiccentretangsel.com

Turki Dulu, Kini, dan Israel-Turki di Masa Mendatang” dalam http://m.suaramerdeka.com.