PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Semarang)
THE INFLUENCE OF PERSONAL CHARACTERISTICS AND ENVIRONMENTAL FACTORS ON ACCEPTANCE OF
DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR
(Empirical Study on Accounting Public Office in Yogyakarta and Semarang)
Disusun Oleh : KARTIKA PRIBADI
20130420204
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PENERIMAAN
PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Semarang)
THE INFLUENCE OF PERSONAL CHARACTERISTICS AND ENVIRONMENTAL FACTORS ON ACCEPTANCE OF
DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR
(Empirical Study on Accounting Public Office in Yogyakarta and Semarang)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : KARTIKA PRIBADI
20130420204
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
Nama : Kartika Pribadi Nomor Mahasiswa : 20130420204
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “PENGARUH
KARAKTERISTIK PERSONAL DAN FAKTOR LINGKUNGAN
TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR”
Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 26 Desember 2016
(4)
MOTTO
“Barang siapa yang melakukan perbuatan baik, ia akan mendapatkan pahala (dalam perbuatan itu) dan pahala orang yang menirunya tidak di kurangi pahalanya sedikitpun. Dan barang siapa yang melakukan perbuatan yang jelek, ia akan menanggung dosa dan orang-orang yang menirunya dengan tidak di kurangi
dosanya sedikitpun” (HR. Imam Muslim)
“Apa gunanya ilmu kalau tidak memperluas jiwa seseorang sehingga ia berlaku
seperti samudera yang menampung sampah-sampah. Apa gunanya kepandaian kalau tidak memperbesar kepribadian seseorang sehingga ia makin sanggup
memahami orang lain?” (Emha Ainun Nadjib)
“Be the best that you can be for yourself, not for the world, even if they’re
watching. You are more worthy of impressing yourself than anyone else” (Najwa Zebian)
“Having a place to go – is a home. Having someone to love – is a family. Having both – is a blessing” (Donna Hedges)
“Bahagiaku adalah bahagianya kedua orangtuaku”
(Kartika Pribadi)
SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK : Kedua Orang Tuaku, Kakakku dan Adikku
(5)
1. Kedua orang tua tercinta : Bapak Parwinto dan Ibu Enung Rumanah. Terima kasih yang begitu besar ku ucapkan untuk semua dukungan yang telah diberikan, baik dukungan moral maupun materi. Terima kasih untuk kasih sayang dan doa yang tidak pernah putus untukku. Terima kasih karena selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku. Thank you for being the best parents for me. Mama, Papa, akhirnya Tika lulus!
2. Kakakku, Arif Pribadi. Terima kasih sudah membantu menjaga papa dan mama selama aku di Jogja. Terima kasih untuk setiap perhatian kecil yang tidak pernah bisa ditunjukkan secara langsung. Thank you for being the best brother for me ya bang!
3. Adikku, Rizki Pribadi. You’re the best sister ever! Terima kasih sudah banyak sabar menghadapi aku. Terima kasih sudah menjadi adik sekaligus kakak buatku. Terima kasih sudah mengurus aku selama di jogja dan terima kasih juga untuk perhatiannya. Temen berantem, temen curhat, temen ngomel, temen jalan & jajan. Thank you for being the best sister for me ya nyong! 4. Keluarga besarku, keluarga di Bandung dan keluarga di Klaten. Terima kasih
untuk doa, dukungan dan juga perhatian yang telah diberikan untukku
5. Sahabat seperjuangan sebagai anak kost, sahabat seperjuangan sebagai anak rantau, GADINGERS. Winday, Kyusaeng, Mami, Rere, On-on, Mitek, Azkia, Moza, Kinyong. Terima kasih sudah memberi banyak cerita selama aku di
(6)
Jogja. Kalian sahabat sekaligus keluarga buatku. Terima kasih buat segala perhatian dan pengertiannya yang luar biasa. Terima kasih sudah menerimaku dan membuat hari-hariku di Jogja menjadi tidak membosankan. Berangkat kuliah ketemunya kalian, mau tidur ketemunya kalian juga. Terima kasih sudah menjadi bagian dari sejarah hidupku. Aku sayang kalian
6. Sahabat seperjuangan selama kuliah, SULBI. Intan, Tim, Pungki, Reni, Izza. Sahabat dari awal semester sampai akhirnya 4 dari 6 bisa lulus bareng. Terima kasih sudah memberikan banyak motivasi buatku. Terima kasih sudah menerima kurang dan lebihku sebagai satu-satunya anak jawa barat diantara kita berenam. Aku bangga dan bersyukur bisa punya sahabat seperti kalian yang bisa saling pengertian, saling dukung, saling nyemangatin. Sukses terus buat kita semua. Aku sayang kalian
7. Keluarga baruku, teman-teman KKN 20. Difari, Dara, Ratna, Ade, Reni, Dio, Ilham, Candra, Muti, Farin, Izza, Ghina, Isti, Rocky. Kita berhasil bikin kelompok KKN lain iri sama kompaknya kita ya guys. Terima kasih ya sudah menjadi teman baru yang begitu menyenangkan. Salam ceria untuk teman-teman KKN 20. Aku sayang kalian
8. Kedua sahabat laki-lakiku, Haerul dan Priyo. Terima kasih untuk doa, semangat dan juga perhatiannya. Semangat terus buat kalian
9. Mahluk ter-absurd yang suka curhat, Isfan Pratama. Terima kasih sudah menjadi teman yang menyebalkan sekaligus menyenangkan. Terima kasih bisa jadi teman debat yang asik. Semoga cita-citamu yang selalu minta untuk didoain bisa terwujud ya, Ram!
(7)
Jogja. Big love buat kalian
11.Sahabat dari SMP, Nabilla Firdaus (Dausule). Terima kasih untuk doa dan semangat yang diberikan buatku. I still remember the time when i realized that you really care about me. Thank you and i love you, Dausule
12.Sahabat-sahabat yang terpisah jarak Bogor-Bekasi-Jogja, Putri, Ijat, Fajar, dan SQUTERS. Terima kasih untuk doa dan dukungannya untukku. Semangat dan sukses buat kita semua. Aku sayang kalian
13.Teman-teman satu bimbingan (Audit Squad). Bernanda, Olan, Ela, Isti, Azkia, terima kasih sudah banyak membantu selama proses penyusunan skripsi 14.Teman-teman Akuntansi UMY 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terima kasih juga untuk semangat yang diberikan untukku. Senang bisa mengenal kalian. Sukses untuk kita semua
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL DAN FAKTOR
LINGKUNGAN TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU
DISFUNGSIONAL AUDITOR”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Selama proses penyelesaian skripsi ini peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan dukungan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Allah SWT yang tidak pernah berhenti untuk memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
2. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE. MSi., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Bapak Rudy Suryanto, S.E., M.Acc., Akt., CA. selaku Dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses penyelesaian skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
4. Seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.
(9)
6. Kakak dan Adikku yang selalu memberi dukungan dengan caranya masing-masing
7. Seluruh teman-teman, SULBI, Kost Kelapa Gading, teman-teman KKN 20, dan sahabat-sahabat yang lainnya. Terima kasih telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu dan juga menyelesaikan skripsi ini
8. Semua keluarga besar yang telah mendukung dan mendoakan
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, pendapat dan kritik yang membangun demi penulisan yang lebih baik di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
Yogyakarta, 26 Desember 2016 Penulis
(10)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
HALAMAN PERNYATAAN ………. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... v
INTISARI ……… ix
ABSTRAK ………... x
KATA PENGANTAR ………. xi
DAFTAR ISI ………... xiii
DAFTAR TABEL ……….... xvii
DAFTAR GAMBAR ………... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xix
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1
B. Batasan Masalah ………. 7
C. Rumusan Masalah ……….. 7
D. Tujuan Penelitian ……… 8
E. Manfaat Penelitian ……….. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 10
A. Landasan Teori ………... 10
1. Teori Atribusi ……… 10
(11)
6. Time Budget Pressure………... 15
B. Pengembangan Hipotesis ……… 16
C. Model Penelitian ………. 23
BAB III METODE PENELITIAN ………... 24
A. Subyek Penelitian ………24
B. Jenis Data ……….... 24
C. Teknik Pengambilan Sampel ……….. 24
D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 25
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... 26
1. Variabel Dependen ………26
2. Variabel Independen ………. 26
F. Uji Kualitas Data ………. 29
1. Uji Validitas ……….. 29
2. Uji Reliabilitas ……….. 30
G. Uji Asumsi Klasik ………... 29
1. Uji Normalitas ………... 31
2. Uji Multikolinearitas ………. 31
3. Uji Heteroskedastisitas ………..31
H. Uji Hipotesis dan Analisis Data ……….. 32
(12)
2. Analisis Regresi Berganda ……… 32
3. Uji Determinasi (Adjusted R2 ) ………. 33
4. Uji Nilai F ………... 33
5. Uji Nilai t ……….. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 35
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……… 35
B. Uji Kualitas Data ………. 39
1. Uji Validitas ……….. 39
2. Uji Reliabilitas ……….. 42
C. Uji Asumsi Klasik ………... 44
1. Uji Normalitas ………... 44
2. Uji Multikoliniearitas ……….... 45
3. Uji Heteroskedastisitas ………..46
D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ……….. 47
1. Analisis Statistik Deskriptif ……….. 47
2. Analisis Regresi Berganda ……… 49
3. Uji Determinasi (Adjusted R2) ……….. 50
4. Uji Nilai F ………... 51
5. Uji Nilai t ……….. 52
E. Pembahasan ………. 54
1. Pengaruh Locus of Control terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor ………... 55
(13)
Disfungsional Auditor ………... 57
4. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktuterhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor ……… 58
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ……….. 60
A. Simpulan ………. 60
B. Keterbatasan ……… 60
C. Saran ………... 61
DAFTAR PUSTAKA ………... 63
(14)
DAFTAR TABEL
4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ……….. 34
4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 35
4.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………….. 36
4.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ………... 37
4.5 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jabatan ……….. 37
4.6 Hasil Uji Validitas Locus of Control……….. 38
4.7 Hasil Uji Validitas Keinginan Berhenti Bekerja ……… 39
4.8 Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor ……… 40
4.9 Hasil Uji Validitas Tekanan Anggaran Waktu ……….. 40
4.10 Hasil Uji Validitas Perilaku Disfungsional Auditor ……….. 41
4.11 Hasil Uji Reliabilitas ……….. 42
4.12 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test………….. 43
4.13 Hasil Uji Multikolinearitas ………. 44
4.14 Hasil Uji Heteroskidastisitas ……….. 45
4.15 Deskripsi Statistik Data Penelitian ………. 46
4.16 Hasil Uji Regresi Berganda ……… 48
4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi ……… 49
4.18 Hasil Uji F ……….. 50
4.19 Hasil Uji t ………... 51
(15)
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Kuesioner Penelitian ……… 66
Lampiran 2 Daftar Kantor Akuntan Publik ………. 73
Lampiran 3 Data Jawaban Responden ………. 81
Lampiran 4 Statistik Deskriptif ……… 86
Lampiran 5 Uji Kualitas Data ……….. 87
Lampiran 6 Regresi Linear Berganda ……….. 92
(17)
?}re{BdEoA rle{l srusrg u?p rluouo{g
Ifn8ued
wrl effiEuy
rfn8ue4 unl eloEEuyIS'W "A'S 'uspu?^ms IIUE
+t(
Irsp Irlprel EueA
9I0Z reqmese( 6I lu88url ?uer1e,ffi oa qe,,(rpeurueqnhl ssllsJe^Iull
spslg uep nuouo{g su1lrupd rsuqmrv rpryg uu6or4 rfn8ue4Ire,lroq
uedsp rp ue>lqesrg uup rrs{wqeuodlq qelet 1ul }sdlqs t0z0zv0iw(,
I(IYflTUd
YXIIUY}I
qe16 ue>pfe1q
(Euonuag puo o1rot1offlotr ul aagffg cilqnd talrunoccy uo fpws Toctrtldutg) trOAYHflg JIONY
TYN OIJJN N.{ S,JO,{ O IIJNYTd
g)
JY N OStrOJJYI
TVTN gWNOtrUNg
{NY S)IJSTUuJ)YtrYH)
TYNOSUT{ .{O trJNflNT.{NI flHJ (Euuruueg rrep BusrIBIEoa ;p{[qnd ur]un{y
ro}usy epud slrrdugpnls)
UOIIOOY TYNOISCNN.{SI(
OXYTIUtrd
IIYYfiIUf,Ntrd
dYOYHUtrJ,NVgNnXeNIT
uoJ,xvf, NY(I TvNosutrd
xIIstu[IxYuYx
HltuvcNtrd
ISdIDTS{i
lfn8ue4 urII €nle)(18)
x
ABSTRACT
The aim of this research is to examine the effect of auditor's personal characteristics and environmental factors on acceptance of dysfunctional audit behavior. Personal characteristics in this research were determined by the locus of control, turnover intention, and auditor performance. While environmental factors were determined by time budget pressures that faced by auditors. The subjects of the research is external auditors who work in public accounting firm in Yogyakarta and Semarang. The sampling technique using a convenience sampling. Data were obtained from the questionnaire (primary) were distributed to 65 respondents and as many as 55 questionnaires can be processed and tested. Analysis techniques in this research using SPSS version 22.
The results showed that the variables turnover intention and time budget pressure have a positive relationship to the auditor's acceptance of dysfunctional audit behavior, while the variables locus of control and auditor performance does not related to dysfunctional audit behavior
Keywords : Locus of control, Turnover Intention,, Auditor performance, Time Budget Pressure, Dysfunctional Audit Behavior
(19)
1
A. Latar Belakang
Banyaknya kasus skandal keuangan yang melibatkan jasa auditor telah berhasil membuat profesi auditor menjadi sorotan selama beberapa tahun terakhir. Profesi auditor mulai menjadi sorotan semenjak terjadinya kasus manipulasi keuangan yang dilakukan oleh Enron dan Worldcom pada tahun 2000 dan 2001. Kasus skandal keuangan yang terjadi pada Enron merupakan kasus yang mencerminkan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang auditor, dimana auditor dari KAP Arthur Andersen justru memiliki keterlibatan yang kuat dalam melakukan manipulasi laporan keuangan Enron. Laporan keuangan Enron yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen menjadi bukti kebohongan publik yang merusak citra akuntan publik (Dewi dan Wirasedana, 2015).
Kasus skandal keuangan juga pernah terjadi di Indonesia, salah satunya yaitu pada PT Kimia Farma. Dalam kasus tersebut PT Kimia Farma melakukan mark up atau penggelembungan pada daftar harga persediaannya dan juga adanya pencatatan ganda pada penjualan. Dalam kasus tersebut, kesalahan auditor yakni terlambat menyadari dan juga melaporkan adanya ketidakberesan dalam laporan keuangan yang dimiliki perusahaan meskipun auditor telah menerapkan prosedur yang ada (Nasution, 2012). Kasus-kasus skandal keuangan tersebut akhirnya berdampak pada turunnya tingkat
(20)
2
kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Berdasarkan beberapa kasus skandal keuangan yang pernah terjadi, dapat dicermati bahwa suatu kantor akuntan publik (KAP) ternyata memerlukan individu-individu yang memiliki sikap etis dan professional dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.
Dalam hal ini, auditor merupakan sumber daya manusia yang menjadi faktor penting dalam menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Sikap etis dan professional dari seorang auditor dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal yang dimiliki. Menurut Hadi dan Nirwanasari (2014), karakteristik personal auditor memberikan konsekuensi yang penting bagi keberhasilan auditor dalam melaksanakan tugas auditnya.
Setiap profesi, khususnya profesi yang memberikan jasa kepada masyarakat tentunya memerlukan tingkat keterampilan dan juga pengetahuan yang khusus dan diharapkan pula untuk memiliki kualitas pribadi tertentu (Fatt, 1995; Subroto, 2001) dalam Harini dkk, (2010). Begitu pula dengan auditor. Seorang auditor harus memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan juga harus memiliki kualitas pribadi. Kualitas pribadi auditor akan tercermin dari perilaku profesionalnya. Wahyudin dkk, (2011) mengatakan bahwa perilaku professional akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit
Perilaku menyimpang dalam audit atau yang biasa disebut dengan
dysfunctional audit behavior merupakan tindakan menyimpang yang dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya, sehingga tindakannya tersebut mencerminkan sikap ketidakjujuran dan tidak objektif dalam
(21)
melaksanakan tugasnya. Perilaku disfungsional auditor antara lain adalah penghentian prosedur audit secara dini (premature sign-off), mengubah atau mengganti tahapan audit (replacing or altering of audit procedures) serta pelaporan waktu audit yang lebih pendek dari waktu yang sebenarnya
(underreporting of time), (Dewi dan Wirasedana, 2015). Otley dan Pierce (1995); Sitanggang (2007) dalam Hartati (2012) menjelaskan bahwa ketiga perilaku tersebut merupakan beberapa perilaku yang cenderung mengarah kepada persoalan-persoalan perilaku para akuntan atau auditor yang akan berdampak terhadap penurunan kualitas audit sehingga cenderung menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntan dan akhirnya mematikan profesi itu sendiri.
Perilaku seseorang pada hakikatnya berasal dari dirinya sendiri (personal) dan faktor lingkungan (eksternal) yang mendukung seseorang untuk mengambil keputusan mengenai apa yang akan dilakukan (Hartati, 2012). Begitu pula dengan perilaku auditor, dimana perilaku disfungsional auditor dapat disebabkan oleh karakteristik personal dari auditor itu sendiri dan faktor lingkungan saat melakukan proses audit (Jansen dan Glinow, 1985; Malone dan Roberts, 1996) dalam Kartika dan Wijayanti (2007).
Mengingat bahwa perilaku disfungsional auditor berbahaya bagi kualitas hasil audit, maka perlu dikaji mengenai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku disfungsional auditor sehingga nantinya dapat memberikan gambaran tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah perilaku disfungsional auditor dan untuk meningkatkan kepercayaan
(22)
4
masyarakat terhadap profesi auditor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan auditor atas perilaku disfungsional antara lain adalah karakteristik personal auditor dan faktor lingkungan yang dihadapi oleh auditor itu sendiri.
Locus of control berkaitan dengan cara pandang seorang auditor mengenai suatu keberhasilan dan juga terkait dengan penggolongan individu yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu locus of control internal dan locus of control
eksternal (Harini dkk, 2010). Locus of control internal adalah tingkat keyakinan seseorang dimana mereka meyakini bahwa suatu hasil yang diperoleh itu bergantung pada karakter atau perilaku orang itu sendiri (Wilopo, 2006) dalam Hartati (2012). Sedangkan locus of control eksternal adalah sikap atau perilaku individu itu tergantung pada kondisi di luar dirinya sendiri. Seseorang dengan locus of control eksternal mempercayai bahwa suatu peristiwa itu dikendalikan oleh kekuatan di luar dirinya, seperti nasib dan keberuntungan. Menurut Dewi dan Wirasedana (2015), seorang auditor dengan locus of control eksternal lebih dapat terlibat dalam perilaku disfungsional karena perilaku disfungsional dipandang sebagai cara atau alat untuk meraih tujuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Harini dkk, (2010) menunjukkan bahwa
locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit behavior. Penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Subroto (2015) yang menolak hipotesis yang menyatakan bahwa locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit behavior.
(23)
Keinginan untuk berhenti bekerja (turnover intention) adalah suatu kondisi terkait dengan keinginan auditor untuk berhenti dari pekerjaannya saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Malone dan Robert (1996) dalam Irawati dkk, (2005) menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
turnover intention dengan perilaku disfungsional auditor karena tingkat ketakutan auditor akan terdeteksinya perilaku disfungsional tersebut menjadi berkurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor yang memiliki keinginan untuk berhenti bekerja lebih memiliki kemungkinan untuk terlibat dalam perilaku disfungsional karena menurunnya tingkat ketakutan yang dihadapi oleh auditor apabila perilaku disfungsionalnya tersebut terdeteksi.
Kinerja auditor berkaitan dengan capaian hasil kerja yang dapat diraih oleh seorang auditor. Mulyadi (2002) dalam Hartati (2012) menyebutkan bahwa kinerja auditor adalah auditor yang melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan perusahaan tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku umum. Perilaku disfungsional dapat terjadi ketika auditor merasa kurang mampu untuk melaksanakan atau menyelesaikan tugasnya. Sehingga auditor akan memilih perilaku disfungsional untuk mempertahankan posisinya. Auditor dengan tingkat kinerja yang rendah lebih memungkinkan untuk terlibat perilaku disfungsional karena perilaku disfungsional dilihat sebagai suatu kebutuhan bagi auditor untuk mempertahankan posisinya di dalam suatu organisasi
(24)
6
Selain ketiga karakteristik personal di atas, faktor lingkungan juga dianggap memiliki pengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor. Faktor lingkungan dalam penelitian ini akan dijelaskan melalui tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh auditor.
Sebelum melakukan proses audit, KAP terlebih dahulu harus membuat estimasi mengenai biaya dan waktu yang dibutuhkan. Pertimbangan tersebutlah yang akhirnya menimbulkan time pressure atau tekanan waktu bagi auditor. Jika waktu yang dialokasikan tidak cukup, maka auditor akan cenderung untuk bekerja dengan lebih cepat. Apabila auditor bekerja dengan adanya tekanan anggaran waktu seperti itu, maka terdapat kemungkinan bahwa auditor akan melakukan perilaku menyimpang, khususnya terhadap prosedur audit.
Weningtyas dkk, (2006) menyebutkan bahwa time pressure yang diberikan oleh KAP kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya audit. Semakin cepat auditor dalam menyelesaikan tugas auditnya, maka biaya pelaksanaan untuk melakukan tugas audit akan semakin kecil. Keadaan seperti itulah yang memungkinkan auditor untuk melakukan tindakan penyimpangan dalam melaksanakan tugas auditnya
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah di dalam penelitian ini peneliti menambahkan variabel tekanan anggaran waktu (time budget pressure) sebagai bagian dari faktor lingkungan yang ingin diteliti. Alasan peneliti menambahkan variabel tekanan anggaran waktu adalah karena adanya
(25)
ketidakonsistenan terhadap hasil penelitian yang menguji pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan penjelasan dan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Penerimaan auditor atas perilaku disfungsional dapat dipengaruhi oleh banyak faktor karakteristik personal auditor serta faktor lingkungan. Faktor karakteristik personal auditor dibatasi pada locus of control, keinginan berhenti bekerja dan kinerja auditor. Kemudian faktor lingkungan dibatasi hanya pada tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh auditor dalam pelaksanaan tugasnya. Faktor-faktor tersebut dipilih karena memiliki hubungan yang cukup besar dengan penerimaan auditor atas perilaku disfungsional
C. Rumusan Masalah
1. Apakah locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor?
2. Apakah keinginan untuk berhenti bekerja berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor?
3. Apakah kinerja auditor berpengaruh negatif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor?
4. Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor?
(26)
8
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
2. Untuk mengetahui pengaruh keinginan untuk berhenti bekerja terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
3. Untuk mengetahui pengaruh kinerja auditor terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
4. Untuk mengetahui pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan teori-teori yang sudah ada sebelumnya, terutama dalam bidang auditing yang berkaitan dengan variabel-variabel yang secara signifikan menjelaskan penerimaan auditor atas perilaku disfungsional. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian mendatang
(27)
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan akan mampu memberikan manfaat secara praktis, yaitu bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) dan juga para auditor mengenai perilaku disfungsional auditor. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku disfungsional dibahas dalam penelitian ini sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tindakan apa yang harus ditempuh untuk menghadapi perilaku disfungsional auditor
(28)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi
Robbins dan Judge (2008) dalam Rustiarini (2013) menjelaskan bahwa teori atribusi merupakan suatu teori yang memberikan penjelasan mengenai cara-cara penilaian perilaku seseorang yang berasal dari internal maupun eksternal. Teori ini mengacu pada bagaimana cara seseorang dalam menjelaskan penyebab dari perilaku orang lain atau diri sendiri yang ditentukan apakah itu dari internal atau eksternal dan pengaruhnya akan terlihat dalam perilaku individu itu sendiri. Selain itu, teori ini juga bermaksud untuk mengarahkan pengembangan penjelasan atas cara kita dalam menilai seseorang secara berlainan, dan itu tergantung dari makna apa yang kita hubungkan (atribusikan) ke suatu perilaku tertentu (Puji Ayu, 2010) dalam Evanauli dan Nazaruddin (2013). Kita membuat sebuah atribusi ketika kita mampu mendeskripsikan perilaku seseorang dan mencoba mencari tahu mengapa seseorang berperilaku seperti itu
2. Perilaku Disfungsional Audit
Perilaku disfungsional audit merupakan tindakan yang dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan proses auditnya yang dapat menurunkan kualitas hasil audit, baik secara langsung maupun tidak langsung
(29)
(Mahardini dkk, 2014). Menurut Donelly et. al., (2003) dalam Evanauli dan Nazaruddin (2013), perilaku yang memiliki pengaruh langsung antara lain adalah premature sign off dan altering or replacing audit procedures.
Sedangkan perilaku yang mempengaruhi kualitas hasil audit secara tidak langsung adalah underreporting of time.
a. Premature sign off
Premature sign off atau penghentian prosedur audit secara dini merupakan suatu tindakan dimana seorang auditor menghentikan prosedur audit yang dibutuhkan secara dini tanpa menggantinya dengan langkah lain. Tindakan seperti ini tentunya dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil audit nantinya. Menurut Febrina (2012), suatu proses audit sering gagal karena adanya penghapusan prosedur audit yang penting dari prosedur audit. Artinya adalah suatu proses audit sering gagal karena prosedur audit yang penting, prosedur audit yang seharusnya dijalankan justru dihapuskan atau tidak dilakukan.
b. Altering or replacing audit procedures
Altering or replacing audit procedures terkait dengan tindakan auditor yang mengganti atau mengubah tahapan audit yang telah ditetapkan sebelumnya dalam pelaksanaan audit di lapangan (Harini dkk, 2010). Penggantian tahapan yang dilakukan auditor
(30)
12
dapat berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit. Sesuai dengan standar pekerjaan lapangan, auditor harus melakukan beberapa tahapan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten. Diantaranya adalah tahap inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi hingga bukti tersebut dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan opini atas laporan keuangan (Fatimah, 2010) dalam Susanti dan Subroto (2015).
c. Underreporting of time
Underreporting of time terjadi ketika auditor tidak melaporkan waktu sebenarnya yang digunakan untuk menyelesaikan tugas auditnya (Harini dkk, 2010). Sedangkan menurut Lightner, 1982; Otley dan Pierce, 1996 dalam Limawan dan Mimba (2016),
underreporting of time adalah perilaku auditor di mana auditor melaporkan waktu audit yang lebih pendek (singkat) dari waktu aktual yang dipergunakan untuk menyelesaikan tugas auditnya. Hal tersebut dilakukan oleh auditor karena auditor ingin menyelesaikan tugas auditnya dalam batas anggaran waktu audit agar auditor dianggap memiliki kinerja yang baik. Tindakan underreporting of time dapat dilakukan dengan tindakan seperti : mengerjakan pekerjaan audit dengan menggunakan waktu pribadi (misalnya bekerja pada jam istirahat), menggunakan waktu audit untuk
(31)
melaksanakan tugas selain tugas audit, dan tidak melaporkan waktu lembur yang digunakan untuk mengerjakan tugas audit.
3. Locus Of Control
Hjele dan Ziegler; Wati (2009) dalam Andani dan Mertha (2014) mendefinisikan locus of control sebagai keyakinan seseorang mengenai penyebab atas prestasi dan juga kegagalan seseorang dalam pekerjaannya.
Locus of control terdiri dari locus of control internal dan locus of control
eksternal. Locus of control internal ditunjukkan dengan seseorang yang memiliki pandangan bahwa baik atau buruknya peristiwa yang terjadi diakibatkan oleh tindakan seseorang. Sedangkan locus of control eksternal ditunjukkan dengan seseorang yang memandang bahwa baik atau buruknya peristiwa yang terjadi tidak berhubungan dengan perilaku seseorang (Lef Court; Silaban 2009) dalam Evanauli dan Nazaruddin (2013).
Seseorang dengan locus of control internal mampu menghadapi ancaman yang ada di lingkungannya, berusaha memecahkan masalah dengan optimis, dan yakin akan kemampuan diri sendiri. Locus of control
internal yang dominan dalam diri seseorang membuat orang tersebut memiliki usaha yang lebih untuk mencapai keberhasilan (Wahyudi, 2011) dalam Andani dan Mertha (2014). Berbeda dengan locus of control
internal, seseorang dengan locus of control eksternal justru merasa dirinya mudah terancam dan cenderung reaktif dalam menyelesaikan masalahnya.
(32)
14
Solar dan Bruehl (1994) dalam Susanti dan Subroto (2015) menyatakan bahwa individu dengan eksternal locus of control cenderung melakukan tindakan manipulasi sebagai alat atau cara untuk bertahan pada organisasi
4. Keinginan Berhenti Bekerja (turnover intention)
Turnover intention (keinginan untuk berhenti bekerja) menurut Maryati (2005) dalam Evanauli dan Nazaruddin (2013) adalah kemauan dan dengan kesadaran untuk meninggalkan suatu organisasi. Seorang auditor yang memiliki keinginan untuk berhenti dari pekerjaannya cendereng menjadi tidak peduli dengan apa yang dilakukannya terhadap organisasi, walaupun hal tersebut memberikan penilaian yang buruk bagi dirinya sendiri. Sikap tidak peduli itulah yang akhirnya mendorong auditor untuk melakukan perilaku disfungsional dalam pekerjaannya.
Malone dan Robert (1996) dalam Irawati dkk, (2005) menyebutkan bahwa auditor yang memiliki keinginan untuk meninggalkan perusahaan lebih memungkinkan untuk terlibat dalam perilaku disfungsional karena tingkat ketakutan auditor akan sanksi yang diterima apabila tindakannya terdeteksi menjadi berkurang. Hal ini dapat diartikan bahwa auditor tidak akan merasa takut untuk diberhentikan dari pekerjaannya apabila tindakan menyimpang yang dilakukannya terdeteksi, karena memang auditor tersebut sudah memiliki keinginan untuk berhenti dari pekerjaannya.
(33)
5. Kinerja Auditor
Kinerja auditor merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh seorang auditor dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Auditor dituntut untuk memiliki tingkat kinerja yang tinggi untuk dapat memberikan hasil audit yang berkualitas. Hanif (2013) dalam Susanti dan Subroto (2015) menyebutkan bahwa kinerja auditor merupakan performa yang telah dicapai oleh seorang auditor atas usahanya dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan kepadanya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Berdasarkan job characteristic theory, seseorang akan mendapatkan motivasi dari kepuasan diri yang didapatkan setelah melaksanakan pekerjaannya (Evanauli dan Nazaruddin, 2013). Ketika seseorang menyadari bahwa pekerjaannya memuaskan dan berguna, maka orang tersebut akan menyukai apa yang dikerjakannya dan dengan begitu akan termotivasi untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik lagi
6. Tekanan Anggaran Waktu (time budget pressure)
Yuliana dkk, (2009) dalam Hartati (2012) menyebutkan bahwa time budget pressure adalah suatu keadaan dimana auditor dituntut untuk mempertimbangkan mengenai waktu dan biaya yang tersedia untuk mengumpulkan bukti audit. Hal ini menunjukkan bahwa auditor memiliki tekanan dalam melaksanakan proses audit yang dilakukannya. Tekanan tersebut diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara banyaknya
(34)
16
tugas yang dibebankan dengan waktu dan biaya yang tersedia. Kondisi tersebut akhirnya dapat memicu auditor untuk melakukan tindakan menyimpang agar auditor dapat menyelesaikan tugas auditnya secara tepat waktu.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dewi dan Wirasedana (2015) yang menyatakan bahwa tugas-tugas audit yang tidak selaras dengan anggaran waktu dapat memberikan dampak pada perilaku yang dapat menyebabkan turunnya kualitas audit. Selain itu Asrini dkk, (2014) juga mengatakan bahwa seorang auditor yang berada dalam kondisi mendapatkan tekanan waktu atas pekerjaannya dapat melakukan tindakan penghentian prematur atas prosedur audit.
B. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Locus of Control terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Setiap manusia memiliki locus of control atau kendali dalam dirinya masing-masing untuk berbagai kejadian yang terjadi di dalam kehidupannya. Menurut Hartati (2012), seseorang dengan locus of control
internal dinilai dapat lebih sukses dan memiliki jabatan yang tinggi dibandingkan dengan seseorang dengan locus of control eksternal. Hal tersebut dikarenakan seseorang dengan locus of control internal memiliki kendali diri yang lebih baik dari pada seseorang dengan locus of control
(35)
memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi demi tercapainya tujuan suatu organisasi (Hartati, 2012).
Berbeda dengan seseorang yang memiliki locus of control internal, seseorang dengan locus of control eksternal kurang memiliki kendali diri yang baik. Seseorang dengan locus of control eksternal cenderung mempercayai bahwa segala sesuatu terjadi karena faktor keberuntungan. Selain itu, seseorang dengan locus of control eksternal juga kurang mempercayai kemampuan yang ada dalam dirinya sendiri. Hartati (2012) menyebutkan ketika seseorang dengan locus of control eksternal merasa bahwa kemampuannya tidak mampu mencapai apa yang menjadi tujuan pekerjaannya, maka ia akan cenderung melakukan perilaku disfungsional untuk mempertahankan posisinya.
Menurut Wahyudin dkk, (2011), seorang auditor dengan locus of control eksternal lebih memungkinkan untuk terlibat dalam perilaku disfungsional karena auditor dengan locus of control eksternal menggunakan perilaku disfungsional sebagai alat untuk meraih tujuan yang ingin dicapai.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum dan Murtini (2014) menemukan bahwa locus of control eksternal tidak berpengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa locus of control eksternal tidak berpengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor karena auditor internal memiliki waktu kerja yang lebih fleksibel sehingga auditor dengan locus of control eksternal dapat
(36)
18
menekan perilaku disfungsional. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin dkk, (2011) menemukan bahwa locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor. Hasil penelitian Wahyudin dkk, (2011) menyimpulkan bahwa seseorang dengan
locus of control eksternal mempunyai keyakinan bahwa ia tidak mampu mengendalikan hasil dengan usahanya sendiri. Oleh karena itulah, seseorang dengan locus of control eksternal lebih menerima prilaku disfungsional karena perilaku disfungsional dianggap sebagai jalan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pada suatu kondisi dimana auditor dengan locus of control eksternal merasa tidak mampu untuk mendapat dukungan yang membuatnya dapat bertahan dalam organisasi, maka disitulah auditor memiliki potensi untuk melakukan tindakan menyimpang untuk mempertahankan dirinya. Artinya adalah semakin tinggi tingkat locus of control eksternal dari seorang auditor, maka semakin mungkin auditor untuk menerima perilaku disfungsional. Dengan demikian hipotesis yang dibangun adalah :
H1 : Locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
2. Pengaruh Keinginan Berhenti Bekerja terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Turnover Intention adalah sikap yang dimiliki oleh seorang auditor yang memiliki keinginan untuk mengundurkan diri dari organisasi yang
(37)
dalam hal ini adalah Kantor Akuntan Publik. Auditor yang memiliki
turnover intention atau keinginan untuk berpindah kerja dapat terlibat dalam perilaku disfungsional. Hal ini disebabkan karena menurunnya tingkat rasa takut yang dialami auditor akan terdeteksinya perilaku menyimpang yang telah dilakukannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Evanauli dan Nazaruddin (2013) menemukan bahwa dugaan pada auditor yang memiliki turnover intention
akan cenderung melakukan perilaku disfungsional, tidak diterima. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan salah satu alasan mengapa dugaan pada auditor yang memiliki turnover intention akan cenderung melakukan perilaku disfungsional tidak diterima adalah karena auditor memiliki komitmen yang kuat pada kode etik akuntan publik meskipun auditor tersebut memiliki turnover intention.
Penelitian tersebut tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Irawati dkk, (2005) yang menyatakan adanya hubungan positif antara keinginan auditor untuk berhenti bekerja dengan perilaku disfungsional auditor. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa keinginan auditor untuk berhenti bekerja dapat membuat seseorang menjadi kurang peduli dengan apa yang dilakukannya di dalam organisasi, sekalipun apa yang dilakukannya tersebut adalah tindakan yang salah.
Dengan demikian auditor akan lebih mudah untuk terlibat dalam perilaku menyimpang. Hal tersebut menunjukkan jika auditor memiliki
(38)
20
untuk menerima perilaku disfungsional. Dari uraian tersebut, hipotesis yang dibangun adalah :
H2 : Keinginan berhenti bekerja (turnover intention) berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
3. Pengaruh Kinerja Auditor terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Kinerja auditor berhubungan dengan kepuasan yang dirasakan oleh auditor atas pekerjannya. Auditor yang melakukan pekerjaan dibawah dari standar yang telah ditetapkan lebih memungkinkan untuk melakukan tindakan penyimpangan dalam melaksanakan pekerjaannya karena mereka menganggap bahwa mereka tidak mampu melaksanakan pekerjaan mereka dengan usaha sendiri. Sehingga auditor melihat tindakan menyimpang sebagai suatu kebutuhan dalam situasi dimana tujuan organisasi tidak dapat dicapai (Solar dan Bruehl, 1971) dalam Irawati dkk, (2005).
Hal tersebut didukung oleh Harini dkk, (2010) yang menyatakan bahwa penerimaan auditor atas perilaku disfungsional akan lebih tinggi jika auditor memiliki tingkat kinerja yang rendah. Namun sebaliknya, auditor yang melakukan pekerjaan sesuai atau lebih dari standar yang telah ditetapkan akan merasa puas dengan hasil pekerjaannya. Sehingga lebih kecil kemungkinan untuk melakukan tindakan menyimpang.
Penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Subroto (2015) menolak bahwa kinerja auditor berpengaruh negatif terhadap penerimaan perilaku
(39)
disfungsional auditor. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa auditor yang melakukan perilaku disfungsional ketika melaksanakan pekerjaannya adalah untuk meningkatkan penilaian kinerjanya. Hal ini berarti bahwa semakin baik kinerja auditor itu justru disebabkan oleh tingginya perilaku disfungsional yang dilakukan auditor.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Harini dkk, (2010) menyatakan bahwa kinerja auditor berpengaruh negatif terhadap perilaku disfungsional auditor. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat kinerja auditor, justru semakin rendah tingkat penerimaan auditor atas perilaku disfungsional. Dari uraian tersebut, hipotesis yang dibangun adalah :
H3 : Kinerja auditor berpengaruh negatif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
4. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Tekanan anggaran waktu yang dialami oleh auditor dalam melaksanakan proses auditnya dapat berpengaruh pada sikap, niat, dan juga perilaku auditor. Para auditor mungkin akan cenderung untuk memilih berusaha keras untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dari pada tetap bersikap profesional ketika menghadapi anggaran waktu yang sulit dicapai.
(40)
22
Pada suatu kondisi dimana auditor merasa bahwa anggaran waktu tidak dapat dicapai, maka disitulah frekuensi auditor untuk melakukan tindakan menyimpang menjadi tinggi. Keterbatasan waktu yang diberikan dalam penugasan dapat menyebabkan auditor bekerja dibawah tekanan. Dengan demikian auditor mungkin akan mengabaikan beberapa proses audit dan hanya menyelesaikan tugas yang penting saja
Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah (2011) menyatakan bahwa
time pressure tidak berpengaruh terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor. Penelitian tersebut berbeda dengan yang dilakukan oleh Dewi dan Wirasedana (2015) yang menyebutkan bahwa time budget pressure berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat time budget pressure, maka akan semakin tinggi pula tingkat penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian Weningtyas dkk, (2006) yang menyebutkan bahwa
time budget pressure berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Dari uraian diatas, hipotesis yang dibangun adalah :
H4 : Tekanan anggaran waktu (time budget pressure) berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
(41)
C. Model Penelitian
Model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Model Penelitian
Locus of Control
Turnover Intention
Kinerja Auditor
Time Budget Pressure
Perilaku Disfungsional
(42)
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Yogyakarta dan Semarang. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di kota Yogyakarta dan Semarang. Sedangkan sampel pada penelitian ini diambil dari populasi penelitian yaitu auditor eksternal yang bekerja pada KAP di kota Yogyakarta dan juga Semarang.
B. Jenis Data
Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan jenis data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli dan secara khusus disimpulkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari jawaban responden yang terdapat dalam kuesioner yang berisi beberapa item pertanyaan mengenai perilaku disfungsional auditor, locus of control, turnover intention, kinerja auditor, dan
time budget pressure
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non probabilitas, yaitu menggunakan teknik pengambilan sampel yang mudah (convenience sampling), dimana informasi yang dikumpulkan merupakan informasi yang
(43)
diberikan oleh anggota populasi dengan senang hati. Metode convenience sampling digunakan dalam penelitian ini karena memberikan kebebasan bagi peneliti untuk memilih sampel dengan cepat dari populasi. Selain itu metode
convenience sampling juga memberikan kemudahan bagi peneliti untuk menghubungi dan mengukur sampel pada penelitian ini
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan metode survei dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada auditor yang bekerja pada KAP di Yogyakarta. Responden akan diberikan sejumlah pertanyaan yang terdapat pada kuisioner dan kemudian responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sehingga nantinya data yang diperoleh berupa jawaban responden atas kuesioner dari keenam variabel dalam penelitian ini. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini menggunakan model skala pengukuran yaitu skala likert yang memiliki rentang nilai 1 sampai 7, dimana semakin mendekati 1 itu berarti responden sangat tidak setuju atau tidak yakin, dan semakin mendekati 7 itu berarti responden sangat setuju atau sangat yakin. Dengan demikian responden dapat memilih jawaban yang paling sesuai dengan kondisinya
(44)
26
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerimaan perilaku disfungsional auditor, yaitu sikap auditor menerima perilaku menyimpang dalam melaksanakan prosedur audit
Penelitian ini hanya menginvestigasi tiga tipe utama perilaku disfungsional yang dapat menurunkan kualitas audit, yaitu : premature sign-off, altering or replacing audit procedures, dan underreporting of time. Variabel ini diukur dengan 11 item pertanyaan dengan 7 skala likert yang dikembangkan oleh Kelly (1990) yang dimodifikasi dalam Pardede (2014), dimana semakin mendekati angka 1 berarti menunjukkan bahwa responden semakin tidak setuju untuk menerima perilaku disfungsional sedangkan semakin mendekati angka 7 berarti menunjukkan bahwa responden semakin setuju untuk menerima perilaku disfungsional
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain yang diduga sebagai akibat dari variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
(45)
a. Locus of Control
Hjele dan Ziegler; Wati (2009) dalam Andani dan Mertha (2014) mendefinisikan locus of control sebagai keyakinan seseorang mengenai penyebab atas prestasi dan juga kegagalan seseorang dalam pekerjaannya. Variabel ini diukur dengan 15 item pertanyaan dari Donelly et. al., (2003) dalam Pardede (2014). Pertanyaan dalam kuesioner merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan apakah auditor memiliki locus of control internal atau eksternal.
b. Turnover Intention
Turnover intention (keinginan untuk berhenti bekerja) menurut Maryati (2005) dalam Evanauli dan Nazaruddin (2013) adalah kemauan dan dengan kesadaran untuk meninggalkan suatu organisasi. Variabel turnover intention
diukur dengan 3 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Donelly et. al., (2003) dalam Pardede (2014). Tiga item pertanyaan dalam kuesioner digunakan untuk menilai seberapa besar keinginan auditor untuk berpindah kerja dalam waktu dekat (2 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka panjang (sampai pensiun).
(46)
28
c. Kinerja Auditor
Hanif (2013) dalam Susanti dan Subroto (2015) menyebutkan bahwa kinerja auditor merupakan performa yang telah dicapai oleh seorang auditor atas usahanya dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan kepadanya sesuai dengan tanggung jawabnya. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Donelly et. al., (2003) dalam Pardede (2014). Terdapat 7 item pertanyaan untuk variabel kinerja auditor. Setiap item pertanyaan merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai seberapa besar tingkat kinerja auditor.
d. Time Budget Pressure
Yuliana dkk, (2009) dalam Hartati (2012) menyebutkan bahwa time budget pressure adalah suatu keadaan dimana auditor dituntut untuk mempertimbangkan mengenai waktu dan biaya yang tersedia untuk mengumpulkan bukti audit. Variabel ini diukur dengan menggunakan 3 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Kelley, T., & Margheim, L. (1990) dalam Pardede (2014). Item pertanyaan tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh auditor.
(47)
F. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur dengan kuesioner tersebut (Nazaruddin dan Basuki, 2015).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Correlated Item-Total Correlation. Metode tersebut dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over estimasi. Ketentuan suatu item pertanyaan dikatakan valid adalah apabila nilai Pearson Correlation lebih besar dari 0,25
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen (kuesioner) dapat digunakan lebih dari satu kali paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten (Nazaruddin dan Basuki, 2015).
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung nilai Cronbach’s Alpha. Cronbach’s Alpha merupakan koefisien reliabilitas yang mengidentifikasikan seberapa bagus item-item terkorelasi secara positif antara yang satu dengan yang lainnya. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
(48)
30
G. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menguji apakah antara variabel independen dan variabel dependen keduanya terdistribusi normal atau tidak, karena model regresi yang baik adalah model yang berdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov. Apabila nilai
Asymp.sig (2-tailed) > 0,05 , maka itu berarti data berdistribusi normal
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel independen dalam suatu model regresi. Suatu model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF). Ketentuannya adalah jika nilai VIF < 10, maka itu artinya tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen
3. Uji Heteroskidastisitas
Uji heteroskidastisitas digunakan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi heteroskidastisitas. Uji heteroskidastisitas dalam penelitian ini
(49)
dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Ketentuannya adalah jika nilai signifikansi > 0,05, maka tidak terjadi heteroskidastisitas
H. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan menguraikan data yang dikumpulkan tanpa adanya pembuat kesimpulan yang umum (Sugiyono, 2013). Statistik deskriptif menunjukkan nilai mean, minimum, maksimum, dan standar deviasi
2. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda dipilih untuk menguji hipotesis pada penelitian ini. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier. Persamaan model regresi berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
(50)
32
Keterangan :
PPA : Perilaku disfungsional auditor
X : Locus of control X : Turnover intention X : Kinerja auditor
X : Time budget pressure
β : Koefisien korelasi e : Error
3. Uji Determinasi (R2)
Uji R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen (Nazarudin dan Basuki, 2015). Nilai Adjusted R2 yang menggambarkan besarnya nilai koefisien determinasi harus diubah dalam bentuk persentase. Setelah itu sisanya (100% - persentase koefisien determinasi) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model
4. Uji Nilai F
Uji nilai F dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen dalam tabel ANNOVA (Nazarudin dan Basuki, 2015). Uji F dilakukan dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut :
(51)
a. Jika p-value (sig) < α (0,05), maka variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen
b. Jika p-value (sig) > α (0,05), maka variabel independen tidak
berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
5. Uji Nilai t
Uji nilai t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel dengan tingkat signifikansi 5% (0,05). Adapun kriteria untuk hipotesis diterima adalah sebagai berikut :
a. Jika nilai p-value(sig) < α (0,05)
(52)
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor eksternal yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Yogyakarta dan Semarang. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi auditor junior, auditor senior, partner , supervisor, dan manajer.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner atau angket penelitian yang dibagikan secara langsung kepada auditor eksternal yang bekerja pada KAP di Yogyakarta dan Semarang. Penyebaran dan pengembalian kuisioner dilaksanakan mulai tanggal 15 Juni 2016 hingga 15 November 2016. Peneliti mengambil sampel sebanyak 12 KAP yaitu 7 KAP di wilayah Yogyakarta dan 5 KAP di wilayah Semarang. Tingkat pengembalian kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : :
Tabel 4.1
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang dikirim 65 100 % Kuesioner yang kembali 58 89 % Kuesioner yang tidak kembali 7 11 % Kuesioner kembali dan diolah 55 84 % Kuesioner yang tidak dapat diolah 3 5%
(53)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa kuesioner yang disebar adalah sebanyak 65 buah dengan total kuisoner yang kembali sebanyak 58 buah kuesioner atau sebanyak 89 %. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 7 buah atau sebanyak 11 %. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 55 kuesioner atau sebanyak 84 %. Sementara kuesioner yang tidak dapat diolah sebanyak 3 buah atau 5 %.
Berikut ini akan disajikan data demografi responden mengenai informasi umum yang ditentukan, informasi tersebut antara lain :
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, maka responden dapat diklasifikasikan pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 32 58% 2 Perempuan 23 42% Total 55 100%
Sumber : Data Primer yang diolah
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 responden atau 58% dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 responden atau 42%. Dengan demikian responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang berjenis kelamin laki-laki
(54)
36
2. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, maka responden dapat diklasifikasikan pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 S1 47 85%
2 S2 8 15%
3 S3 0 0%
Total 55 100% Sumber : Data Primer yang diolah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini didominasi oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir S1. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah responden yang memiliki tingkat pendidikan S1 sebanyak 47 responden atau sebanyak 85%, sedangkan responden dengan tingkat pendidikan S2 hanya sebanyak 8 responden atau sebanyak 15%, dan responden dengan tingkat pendidikan S3 sebanyak 0%.
3. Lama Bekerja
Berdasarkan waktu lamanya bekerja, maka responden dapat diklasifikasikan pada tabel 4.4 berikut :
(55)
Tabel 4.4
Klasifikasi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
No Lama Bekerja Jumlah Persentase
1 < 3 tahun 15 27% 2 3 s/d 5 tahun 30 55% 3 5 s/d 10 tahun 7 13% 4 > 10 tahun 3 5%
Total 55 100% Sumber : Data Primer yang diolah
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki lama bekerja < 3 tahun sebanyak 15 responden atau 27%, 3 sampai dengan 5 tahun sebanyak 30 responden atau 55%, 5 sampai dengan 10 tahun sebanyak 7 responden atau 13%, dan > 10 tahun sebanyak 3 responden atau 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden pada penelitian ini rata-rata memiliki lama bekerja 3 sampai dengan 5 tahun
4. Jabatan
Berdasarkan jabatan yang dimiliki, maka responden dapat diklasifikasikan pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jabatan
No Jabatan Jumlah Persentase
1 Auditor Junior 15 27% 2 Auditor Senior 30 55%
3 Manajer 7 13%
4 Partner 3 5%
Total 55 100% Sumber : Data Primer yang diolah
(56)
38
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa responden dengan jabatan auditor junior sebanyak 15 responden atau 27%, auditor senior sebanyak 30 responden atau 55%, manajer sebanyak 7 responden atau 13%, dan partner sebanyak 3 responden atau 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden pada penelitian ini didominasi oleh auditor yang menjabat sebagai auditor senior
B. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item instrumen dengan skor total. Suatu pernyataan kuisioner dapat dikatakan valid jika memiliki nilai Pearson Correlation di atas 0,25 dengan nilai signifikansi di bawah 0,05. Hasil pengujian validitas variabel
Locus of Control disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Locus of Control Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan L1 0,341 0,011 Valid L2 0,477 0,000 Valid L3 0,386 0,004 Valid L4 0,365 0,006 Valid L5 0,681 0,000 Valid L6 0,710 0,000 Valid L7 0,608 0,000 Valid L8 0,739 0,000 Valid L9 0,654 0,000 Valid L10 0,336 0,012 Valid
(57)
39
L14 0,496 0,000 Valid L15 0,411 0,002 Valid
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa variabel locus of control memiliki 15 butir pernyataan dengan nilai Pearson Correlation
masing-masing butir pertanyaan di atas 0,25 dan nilai signifikansi tidak ada yang lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan dapat dikatakan valid
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Keinginan Berhenti Bekerja Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan B1 0,834 0,000 Valid B2 0,862 0,000 Valid B3 0,945 0,000 Valid
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, variabel keinginan berhenti bekerja memiliki 3 butir pernyataan dengan nilai Pearson Correlation masing-masing butir pertanyaan di atas 0,25 dan nilai signifikansi tidak ada yang lebih dari 0,05. Dengan demikian seluruh item pernyataan variabel keinginan berhenti bekerja dapat dikatakan valid
(58)
40
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan K1 0,454 0,000 Valid K2 0,596 0,000 Valid K3 0,733 0,000 Valid K4 0,579 0,000 Valid K5 0,609 0,000 Valid K6 0,773 0,000 Valid K7 0,783 0,000 Valid
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa 7 butir pernyataan untuk variabel kinerja auditor memiliki nilai Pearson Correlation di atas 0,25 dan nilai signifikansi di bawah 0,05. Dapat disimpulkan bahwa item pernyataan variabel kinerja auditor valid
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Tekanan Anggaran Waktu Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan T1 0,860 0,000 Valid T2 0,874 0,000 Valid T3 0,793 0,000 Valid
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, 3 butir pernyataan untuk variabel tekanan anggaran waktu memiliki nilai Pearson Correlation di atas 0,25 dan nilai signifikansi di bawah 0,05. Sehingga seluruh item pernyataan variabel tekanan anggaran waktu dapat dikatakan valid
(59)
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Perilaku Disfungsional Auditor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan D1 0,752 0,000 Valid D2 0,601 0,000 Valid D3 0,554 0,000 Valid D4 0,598 0,000 Valid D5 0,361 0,007 Valid D6 0,642 0,000 Valid D7 0,626 0,000 Valid D8 0,525 0,000 Valid D9 0,751 0,000 Valid D10 0,613 0,000 Valid D11 0,695 0,000 Valid
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa variabel perilaku disfungsional auditor memiliki 11 butir pernyataan dengan nilai Pearson Correlation masing-masing butir pertanyaan di atas 0,25 dan nilai signifikansi tidak ada yang lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan dapat dikatakan valid
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan setelah suatu instrumen atau alat ukur penelitian telah dipastikan validitasnya. Suatu angket penelitian dinyatakan reliabel jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil. Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan mengukur nilai Cronbach’s Alpha. Suatu pernyataan dapat dikatakan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,60 dalam (Ghozali, 2009:48). Berikut ini hasil uji reliabilitas instrumen variabel locus of
(60)
42
control, keinginan berhenti bekerja, kinerja auditor, tekanan anggaran waktu, dan perilaku disfungsional audit :
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach's
Alpha
Nilai
Kritis Keterangan
Locus of Control 0,822 0,60 Reliabel
Keinginan Berhenti Bekerja 0,855 0,60 Reliabel Kinerja Auditor 0,777 0,60 Reliabel Tekanan Anggaran Waktu 0,794 0,60 Reliabel Perilaku Disfungsional 0,830 0,60 Reliabel
Tabel 4.11 di atas menunjukkan variabel locus of control memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,822, variabel keinginan berhenti bekerja sebesar 0,855, variabel kinerja auditor sebesar 0,777, variabel tekanan anggaran waktu sebesar 0,794 dan variabel perilaku disfungsional sebesar 0,830. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap pernyataan untuk 5 variabel di atas reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang lebih dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel
(61)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 55 .0000000 4.84858942 .077 .077 -.050 .570 .902 N Mean Std. Deviation Norm al Param etersa,b
Absolute Positive Negative Most Extrem e
Differenc es
Kolmogorov-Smirnov Z Asym p. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Norm al. a.
Calculated from data. b.
C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menguji apakah antara variabel independen dan variabel dependen keduanya terdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan adalah apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas atau data berdistribusi normal. Hasil perhitungan untuk uji normalitas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui nilai Asymp.
(62)
44
Coefficientsa
49.344 13.713 3.598 .001
-.365 .117 -.359 -3.110 .003 .970 1.031
.715 .253 .322 2.825 .007 .993 1.007
.059 .243 .028 .244 .808 .990 1.010
.778 .329 .271 2.365 .022 .983 1.017
(Constant) LOC KEINGINAN_BERHENTI_ BEKERJA KINERJA_AUDITOR TEKANAN_ANGGARAN_ WAKTU Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: PERILAKU_DISFUNGSIONAL a.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,902. Nilai 0,902 tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas atau data bersdistribusi normal
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel independen dalam suatu model regresi. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
Variance Inflation Factors (VIF). Ketentuannya adalah jika nilai VIF < 10, maka itu artinya tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen. Hasil perhitungan untuk uji multikolinearitas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.13
Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 4.13 di atas menyimpulkan bahwa data tersebut tidak terkena multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF yang secara
(63)
Coefficientsa
7.294 8.308 .878 .384
.098 .071 .190 1.383 .173 .970 1.031 .028 .153 .025 .183 .855 .993 1.007 -.171 .147 -.158 -1.161 .251 .990 1.010 -.178 .199 -.121 -.892 .377 .983 1.017 (Constant) LOC KEINGINAN_BERHENTI_ BEKERJA KINERJA_AUDITOR TEKANAN_ANGGARAN_ WAKTU Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: ABS_RES1 a.
keseluruhan tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antar masing-masing variabel independen dalam model regresi
3. Uji Heteroskidastisitas
Uji heteroskidastisitas digunakan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heteroskidastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Ketentuannya adalah jika nilai signifikansi > 0,05, maka tidak terjadi heteroskidastisitas. Hasil perhitungan untuk uji heteroskidastisitas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.14
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Glejser digunakan dalam penelitian ini untuk menguji apakah terjadi heteroskidastisitas atau tidak. Berdasarkan tabel 4.14 di atas, nilai signifikansi untuk seluruh variabel tidak ada yang dibawah 0,05 atau dengan
(64)
46
Descriptive Statistics
55 40 63 55.09 5.929 55 9 18 13.51 2.721 55 35 47 39.42 2.839 55 11 18 14.95 2.103 55 38 65 52.84 6.036 55 LOC KEINGINAN_BERHENTI_ BEKERJA KINERJA_AUDITOR TEKANAN_ANGGARAN_ WAKTU PERILAKU_ DISFUNGSIONAL Valid N (lis twise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kata lain seluruh nilai sig lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terkena heteroskidastisitas
D. Hasil Penelitian dan Uji Hipotesis 1. Analisis Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Locus of Control, Keinginan Berhenti Bekerja, Kinerja Auditor, Tekanan Anggaran Waktu dan Perilaku Disfungsional Auditor. Pengujian ini dilakukan untuk memberikan gambaran secara deskripif mengenai jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel yang disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.15
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) adalah sebanyak 55. Jawaban responden untuk variabel
Locus of Control (LOC) berkisar antara 40 sampai dengan 63, dengan rata-rata sebesar 55,09 dan standar deviasi sebesar 5,929. Nilai rata-rata-rata-rata sebesar
(1)
20
Pengaruh Kinerja Auditor terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Variabel kinerja auditor memiliki nilai koefisien sebesar 0,059 dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 ( 0,808 > 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa variabel kinerja auditor negatif tidak berpengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor. Dengan demikian hipotesis ketiga ditolak.
Kinerja merupakan hasil dari perilaku anggota organisasi, dimana tujuan yang dicapai adalah dengan adanya perilaku. Dengan demikian seorang auditor yang memiliki kinerja tinggi dianggap cenderung melakukan tindakan yang menyimpang karena tindakan menyimpang yang dilakukan oleh auditor tersebut merupakan cara untuk dapat meningkatkan penilaian terhadap kinerjanya sehingga apa yang menjadi tujuannya dapat dicapai. Dengan kata lain, tingginya tingkat kinerja seorang auditor justru disebabkan oleh tingginya perilaku menyimpang yang dilakukan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Subroto (2015) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan negatif antara kinerja auditor dengan perilaku disfungsional.
Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu (Time Budget Pressure) terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Variabel tekanan anggaran waktu memiliki nilai koefisien sebesar 0,778 dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 ( 0,022 < 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa variabel tekanan anggaran waktu berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor. Dengan demikian hipotesis keempat diterima.
Besarnya tekanan yang dihadapi oleh auditor mengenai anggaran waktu yang diberikan untuk melaksanakan tugas audit dapat menimbulkan stress pada auditor. Sehingga auditor mungkin akan cenderung untuk melakukan tindakan yang menyimpang agar dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan anggaran waktu yang ada. Ketika auditor merasa bahwa anggaran waktu yang tersedia tidak mampu dicapai, maka pada saat itulah auditor akan cenderung
(2)
21
mengabaikan beberapa tahapan atau prosedur audit untuk tetap menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan anggaran waktu yang ditetapkan
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Wirasedana (2015) yang menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Locus of Control eksternal tidak berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
2. Keinginan berhenti bekerja (turnover intention) berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
3. Kinerja auditor tidak berpengaruh negatif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
4. Tekanan anggaran waktu (time budget pressure) berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan kuesioner untuk
mengumpulkan data, sehingga mungkinmasih terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah jawaban dari responden yang tidak benar, jawaban tidak serius, jawaban tidak jujur serta kemungkinan mengenai responden yang kurang paham terhadap pernyataan yang ada pada kuesioner
2. Penelitian ini terbatas pada objek penelitian, yaitu hanya menggunakan sampel auditor eksternal yang bekerja pada KAP di Yogyakarta dan Semarang sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk auditor secara keseluruhan
(3)
22
3. Sampel pada penelitian ini terbatas dari segi jumlah dan juga cakupan wilayah yang hanya mengambil sampel auditor di wilayah Yogyakarta dan Semarang 4. Penelitian ini terbatas pada empat variabel untuk menguji pengaruh variabel
locus of control, turnover intention, kinerja auditor dan time budget pressure terhadap perilaku disfungsional auditor
Saran
Berdasarkan beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Penelitian selanjutnya bisa menambahkan metode wawancara untuk
mengumpulkan data sehingga mengurangi kemungkinan responden untuk menjawab secara tidak objektif serta meningkatkan pemahaman responden mengenai item-item pernyataan yang diajukan
2. Memperluas cakupan wilayah penelitian sehingga jumlah sampel dapat lebih banyak dan hasil penelitian lebih dapat digeneralisasikan
3. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit seperti stress kerja, independensi, motivasi kerja, dan lain-lain
(4)
23
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Ramadhani Nurul, Sukirman dan Dhini Suryandari. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Disfungsional Audit : Penerimaan Auditor BPK Jateng. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Hal 133
Andani, Ni Made Surya dan I Made Mertha. 2014. Pengaruh Time Pressure, Audit Risk, Professional Commitment dan Locus of Control pada Penghentian Prematur Prosedur Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Bali. Hal 188
Asrini, Kadek J., Edy Sujana dan N. A. Surya Darmawan. 2014. Pengaruh Tekanan Waktu, Locus of Control dan Tindakan Supervisi terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali). E-Jurnal S1 Akuntansi. Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 2 No. 1 Tahun 2014
Dewi, Ni Made, N. R dan I. W. Pradnyantha Wirasedana. 2015. Pengaruh Time Budget Pressure, LOC, dan Task Complexity pada Dysfunctional Audit Behavior Akuntan Publik. E-Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Bali. 2-10
Evanauli, Ratna P. dan Ietje Nazaruddin. 2013. Penerimaan Auditor Atas Dysfunctional Audit Behavior: Sebuah Pendekatan Karakteristik Personal Auditor. Jurnal Akuntansi dan Investasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Vol. 14 No. 2 Juli 2013, 159-164
Febrina, Husna Lina. 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Personal Auditor terhadap Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit Behavior (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang
Ghozali, Imam, 2009.”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang
Hadi, Syamsul dan Maghfiroh Nirwanasari. 2014. Pengaruh Karakteristik Personal dan Faktor Situasional dalam Penerimaan Perlakuan Disfungsional. EKBISI, Vol. IX, No. 1. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. 16-21
Harini, D., A. Wahyudin dan I. Anisykurlillah. 2010. Analisis Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit Behavior: Pendekatan Karakteristik Personal Auditor. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. 2-20
(5)
24
Hartati, Nian Lucky. 2012. Pengaruh Karakteristik Internal dan Eksternal Auditor terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional atas Prosedur Audit. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang. Semarang. 2-4
Irawati, Y., T. Anastasia Petronila dan Mukhlasin. 2005. Hubungan Karakteristik Personal Auditor terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku dalam Audit. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. 15-16 September 2005, 931-936
Kartika, Indri dan Provita Wijayanti. 2007. “Locus of Control sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Studi pada Auditor Pemerintah yang Bekerja pada BPKP di Jawa Tengah dan DIY)”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. AUEP-05. Hal 2. Makassar. 26-28 Juli 2007, hal 2
Limawan, Yeni Fransisca dan Ni Putu Sri Harta Mimba. 2016. Pengaruh Komitmen Organisasi, Locus of Control dan Tekanan Anggaran Waktu Audit pada Penerimaan Underreporting of Time. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.15. 1 April 2016, hal 802
Marfuah, Siti. 2011. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dalam Perspektif Teori Stress Kerja. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang
Maryanti, P. 2005. Analisis Penerimaan Auditor Atas Dysfungctional Audit Behavior: Pendekatan Karakteristik Individual Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa). Jurnal Manajemen Akuntansi dan Sistem Informasi, Vol. 5 (2), 213-225
Nasution,H., dan Fitriany. 2012. “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit dan Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional dan Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin. Universitas Lambung Mangkurat. 20-23 Sept 2012
Nazaruddin, I., dan A. T. Basuki. 2015. Analisis Statistik dengan SPSS Edisi Pertama. Danisa Media. Yogyakarta
Pardede, Eunike Hedriani. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Audit Disfungsional.Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Rizki, Riri. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Auditor atas Perilaku Disfungsional Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(6)
25
Rustiarini, Ni Wayan. 2013. Sifat Kepribadian dan Locus of Control sebagai Pemoderasi Hubungan Stres Kerja dan Perilaku Disfungsional Audit. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado. 25-28 Sept 2013
Setyaningrum, Fina dan Henny Murtini. 2014. Determinan Perilaku Disfungsional Audit (Pada Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Hal 366
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Bisnis. ALFABETA. Bandung
Susanti, Mila dan Bambang Subroto. 2015. Penerimaan Auditor terhadap Penyimpangan Perilaku Audit Melalui Pendekatan Karakteristik Personal Auditor. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang
Wahyudin, A., I. Anisykurlillah dan D. Harini. 2011. Analisis Dysfunctional Audit Behavior : Sebuah Pendekatan Karakteristik Personal Auditor. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 3, No. 2. Universitas Negeri Semarang. Semarang, 67-73
Weningtyas, S., D. Setiawan dan Hanung Triatmoko. 2006. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX. K-AUDI 14. Hal 7. Padang. 23-26 Agustus 2006, 3-14