Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam karboksilat adalah salah satu grup senyawa organik oleh grup karboksil yang berasal dari dua kata yaitu karbonil dan hidroksil. Pada umumnya formula dari asam karboksilat adalah RCOOH yang bersifat asam karena dapat terionisasi dalam larutan menjadi anion karboksilat, COO - dan sebuah proton Wilbraham,A.C dan Matta, M.S 1992 . Anion karboksilat RCOO - dapat juga diturunkan dari asam karboksilat dengan natrium hidroksida. Anion karboksilat menunjukkan sifat ligan yang unik jika mengompleks dengan logam karena dapat membentuk beberapa mode yang berbeda. Ligan anion karboksilat yang telah dilaporkan sebagai berikut : R C O O R C O O M Struktur I Struktur II R CH O M O M Struktur III M R C O O M M R C O M O M M Struktur IV Struktur V Gambar 1.1 Beberapa Struktur Kompleks Anion Karboksilat dengan Logam M Struktur I merupakan kompleks yang ligan anion karboksilatnya terkoordinasi secara monodentat ke logam M melalui salah satu atom oksigennya, sedangkan atom yang lain terbebas dari koordinasi. Berbeda dengan Struktur I, Struktur II adalah kompleks yang anion karboksilatnya membentuk kompleks kelat bidentat dengan logam M. Pada Struktur III ligan karboksilat terkoordinasi secara bidentat dan bertindak sebagai Universitas Sumatera Utara 2 ligan penghubung bridging ligand di mana kedua atom O dari anion karboksilat terikat pada dua buah logam M yang berbeda Mesubi, A.M.1982 . Struktur IV menunjukkan bahwa igan anion karboksilat bertindakn sebagai ligan bidentat, tetapi kedua logam M terkoordinasi hanya pada satu atom O saja sedangkan atom O yang lain tetap terbebas sedangkan Struktur V, ligan anion karboksilat terkoordinasi secara tridentat yaitu satu atom O terikat pada 2 logam M yang berbeda dan satu atom O yang lainnya hanya berikatan pada satu logam M Gao Wu, Y dkk. 2009 Keunikan lain dari anion karboksilat ini adalah karakter terhadap sinar inframerah, sehingga spektroskopi inframerah merupakan salah satu cara karakterisasi yang cukup memadai terhadap kompleks – kompleks karboksilat ini. Dalam spektrum inframerah dari anion karboksilat , RCOO - selalu terlihat ada 2 jenis frekuensi absorpsi gugus karbonilnya yaitu  a COO - asimetri yang tampak pada frekuensi yang lebih tinggi sekitar 1650 - 1550 cm -1 dan  s COO - simetri yang timbul pada frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi adsorpsi asimetri yaitu sekitar 1400 cm -1 Silverstein, R.M, 1981 . Frekuensi absorpsi gugus karbonil  CO dalam suatu kompleks sangat dipengaruhi oleh jenis logam dalam kompleks, jenis anion karboksilat yang digunakan dan cara terkoordinasi ligan tersebut pada logam, apakak monodentat, bidentat kelat ataupun bidentat atau tridentat jembatan yang menghubungkan 2 atau lebih logam. Dengan demikian, dengan studi inframerah dari kompleks – kompleks anion karboksilat ini diharapkan dapat menentukan struktur dari kompleks tersebut. Nakamoto dan McCarthy telah mensintesa dan beberapa kompleks asam karboksilat dengan atom C genap C 6 – C 18 dengan beberapa logam yaitu Zn, Cd, Pb dan mengkarakterisasinya dengan spektrum inframerah. Nakamoto menyatakan jika ligan terkoordinasi secara monodentat Struktur I maka  a COO - akan bergeser kearah yang lebih tinggi dan  s COO - akan bergeser kearah frekuensi yang lebih rendah sedangkan jika koordinasinya bidentat baik kelat Struktur II ataupun jembatan Struktur III maka Universitas Sumatera Utara 3 baik  a COO - maupun  s COO - akan bergeser ke arah frekuensi yang lebih rendah karena derajat ikatannya bond order berubah sama besar kearah yang lebih kecil Nakamoto dan McCarthy, 1968. Setyawati dan Murwani juga telah mengkarakterisasi senyawa kompleks yang terbentuk dari reaksi FeCl 3 dengan EDTA sehingga diperoleh FeIII-EDTA. Hasil karakterisasi inframerah diperoleh pita serapan gugus karboksilat asimetri, gugus  a COO - , muncul pada bilangan gelombang 1627 cm -1 dan pita serapan gugus karboksilat simetri,  a COO - , pada bilangan gelombang1396 cm -1 Setyawati, H dan Murwani, I.K, 2010 . O Fe O O N N O O O O O Gambar 1.2 Struktur [FeIII-EDTA] Purba juga telah mensintesa kompleks aseto bis-1,2-difenilfosfino etana kloro Paladium II dengan mereaksikan dari PdCl 2 dengan bis-1,2-difenilfosfino etana dalam suasana asam asetat dengan pelarut alkohol. Pada senyawa kompleks ini ion asetat bertindak sebagai ligan monodentat. Spektrum inframerah menunjukkan 3 frekuensi yaitu gugus karbonil  CO 1739 cm -1 disebabkan oleh adanya gugus CO bebas dan timbul pada frekuensi yang lebih tinggi. Dua absorpsi lainnya timbul pada frekuensi 1535 cm -1 dan 1430 cm -1 masing – masing disebabkan oleh frekuensi asimetri  a COO dan frekuensi simetri v s sehingga asetat terkoordinasi pada logam Pd secara monodentat Purba, Y.R, 2004. Universitas Sumatera Utara 4 P H 2 C H 2 C P Pd O C CH 3 O Cl 2 2 Gambar 1.3 StrukturAseto Bis-1,2-difenilfosfino etana kloro paladium II Carballo telah mensintesa beberapa kompleks tembaga dengan α-hidroksi karboksilat HL dan 1,10 phenantrolin phen,[CuHL 2 phen] dan dikarakterisasi dengan inframerah. C O HO R 2 R 1 HO HL : R 1 = H, R 2 = H asam glikolat R 1 = H, R 2 = Me asam laktat R 1 = H, R 2 = Ph asam mandelat R 1 = Ph, R 2 = Ph asam benzilat Gambar 1.4 Struktur α-hidroksi asam karboksilat HL Dari spektrum inframerah keempat kompleks diatas terlihat puncak serapan yang kuat strong absorbstion pada 1600 cm -1 yang disebabkan oleh frekuensi stretching asimetri,  a COO dan antara 1330 – 1390 cm -1 disebabkan oleh frekuensi stretching simetri,  s COO. Pada kompleks ini gugus karboksilat mengompleks secara monodentat yang diprediksi dari harga ∆  =  a COO –  s COO antara 210 – 270 cm -1 Carballo, R dan Covelo, B. 2000 Selain dari logam transisi, kompleks karboksilat juga telah dibuat dengan logam logam tanah jarang yaitu Eu III. Zhao melaporkan kompleks logam tanah jarang rare earth yaitu Eu dengan ligan asam benzoat BA, phenilasetat PLA, dibenzoilmetana DBM dan 1,10 phenantrolin phen sehingga diperoleh kompleks [EuDBMBA 2 phen], [EuDBMPLA 2 phen], [EuDBM 2 PLAphen]. Spektrum IR DBM menunjukkan adanya  CO pada 1579 cm -1 dan pada kompleks DBMnya  CO berubah menjadi antara 1548 – 1552 cm -1 yang menunjukkan terbentuknya koordinasi Universitas Sumatera Utara 5 atom oksigen pada logam Eu III. Pita serapan dari gugus COOH yang terlihat spektrum infamerah BA dan PLA masing – masing pada 1689 cm -1 dan 1697 cm -1 tidak tampak lagi dan sebagai gantinya timbul pita serapan baru pada  a COO - dan  s COO - antara 1545 – 1620 cm -1 dan 1404 – 1411 cm -1 yang menunjukkan bahwa gugus karbonil telah terkoordinasi pada logam Eu Na, Zhao dkk, 2007 . Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa spektroskopi inframerah merupakan alat yang cukup baik untuk menentukan struktur suatu kompleks dan cara koordinasi ligan karboksilat terhadap logam. Dan logam juga berpengaruh untuk membentuk ikatan dan struktur kompleks. Dalam penelitian ini akan dibuat kompleks karboksilat dengan beberapa logam satu periode dimana semakin ke kanan dari periode maka jumlah elektron pada orbital d semakin bertambah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mensintesa dan mengkarakterisasi kompleks karboksilat dari beberapa logam pada periode empat yaitu FeII, CoII, NiII, CuII dan ZnII dimana semakin kekanan logam tersebut semakin bertambah bayak elektronnya pada orbital d yaitu d 6 , d 7 , d 8 , d 9 dan d 10 dan anion karboksilat yang digunakan adalah asam etanoat, asam dekanoat, asam heksadekanoat.

1.2 Permasalahan

Dokumen yang terkait

ADSORPSI ION Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), dan Pb(II) DALAM LARUTAN OLEH ALGA Tetraselmis sp DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT (ADSORPTION OF Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), and Pb(II) IONS IN SOLUTION By Tetraselmis sp ALGAE WITH A COATING SILICA-MAGNET

4 40 43

ADSORPSI ION Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), DAN Pb(II) DALAM LARUTAN OLEH ALGA Chaetoceros sp DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT (THE ADSORPTION of Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), and Pb(II) IONS in AQUEOUS SOLUTION by ALGAE Chaetoceros sp with SILICA-MAGN

1 12 40

TRANSP0R sELEKTIF ION Cu(II) DARI IoN Co(II), Ni(II) DAN Cd(II) DENGAN MEMAKAI DIMETILGLIOKSIM SEBAGAI PEMASKING MELALUI METODA MEMBRAN CAIR FASA RUAH.

0 0 7

TRANSPOR SELEKTIF Cd(II) DARI GANGGUAN Co(II), Ni(II) DAN Cu(II) DENGAN MEMAKAI ETILENDIAMIN SEBAGAI PEMASKING MELALUI METODA MEMBRAN CAIR FASA RUAH.

0 0 6

PENGARUH ION Co(II), Ni(II), DAN Cu(II) TERHADAP TRANSPOR ION Zn(II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH DENGAN ZAT PEMBAWA OKSIN.

0 0 6

TRANSPOR SELEKTIF ION ZN(II) DARI ION Co(II), Ni(II) DAN Cu (II) DENGAN MENGGGUNAKAN DIMETILGLIOKSIM SEBAGAI PEMASKING MELALUI METODA MEMBRAN CAIR FASA RUAH.

0 0 7

Transpor Selektif Cd(II) Dari Gangguan Co(II)' Ni(II) Dan Cu(II) Dengan Memakai Dimetilglioksim Sebagai Pemasking Melalui Metoda Membran Cair Fasa Ruah.

0 0 6

Density Functional Theory Untuk Penentuan Geometri Dan Sifat-Sifat Energetik Dari Kompleks Logam Co(Ii), Ni(Ii) - Dibutilditiokarbamat Dan Co(Ii), Ni(Ii) - Dibutilditiofosfat.

0 5 2

Phosphonate Modified Silica for Adsorption of Co(II), Ni(II), Cu(II), and Zn(II) | Widjonarko | Indonesian Journal of Chemistry 21251 40336 1 PB

0 0 9

Removal of Ni(II), Cu(II), and Zn(II) ions from aqueous solution using

0 0 11