Hukum Perbankan Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Berkaitan dengan Menjaga Rahasia Bank (Studi Kasus Pada Bank Agro Kantor Cabang Medan).

Bank sebagai penerima simpanan giro sering dikatakan sebagai lembaga yang mempunyai kemampuan menciptakan uang.Dalam konteks demikian bank sering dikatakan sebagai media kebijakan moneter. 5. Penyedia Informasi, Pemberian Konsultasi, Bantuan Penyelenggara Administrasi Informasi suku bungainvestasi, konsultasi investasi, bantuan administrasi proyek dan sebagainya sudah lazim dilakukan oleh bank-bank sekarang ini. 17 Seluruh fungsi pokok dari bank ini dilaksanakan oleh pengelola bank dengan sebaik-baiknya, sehingga masyarakat akan mau menyimpankan uangnya di bank dengan rasa kepercayaan yang tinggi, selain itu bank dalam memenuhi kepuasan dan kepercayaan dari masyarakat sebagai nasabah mendapatkan fasilitas balas jasa berupa, bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan,atau balas jasa lainnya. Karena semakin tinggi fasilitas balas jasa yang ditawarkan bank kepada masyarakat maka akan menarik minat yang banyak dari masyarakat untuk menyimpankan uangnya di bank.

B. Hukum Perbankan

Hukum perbankan adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, baik kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan usaha bank. 17 Djoni S.Gazali,Hukum Perbankan,cetakan pertama,Sinar Grafika, Jakarta, Juli 2010,halaman140 Universitas Sumatera Utara Muhamad Djumhana mengatakan “Hukum perbankan adalah sebagian kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilhat dari segi esensi dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain.” 18 Dikatakan lebih lanjut ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan meliputi: a Asas- asas perbanakan, seperti norma efisiensi, keefektivan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan, hubungan hak dan kewajiban bank; b Para perilaku perbankan seperti dewan komisaris, direksi dan karyawan, maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum pengelola, seperti Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, Koperasi. Mengenai bentuk kepemilikan, seperti milik pemerintah, swasta, patungan dengan bank asing, c Kaidah-kaidah perbankan yang khusus diperuntukkan untuk mengatur perlindungan kepentingan umum dari tindakan perbankan seperti pencegahan persaingan yang tidak sehat,perlindungan nasabah. d Yang menyangkut dengan struktur organisasi yang berhubungan dengan bidang perbankan seperti eksistensi dari Dewan Moneter Bnak Sentral. 18 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT.Citra aditya bakti, Bandung, 2006,hal Universitas Sumatera Utara e Yang mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh bisnisnya bank tersebut, seperti pengadilan, sanksi insentif, pengawasan dan lain-lain 19 Sementara itu Munir Fuady menyatakan, “Bahwa hukum yang mengatur masalah perbankan disebut hukum perbankan banking law, yakni seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masala-masalah perbankan sebagai lembaga dan aspek kegiatan sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank,perilaku petugas-petugasnya ,hak dan kewajiban,tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan,apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank,eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan”. 20 Maka secara sederhana bahwa hukum perbankan merupakan seluruh kaidah hukum yang berkenaan dengan persoalan-persoalan mengenai perbankan yang memiliki unsur-unsur diantaranya terdiri atas peraturan hukum norma dan asas-asas hukum perbankan, pengertian–pengertian hukum perbankan, struktur hukum perbankan serta budaya yang berkembang dalam hukum perbankan. Ketentuan hukum perbankan itu juga mengatur seluruh proses dan cara melakukan kegiatan keusahaan pada bank. Juga diharapkan dapat mengatur ketatalaksanaan kelembagaan bank, yang mencakup perizinan, bentuk hukum, kepengurusan, kepemilikan bank, juga mengatur bangun organisasi yang menunjang kegiatan usaha bank. Dimuat pula dalam hukum perbankan, ketentuan pembimbingan dana pengawasan bank oleh Bank Indonesia dan kerahasiaan bank. Hukum perbankan memiliki sumber hukum yang dapat dibedakan yaitu sumber hukum dalam arti formal dan sumber hukum dalam arti material. Sumber 19 ibid 20 Munir fuady, Op. cit halaman 14 Universitas Sumatera Utara hukum dalam arti material adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri, dan itu bergantung dari sudut mana ditinjau nya, apakah dari sudut pandang ekonomi, sejarah, sosiologi dan lain sebagainya. Djumhana menyatakan bahwa, “ kebutuhan-kebutuhan terhadap lembaga perbankan dalam suatu masyarakat itulah yang menimbulkan isi hukum yang bersangkutan. Sumber hukum dalam arti material baru diperhatikan jika dianggap perlu untuk diketahui akan asal-usul hukum.” 21 Adapun hukum dalam arti formal adalah tempat diketemukannya ketentuan hukum dan perundang-undangan tertulis yang mengatur tentang perbankan. Tidak sama hal nya dengan hukum perdata, hukum perbankan adalah hukum yang belum terkodifikasi tetapi bersumber dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah tertentu, dan juga bersumber kepada perundang-undangan lainnya diluar peraturan perundang-undangan perbankan dan kebanksentralan. Yang menjadi salah satu dari sumber hukum formal mengenai perbankan yang berlaku sampai pada saat ini antara lain: 1. Undang-Undang Dasar 1945 beserta amandemennya. 2. Undang-undang Pokok di Bidang Perbankan dan Undang-Undang pendukung sektor ekonomi dan sektor lainnya yang terkait, seperti: a. Peraturan pokok yaitu Undang-Undan No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 10 21 Djumhana,Op.cit, hal 15 Universitas Sumatera Utara Tahun 1998, dan Undang- Undang No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 3 Tahun 2004 dan Undang-Undang No 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penajamin Simpanan. b. Peraturan pendukung, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang- Undang Hukum Dagang maupun Kitab Undang- Undang Hukum Pidana serta Undang-Undang lainnya yang berkaitan dan banyak hubungannya dengan kegiatan perbankan. 3. Peraturan Pemerintah 4. Peraturan Presiden 5. Keputusan Menteri Keuangan 6. Peraturan Bank Indonesia 7. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh institusi pemerintah yang tidak langsung mengurus perbankan, tetapi peraturanya memuat ketentuan yang erat dengan kegiatan perbankan, misalnya Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur Perbankan Milik Pemerintah Daerah dan keputusan Ketua Badan Pengawas pasar modal contohnya, aturan tentang Persetujuan Bank Umum sebagai Kustodian. Selain itu dalam membentuk suatu hukum perbankan dapat didukung oleh beberapa faktor lainnya, diantaranya perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan nasabah dengan bank ,ajaran hukum melalui peradilan yang termuat dalam putusan hakim yurisprudensi, doktrin-doktrin hukum dan kebiasaan dan kelaziman yang berlaku dalam industri perbankan. Universitas Sumatera Utara Dilihat dari fungsi utama nya pengaturan hukum perbankan di Indonesia yaitu mengingat perbankan semakin dominan sebagi sumber investasi hukum perbankan memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas moneter, melakukan pengawasan dalam rangka menjaga kesehatan dan keamanan maupun sistem keuangan keseluruhan, agar tercipta praktik perbankan dan persaingan antar bank yang sehat, melindungi nasabah dan menjaga stabilitas pasar uang, meningkatkan kegunaan sistem perbankan untuk kehidupan masyarakat atas jasa keuangan yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau. Tujuan pencapaian program-program pembangunan, khususnya ikut mengatasi masalah-masalah ekonomi, memberikan kontribusi pada usaha-usaha yang dapat meningkatkan perekonomian. Sedangkan dilihat dari sifatnya dalam struktur kaidah hukum dapat dibedakan atas hukum imperatifhukum memaksa dan hukum fakultatifhukum mengatur atau hukum pelengkap, pembedaan ini berdasarkan pada kekuatan dari sanksinya, hukum memaksa itu hukum yang dalam keadaan konkret tidak dapat disisihkan atau dikesampingkan oleh perjanjiankontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak yang berkepentingan itu sendiri,dengan kata lain hukum tersebut mempunyai paksaan yang mutlak untuk ditaati dalam keadaan bagaimanapun. Bilamana kedua belah pihak dapat menyelesaikan soal mereka dengan membuat sendiri suatu peraturan, maka peraturan hukum yang tercantum dalam pasal bersangkutan, tidak perlu dijalankan, hukum yang mengatur biasanya dijalankan bilamana kedua belah pihak tidak membuat sendiri suatu peraturan Universitas Sumatera Utara atau membuat sendiri peraturan tetapi tidak lengkap, hukum mengatur disebut juga hukum menambah. 22 Apabila dikaitkan dengan sifat hukum perbankan, maka sifat hukum perbankan merupakan hukum yang memaksa artinya bank dalam menjalankan kegiatan usaha harus patuh dan taat terhadap aturan hukum yang dibuat dalam undang-undang, apabila aturan hukum tersebut dilanggar, maka Bank Indonesia berwenang untuk menindak lanjuti bank yang bersangkutan sampai pada pemberian sanksi administratif yaitu pencabutan izin usaha bank tersebut. Walaupun demikian bank dapat menerapkan ketentuan atau kebijakan umum self regulation yang berlaku dalam bank itu sendiri dengan mengacu ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia dan bank juga diharapkan dalam melaksanakan kebijakan umum tersebut dapat mempertanggung jawabkannya. Adapun hal-hal yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah mengingat sebagian sumber pendanaan bank berasal dari masyarakat nasabah disamping dengan modal bank itu tersendiri, maka perlu diterapkannya prinsip kehati-hatian bank dan kesehatan bank. Bank dapat melakukan kegiatan perbankan nya apabila masyarakat selalu mempercayakanprinsip keprcayaan bank untuk menyimpan harta kekayaan nya, dengan demikan bank dalam memobilisasi dana dari masyarakat tersebut harus bekerja secara berhati-hati prinsip kehati-hatian. Ini menandakan bahwa bank 22 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,Aneka Cara Pembedaan Hukum, Bandung, 1980, halaman 21‐22 Universitas Sumatera Utara dalam menjalankan prinsip kehati-hatian secara tidak langsung memberikan perlindungan hukum dan jaminan keamanan kepada masyarakat nasabah bank. Selain itu perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dalam dunia perbankan diwujudkan dengan tindakan konkret atau diatur dengan norma hukum dan sebagai perwujudan lebih lanjut terhadap prinsip- prinsip yang melandasi kegiatan perbankan. Bahkan materi muatan norma hukum yang mengatur tentang kegiatan perbankan tersebut harus terdapat penjabaran lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip yang diterapkan dalam kegiatan perbankan. Diadakannya norma hukum yang mengatur kegiatan perbankan tersebut maka diharapkan tercapainya penjelasan mengenai hak dan kewajiban pihak- pihak yang berkepentingan dalam kegiatan perbankan ini, sehingga terciptanya hubungan yang baik dan seimbang serta dapat melindungi kepentingan dari pihak- pihak terkait dalam kegiatan perbankan tersebut. Norma hukum digunakan dalam pengaturan kepentingan pihak-pihak yang terkait dalam dunia perbankan dikarenakan norma hukum memiliki legitimasi normatif serta memberikan efek penjera bagi pelanggarannya. Dalam kaitan ini hukum dipandang sebagai statutory instrument, yang berfungsi sebagai alat mekanis yaitu sengaja secara sadar dipakai untuk mewujudkan keputusan- keputusan politik masyarakat dan sekaligus menghasilkan hukum yang responsif terhadap kegiatan perbankan, melalui sarana hukum politik kegiatan perbankan dapat dilaksanakan. Universitas Sumatera Utara Politik kegiatan perbankan dengan sendirinya akan mendapatkan legitimasi dari hukum dan sebaliknya dengan menggunakan sarana hukum maka kepentingan pihak-pihak terkait dalam kegiatan perbankan dapat diwujudkan, dengan demikian hukum merupakan insturmen yang berhasil guna dan berdaya guna yang dimiliki oleh negara utnuk mewujudkan berbagai politik kegiatan perbankan dalam konteks mewujudkan sistem perbankan nasional yang sehat, kuat, dan efesien, guna meciptakan kestabilan keuangan nasional. 23 Hukum perbankan tidak hanya ditujukan untuk melindungi kepentingan negara semata melainkan hukum perbankan ditujukan untuk melindung kepentingan sosial masyarakat banyak pada umumnya dan kepentingan masyarakat pribadi, dalam hal ini nasabah bank dari perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan masyarakat banyak dan merugikan kegiatan perbankan itu sendiri. Sehingga memenuhi tujuan utama dari adanya hukum perbankan yang diatur secara hukum normatif untuk menjaga keamanan dan kesehatan bank dengan baik serta sekaligus kesehatan sistem keuangan nasional secara keseluruhan, selain itu pengaturan secara normatif kegiatan perbankan ini juga hendaknya melindungi dan menjamin keamanan nasabah dari praktik-praktik perbankan yang tidak sehat yang jika tidak diatur secara normatif pada gilirannya akan dapat merugikan masyarakat banyak dan sekaligus menganggu sistem keuangan nasional secara keseluruhan. 23 Djoni S Gazali, Op.Cit hal 18 Universitas Sumatera Utara C . Jenis –Jenis Kelembagaan Bank 1. Jenis Bank Menurut Fungsi 2. Dengan adanya perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 dengan Undang-Undang No 10 Tahun 1998 maka kita akan mendapatkan penjelasan tentang jenis-jenis bank menurut fungsinya yaitu antara lain: a Bank Umum Bank Umum adalah bank melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dari pengertian ini maka dengan sendirinya Bank Umum adalah bank pencipta uang giral. b Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dari pengertian ini maka dengan sendirinya bank Perkreditan Rakyat adalah bukan bank pencipta uang giral,sebab Bank Perkreditan rakyat tidak ikut memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. c Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentun. Kegiatan tertentu dimaksud antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi, Universitas Sumatera Utara pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil, pengembangan ekspor nonmigas dan pengembangan pembangunan rumah. 3. Jenis Bank menurut Bentuk Badan Usaha Menurut bentuk badan usaha, jenis kelembagaan bank dapa berupa: a. Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa: 1 Perseroan Terbatas 2 Koperasi 3 Perusahaan Daerah b. Bentuk hukum untuk Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa: 1 Perusahaan daerah 2 Koperasi 3 Perseroan Terbatas 4 Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 4. Jenis Bank Menurut Kegiatan Usaha Menurut kegiatan usaha jenis kelembagaan bank dapat dibedakan menjadi: a. Bank Konvensional Yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. 1 Bank Umum Konvensional adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum Konvensional dlam kegiatannya menjalankan usahanya Universitas Sumatera Utara dengan dual banking system sistem konvensional dan sistem syariah. 2 Bank Perkreditan Rakyat adalah bank konvensional yang menjalankan kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran . b. Bank Syariah Yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip- prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 1 Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran; 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatan nya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 5. Jenis Bank Dilihat Dari Segi Status Dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat bank umum dapat dibagi dalam dua jenis. Pembagian ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk,kualitas pelayanan, maupun dari segi modal, untuk memperoleh status tertentu diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula. Jenis bank menurut status nya adalah: a Bank Devisa Universitas Sumatera Utara Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan misalnya travellers cheque, pembukaan dan pembayaran letter of credit, transfer keluar negeri,inkaso keluar negeri. Yang menjadi persyaratan untuk menjadi bank devisa ini telah ditentukan oleh Bank Indonesia. b Bank non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi seperti yang dilakukan oleh bank devisa dengan demikian tidak diperbolehkan melakukan transaksi sepeti bank devisa,dan hanya bisa melakukan transaksi dalam negeri saja. Di setiap negara pada umumnya memiliki satu bank sentral yaitu merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan di dunia keuangan, di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia, fungsi Bank Indonesia selain daripada bank sentral adalah bank sirkulasi, bank to bank. Kantor pusat Bank Sentral terletak di Ibu kota negara, di Indonesia Bank Sentral berada di Jakarta dan mempunyai kantor di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya berada di ibu kota Provinsi serta perwakilan-perwakilan diluar negeri. Fungsi Bank Sentral pada setiap negara manapun akan memiliki peranan yang sangat penting untuk memajukan perkembangan pembangunan dan perekonomian di negara nya, begitu juga dengan Bank Indonesia dimana Bank Universitas Sumatera Utara Indonesia memliki peranan yang penting di Indonesia, baik dalam melayani pemerintah, dunia keuangan dan perbankan yang ada di Indonesia dan di seluruh dunia. Peranan Bank Sentral disebut juga bank to bank, dimana peranan Bank Indonesia sebagai bank to bank yaitu mengatur, mengawasi, mengkordinir, serta memberikan tindakan kepada dunia perbankan.Bank Indonesia juga mengurus dana yang dihimpun dari masyarakat agar disalurkan kembali kepada masyarakat agar tercapainya pembangunan nasional. Kemudian disamping mengurus dana perbankan, Bank Indonesia juga mengawasi kegiatan perbankan secara keseluruhan. Peranan lainnya dari Bank Sentral adalah mencetak dan mendistribusikan uang terutama uang kertas dan logam dan mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan maksud menjaga kestabilan rupiah. Disamping itu hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah adalah sebagai pemegang kas pemerintah, pengikutsertaan Bank Indonesia dalam perencanaan dan pembahasan mengenai masalah ekonomi, perbankan dan keuangan dan yang berkaitan dengan tugas dan wewenang dari Bank Indonesia. Begitu pula dengan hubungan Bank Indonesia dengan dunia internasional yaitu mengatur hubungan keuangan Indonesia dengan luar negeri seperti misalnya pinjaman luar negeri, melakukan kerja sama dengan Bank Sentral negara lain, bekerja sama dengan organisasi internasional. Universitas Sumatera Utara BAB III PENGATURAN HUKUM MENGENAI RAHASIA BANK A. PENGERTIAN RAHASIA BANK Bank memiliki tuntutan sebagai suatu lembaga keuangan yang eksistensinya yang sangat ditentukan oleh kepercayaan mutlak dari nasabahnya yang sudah memberikan kepercayaan kepada bank untuk menyimpankan dananya kepada bank tersebut. Mengingat bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran, masyarakat luas berkepentingan atas kesehatan dari sistem-sistem tersebut. Adapun kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan komponen yang pentik untuk tetap menjaga eksistensi suatu bank, sehingga terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan bank. Salah satu hal yang dapat dilakukan bank untuk menjaga kepercayaan dari nasabahnya adalah dengan bank mematuhi kewajiban rahasia bank tersebut, rahasia bank merupakan suatu konsep yang telah dikenal di negara manapun di dunia ini yang memiliki lembaga keuangan bank, ini menunjukkan bahwa rahasia bank merupakan suatu hal yang sangat penting bagi nasabah penyimpan dan simpanannya maupun bagi bank itu sendiri di negara manapun, sebab nasabah tidak akan mau menyimpankan dana kepada bank apabila nasabah mengetahui bahwa bank yang bersangkutan tidak memberikan jaminan bahwa bank tidak akan menyalahgunakan pengetahuan tentang simpanan dan keuangan nasabahnya. Konsep rahasia bank itu sendiri muncul untuk tujuan melindungi kepentingan nasbah yang bersangkutan, hal ini bermula ketika Court of Appeal Universitas Sumatera Utara Inggris secara bulat memutuskan pendiriannya dalam kasus Tournier v. National Provincial and Union Bank of England Tahun 1924. Suatu putusan Pengadilan yang kemudian menjadi landasan hukum yang dapat digunakan apabila terjadinya kasus mengenai ketentuan rahasia bank di Inggris, putusan pengadilan ini kemudian menjadi acuan oleh pengadilan- pengadilan di negara lain yang mengadili kasus mengenai ketentuan rahasia bank. Bahkan 60 tahun sebelum adanya putusan dalam perkara ini, pihak juri telah berpendapat bahwa terdapat kewajiban bank untuk tidak boleh mengungkapkan keadaan keuangan nasabah bank yang bersangkutan kepada pihak lain, namun pada waktu itu pendirian tersebut belum memperoleh afirmasi dari putusan-putusan pengadilan berikutnya. 24 Seperti halnya pada negara Swiss merupakan salah satu negara yang memegang teguh untuk tetap menjaga rahasia bank tersebut, di Indonesia juga merupakan negara yang mewujudkan perlindungan kepentingan nasabahnya dengan menerapkan rahasia bank dalam dunia perbankan. Di Indonesia dalam penerapan rahasia bank terdapat dua teori yang berkaitan yaitu teori rahasia bank yang bersifat mutlakabsolutely theory dan teori rahasia bank yang bersifat relatif atau nisbi. Yang dimaksud dengan teori rahasia bank bersifat mutlak adalah bahwa bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya dalam keadaan apapun,biasa atau dalam keadaan luar biasa, 24 Sutan Remy Sjahdeni”Rahasia Bank: Berbagai Masalah Di Sekitarnya” diambil dari Djoni S.Gazali,Hukum Perbankan,cetakan pertama,Sinar Grafika, Jakarta, Juli 2010,halaman 489 Universitas Sumatera Utara teori ini lebih menonjolkan kepentingan individu yang membuat kepentingan negara dan masyarakat sering terabaikan. Sedangkan teori rahasia bank bersifat relatif nisbi adalah bank diperbolehkan membuka rahasia nasabahnya bila untuk kepentingan mendesak misalnya kepentingan negara. 25 Teori ini lebih menghendaki perbandingan kepentingan yang mana lebih diutamakan untuk dibuka dan tidak dibukanya rahasia bank berkaitan dengan kepentingan negara dan kepentingan hukum. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai perbankan di Indonesia yaitu Undang-Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menajdi Undang-Undang No 10 Tahun 1998 ketentuan rahasia bank terdapat pada pasal 1 angka 16 Undang-Undang No 7 tahun 1992 Tentang Perbankan yang dimaksud dengan ”Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan.” 26 Kemudian dalam Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang No 7 Tahun 1992 menyatakan bahwa ” Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan,kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44.” 27 25 Muhamad Djumhana,”Rahasia BankKetentuan dan Penerapannya, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996,halaman 116 26 Pasal 1 angka 16 Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang ‐Undang No 10 Tahun 1998 27 Pasal 40 ayat 1 Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang ‐Undang No 10 Tahun 1998 Universitas Sumatera Utara Sementara itu Penjelasan atas Pasal 40 ayat1 Undang-Undang No 7 Tahun 1992 menguraikan ”kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yangberhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari orang atau badan yang diketahui oleh bank karena kegiatannya.” Dengan demikian bahwa lingkup rahasia bank bukan hanya menyangkut keadaan keuangan dari nasabah yang menyimpan dana pada bank saja, melainkan pula nasabah lainnya yang menggunakan atau memanfaatkan jasa perbankan selain jasa penyimpan dana. Dengan berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 yang dilindungi oleh ketentuan kerahasiaan bank adalah baik nasabah kreditur maupun nasabah debitur, serta nasabah bank lainnya yang juga menggunakan atau memanfaatkan jasa pelayanan bank. Demikian pula yang dirahasiakan tidak terbatas hanya menyangkut data dan informasi mengenai segala sesuatu yang bersangkutan dengan keuangan pada bank yang bersangkutan melainkan termasuk hal-hal lain dari orang atau badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya yang wajib pula dirahasiakan . Namun demikian masyarakat menganggap bahwa ruang lingkup yang berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 dalam pasal 40 ayat 1 tersebut terlalu luas karena sampai mencakup kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabahaktiva bank, masyarakat memiliki anggapan bahwa sebaiknya lingkup daripada rahasia bank tersebut hanya meliputi dana simpanan nasabah saja Universitas Sumatera Utara passiva bank, karena lingkup rahasia bank yang meliputi kredit yang diterima oleh nasabahaktiva bank dirasakan oleh masyarakat sebagai memasung hak masyarakat untuk mengetahui kredit-kredit macet perbankan yang sangat mempengaruhi kesehatan perbankan 28 Maka dari itu sebagai perwujudan gagasan untuk meningkatkan fungsi kontrol sosial terhadap institusi perbankan,pemebentuk peruran oerundang- undang melakukan pembaharuan terhadap Undang-Undang No 7 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang No 10 Tahun 1998 terhadap rumusan mengenai ruang lingkup rahasia bank yang dirumusakan pada Pasal 1 angka 28,yaitu” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.” 29 Demikian pula Pasal 40 ayat 1 juga mengalami perubahan yaitu ” Bank wajib merahasiakan keterangan nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam, Pasal 41,Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan pada Pasal 44A.” 30 Sementara itu Penjelasan atas Pasal 40 ayat1 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa ” apabila nasabah bank adalah nasabah penyimpan yang sekaligus juga sebagai nasabah debitur, bank wajib tetap merahasiakan keterangan tentang nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah penyimpan. Keterangan nasabah sebagai nasabh penyimpan,bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan bank.” 28 Sutan Remy Sjahdeni, Op.cit halaman497 29 Pasal 1 angka 28 Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang ‐Undang No 10 Tahun 1998 30 Pasal 40 ayat1 Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No 10 Tahun 1998 Universitas Sumatera Utara Sebelumnya berdasakan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 bahwa ruang lingkup rahasia bank meliputi dana simpanan nasabah kreditor 31 dan juga kredit yang diterima oleh nasabah debitur. 32 Tetapi pada saat ini ruang lingkup rahasia bank sudah terbatas hanya terhadap identitas nasabah penyimpan di samping keadaan simpanan nasabah penyimpan yang bersangkutan. Ini berarti yang dilindungi rahasia bank tidak hanya meliputi simpanan saja melainkan juga meliputi identitas nasabah penyimpannya. Untuk melindungi suatu informasi dikenal adanya hukum kerahasiaan yaitu hukum yang berisikan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan perlindungan rahasia baik yang menyangkut rahasia yang sifatnya pribadi atau rahasia pemerintah. Objek dari hukum kerahasiaan adalah meliputi informasi yang terjadi karena tugas dang funsginya seseorang misalnya dalam hubungan pengacara dengan kliennya, notaris dengan kliennya, wartawan dengan sumber beritanya dan sebagainya. Informasi mengenai kegiatan bank terutama hubungannya antara nasabah dengan bank merupakan bagian dari rahasia bank, dan rahasia bank merupakan salah satu dari bagian hukum kerahasiaan, dasar alasan yang melandasi rahasia bank termasuk dalam hukum kerahasiaan adalah bahwa hukum tersebut dapat 31 Nasabah kreditur atau nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan Pasal 1 angka 17 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No 10 Tahun 1998 32 Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan Pasal 1 angka 18 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana tela dirubah menjadi Undang‐Undang No 10 Tahun 1998 Universitas Sumatera Utara mencegah seseorang untuk membocorkan informasi yang diberikan kepadanya ataupun menyalahgunakan informasi yang ada padanya. Jika diuraikan mengenai kerahasiaan, pada dasarnya setiap orang baik sebagai pribadi maupun sebagai profesional dimana seseorang tersebut tidak akan menghendaki apabila rahasia mengenai dirinya atau keadaan keuangannya diketahui oleh pihak lain yang akan memanfaatkan informasi yang diketahuinya dengan maksud yang tidak baik, begitu juga yang terjadi apabila seorang nasabah yang memiliki kekhawatiran apabila rahasia mengenai keadaan keuangannya tersebut disalah gunakan oleh orang-orang yang memiliki itikad tidak baik hal inilah yang merupakan tuntutan seorang nasabah yang sudah mempercayakan dana nya untuk dismpankan ke bank yang bersangkutan. Pada saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai rahasia bank tersebut, salah satu pendapat menyatakan bahwa rahasia bank ini dapat merugikan masyarakat karena rahasia bank ini digunakan sebagai perlindungan oleh nasabah- nasabah yang memiliki itikad tidak baik, sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa rahasia bank tersebut harus diterapkan, karna masyarakat sebagai nasabah ingin mendapatkan jaminan keamanan informasi mengenai keadaan keuangannya untuk tidak disalahgunakan oleh pihak bank yang bersangkutan. B. DASAR HUKUM RAHASIA BANK Di Indonesia sendiri dalam menerapkan ketentuan rahasia bank dengan menggunakan teori nisbi, maka pemberian informasi mengenai rahasia bank kepada pihak lain dimungkinkan, namun dalam pemberian data atau informasi Universitas Sumatera Utara rahasia bank ini memiliki peraturan perUndang-Undangan yang mengatur tentang rahasia bank ini. Sebelumnya ketentuan kerahasiaan bank diatur dalam: 1. Undang-Undang No 23 Tahun 1960 tentang Rahasia Bank Di dalam Perpu ini tercantum secara jelas mengenai rahasia bank yang disebutkan dalam Pasal 2 yaitu,” Bank tidak boleh memberikan keterangan tentang keadaan keuangan nasabahnya yang tercatat padanya dan hal-hal yang harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan.” Selanjutnya dalam Pasal 3 menyebutkan rahasia bank dapat dibuka dengan alasan tertentu, seperti demi kepentingan pemeriksaan perpajakan dan kepentingan peradilan dalam perkara tindak pidana. Pembukaan rahasia bank tersebut hanya dapat dipenuhi setelah permintaan dari instansi perpajakan dan instansi kejaksaan serta kehakiman dalam hal ini kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung 33 2. Undang-Undang No 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan Dengan lahirnya Undang-Undang No 14 Tahun 1967 tentang Pokok- Pokok Perbankan maka Perpu No 23 Tahun 1960 dinyatakan tidak berlaku lagi. Pada Undang-Undang No 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan mengatur tentang rahasia bank pada Bab VII yaitu Pasal 36 yaitu ”Bank tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang keadaan keuangan nasabah yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut 33 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, kencana prenada media group, Jakarta, 2009,halaman 112 Universitas Sumatera Utara kelaziman dalam dunia perbankan kecuali dalam hal-hal yang ditentukan dalam undang-undang ini. 3. Surat Edaran Bank Indonesia No 3377UPPBPbB,tanggal 11 September 1969 perihal Penafsiran Tentang Pengertian Rahasia Bank Setelah lahirnya Undang-Undang No 14 Tahun 1967 kemudian dilengakapi dengan lahirnya penafsiran tentang pengertian rahasia bank yang diatur melalui Surat Edaran Bank Indonesia No 3377UPPBPbB,tanggal 11 September 1969 perihal Penafsiran Tentang Pengertian Rahasia Bank yaitu sebagai berikut: 1 Keadaan keuangan nasabah yang tercatat padanya ialah keadaan mengenai keuangan yang tercatat pada bank yang meliputi segala simpanannya yang tercantum dalam semua pos-pos pasiva dan segala pos-pos aktiva yang merupakan pemberian kredit dalam berbagai macam bentuk kepada yang bersangkutan. 2 Hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan ialah segala keterangan orang dan badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya sebagai dimaksud dalam Pasal 23 Undang-Undang No 14 tahun 1967, yaitu: a Pemberian pelayanan dan jasa dalam lalu lintas uang, baik dalam maupun luar negeri b Mendiskontokan dan jual beli surat berharga Universitas Sumatera Utara c Pemberian kredit 34 Dengan lahirnya Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang perbankan maka peraturan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi begitu juga dengan Undang-Undang No 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan dinyatakan tidak berlaku lagi. 4. Undang-Undang No 7 tahun 1992 tentang Perbankan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ini mengatur mengenai rahasia bank pada Pasal 40 sampai dengan Pasal 45 yang selengkapnya berbunyi: Pasal 40: 1 Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43 dan Pasal 44. 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat1 berlaku pula bagi pihak terafiliasi Pasal 41: 1 Untuk kepentingan perpajakan Menteri berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah tertentu kepada pejabat pajak. 2 Perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat1 harus menyebutkan nama pejabat pajak dan nama nasbah wajib pajak yang dikehendaki keterangannya. Pasal 42: 34 Ibid, hal 112‐113 Universitas Sumatera Utara 1 Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Menteri dapat memberi izin kepada polisi, jaksa, hakim untuk memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan keuangan tersangkaterdakwa pada bank. 2 Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis Kepala Kepolisian Republik Indonesia, jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung. 3 Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat2 harus menyebutkan nama dan jabatan polisi, jaksa atau hakim, nama tersangka atau terdakwa, sebab-sebab keterangan diperlukan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan-keterangan yang diperlukan. Pasal 43: Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut Pasal 44: 1 Dalam rangka tukar menukar infomasi antar bank, direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain. 2 Ketentuan mengenai tukar menukar informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia. Pasal 45: Pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 berhak untuk mengetahui isi keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan. Dari ketetntuan yang diatur dalam Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang perbankan tersebut dirasa masih belum terlalu jelas dan rinci dalam mengatur ketentuan mengenai rahasia bank maka lahirlah Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dengan lahirnya undang-undang ini maka peraturan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku. Universitas Sumatera Utara 5. Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Dengan lahirnya Undang-Undang No 10 Tahun 1998 ini bukan berarti mengganti keseluruhan dar pasal-pasal yang ada dalam Undang-Undang No 7 Tahun 1992 melainkan hanya merupakan revisi pada beberapa pasal, seperti halnya dengan ketentuan tentang rahasia bank yang diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 45 yang selengkapnya berbunyi: Pasal 40: 1 Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 44A 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tersebut juga berlaku bagi pihak terafiliasi Pasal 41: 35 1 Untuk kepentingan perpajakan, pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak. 2 Perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus menyebutkannama pejabat pajak dan nama nasabah wajib pajak yang dikehendaki keterangannya. Pasal 41 A: 36 1 Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara atau panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara atau Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur. 35 Pasal 41 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No10 tahun 1998 36 Pasal 41A Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No10 tahun 1998 Universitas Sumatera Utara 2 Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat1 diberikan secara tertulis atas permintaan tertulius dari Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara atau Ketua Panitia Urusan Piutang Negara 3 Permintaan sebagaiamana dimaksud dalam ayat 2 harus menyebutkan nama dan jabatan pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara atau Panitia Urusan Piutang Negara, nama nasabah debitur`yang bersangkutan, dan alasan diperlukannya keterangan. Pasal 42: 37 1 Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, pimpinan bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank. 2 Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat1 diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung. 3 Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat2 harus menyebutkan nama dan jabatan polisi, jaksa, atau hakim, nama tersangka atau terdakwa, alasan diperlukannya keterangan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan. Pasal 43: 38 Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada Pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang bersagkutan dn memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut. Pasal 44: 39 1 Dalam rangka tukar menukar informasi anatarbank, direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain. 37 Pasal 42 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No10 tahun 1998 38 Pasal 43 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No10 tahun 1998 39 Pasal 44 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No10 tahun 1998 Universitas Sumatera Utara 2 Ketentuan mengenai tukar-menukar informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia. Pasal 44A: 40 1 Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan tersebut 6. Surat Menteri Keuangan No R-25MKIV71969, tanggal 24 juli 1969 perihal Penafsiran Rahasia Bank sebagaimana diperbaiki dengan Surat Menteri Keuangan No R-29MKIV91969 tanggal 9 september 1969 7. Surat Edaran Bank Indonesia No 2376UPPBPbB, tanggal 11 september 1969 perihal Pembekuan Rekening Nasabah Bank atas Permintaan Jaksa 8. Surat Edaran Bank Indonesia No 3843UPPBPbB tanggal 30 januari 1971 perihal Pensitaan Rekening Seorang Nasabah bank 9. Surat Edaran Bank Indonesia No 3507UPBBPbB, tanggal 18 September 1970 perihal Pemblokiran Rekening Nasabah Bank ata Permintaan KejaksaanKepolisian atau Permintaan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah Bank oleh Pihak Pengadilan 10. Surat Edaran Bank Indonesia No 593UPBBPbB tanggal 10 November 1972 perihal Permintaan Keterangan oleh Kejaksaan Agung tentang , PensitaanPembekuan Rekening Nasabah Bank. 40 Pasal 44A Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No10 tahun 1998 Universitas Sumatera Utara Sementara itu dengan lahirnya Undang-Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 10 Tahun 1998 sebagai tindak lanjut pengaturan rahasia bank maka berturut-turut ditetapkan: 1. Peraturan Bank Indonesia No 219PBI2000 tentang persyaratan dan tata cara pemberianizin tertulis membuka rahasia bank 2. Surat Ketua Mahkamah Agung No KMA694RHSXII2004 tanggal 3 Desember 2004 perihal Pertimbangan Hukum atas Pelaksana Kewenangan KPK Terkait dengan Ketentuan Rahasia Bank 3. Surat Keputusan Bersama Jaksa Agung, Kepala Kepolisian dan Gubernur Bank Indonesia No KEP-902AJ.A122004 dan No POL ; SKEP924XII2004 dan No 691KEP.GBI2004 tanggal 20 Desember 2004 tentang Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perbankan. 4. Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana 5. Undang-Undang No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal 6. Undang-Undang No 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar 7. Undang-Undang No 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 25 Tahun 2003 8. Undang-Undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Universitas Sumatera Utara 9. Undang-Undang No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

C. Sanksi Pelanggaran Rahasia Bank