• Makanan
2.8. Gejala dan Tanda Klinis Tonsilitis Kronis
Gejala klinis tonsilitis kronik adalah nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan, kadang – kadang terasa seperti ada benda asing di tenggorok
dimana mulut berbau, badan lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala dan badan terasa meriang – meriang.
Tanda klinik pada tonsilitis kronis adalah Primara IW,1999 dalam Boedi Siswantoro, 2003 :
• Pilarplika anterior hiperemis
• Kripte tonsil melebar
• Pembesaran kelenjar sub angulus mandibular teraba
• Muara kripte terisi pus
• Tonsil tertanam atau membesar
Tanda klinik tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripte melebar dan pembesaran kelenjar sub angulus mandibula. Gabungan
tanda klinik yang sering muncul adalah kripte melebar, pembesaran kelenjar angulus mandibula dan tonsil tertanam atau membesar Boedi
Siswantoro, 2003.
2.9. Diagnosa dan Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis Kronis
Dari pemeriksaan dapat dijumpai : a.
Tonsil dapat membesar bervariasi. b.
Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil
c. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau
material menyerupai keju d.
Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa faring, tanda ini merupakan tanda penting untuk
menegakkan diagnosa infeksi kronis pada tonsil.
Universitas Sumatera Utara
Pada pemeriksaan didapatkan pilar anterior hiperemis, tonsil biasanya membesar hipertrofi terutama pada anak atau dapat juga
mengecil atrofi, terutama pada dewasa, kripte melebar detritus + bila tonsil ditekan dan pembesaran kelenjar limfe angulus mandibula
Aritomoyo D, 1980 dalam Farokah 2005. Thane Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1 – T4 :
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar
anterior – uvula T2
: batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior uvula sampai ½ jarak anterior – uvula
T3 : batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior – uvula sampai
¾ jarak pilar anterior – uvula T4
: batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior – uvula sampai uvula atau lebih
Pada anak, tonsil yang hipertrofi dapat terjadi obstruksi saluran nafas atas yang dapat menyebabkan hipoventilasi alveoli yang selanjutnya
dapat terjadi hiperkapnia dan dapat menyebabkan kor polmunale. Obstruksi yang berat menyebabkan apnea waktu tidur, gejala yang paling
umum adalah mendengkur yang dapat diketahui dalam anamnesis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu secara
mikrobiologi. Pemeriksaan dengan antimikroba sering gagal untuk segera dikasi kuman patogen dan mencegah kekambuhan infeksi pada tonsil.
Kegagalan mengeradikasi organisme patogen disebabkan ketidaksesuaian pemberian antibiotika atau penetrasi anitbiotika yang inadekuat.
2.10. Pengobatan pada Tonsilitis Kronis
Terapi antibiotik pada tonsilitis kronis sering gagal dalam mengurangi dan mencegah rekurensi infeksi, baik karena kegagalan
penetrasi antibiotik ke dalam parenkim tonsil ataupun ketidaktepatan
Universitas Sumatera Utara
antibiotik. Oleh sebab itu, penanganan yang efektif bergantung pada identifikasi bakteri penyebab dalam parenkim tonsil. Pemeriksaan apus
permukaan tonsil tidak dapat menunjukkan bakteri pada parenkim tonsil, walaupun sering digunakan sebagai acuan terapi, sedangkan pemeriksaan
aspirasi jarum halus fine needle aspirationFNA merupakan tes diagnostik yang menjanjikan Kote Noordhianta, Tonny B S dan Lina
Lasminingrum, 2009. Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotik sesuai kultur.
Pemberian antibiotika yang bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis Cephaleksin ditambah Metronidazole, klindamisin terutama jika
disebabkan mononucleosis atau absees, amoksisilin dengan asam clavulanat jika bukan disebabkan mononucleosis.
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma Arsyad Soepardi E
dkk, 2007. Kriteria tonsilitis kronis yang memerlukan tindakan tonsilektomi,
umumnya diambil berdasarkan frekuensi serangan tonsilitis akut dalam setahun yaitu tonsilitis akut berulang 3 kali atau lebih dalam setahun atau
sakit tenggorokan 4 – 6 kali setahun tanpa memperhatikan jumlah serangan tonsilitis akut. Perlu diketahui, pada tonsilitis kronik, pemberian
antibiotik akan menurunkan jumlah kuman patogen yang ditemukan pada per mukaan tonsil tetapi ternyata, setelah dilakukan pemeriksaan bagian
dalam tonsil paska tonsilektomi, ditemukan jenis kuman patogen yang sama bahkan lebih banyak dari hasil pemeriksaan di permukaan tonsil
sebelum pemberian antibiotik Amarudin T, Christanto A, 1999.
2.11. Komplikasi Tonsilitis Kronis