perusahaan yang kurang memiliki koherensi dalam operasinya. Banyak perusahaan yang tidak sesukses yang diharapkan, dan banyak dari akuisisi yang
terjadi pada tahun 1960-an tersebut akhirnya dijual atau dilepaskan. Pada tahun 1980-an jumlah penggabungan usaha mengalami peningkatan lagi. Pada periode
ini di lihat banyak terjadi leveraged buyouts, tetapi utang yang ditimbulkan dari transaksi tersebut menyebabkan banyak perusahaan yang mengalami kesulitan.
Alasan-alasan penggabungan usaha : 1.
Manfaat Biaya 2.
Risiko Lebih rendah 3.
Memperkecil penundaan operasi Menurut Payamta dikutip dari Gie, 1992 menyatakan bahwa praktik
bisnis modern istilah merger dan akuisisi sering Penggabungan usaha dapat berupa merger, akuisisi dan konsolidasi, digunakan dan saling menggantikan
interchangeable.
2.1.2 Pengertian Merger dan Akuisisi
Menurut Reed dan Lajoux 1990 mendefinisikan merger adalah bergabungnya dua atau lebih perusahaan untuk beroperasi di masa mendatang
dimana suatu perusahaan tidak berfungsi lagi hilang. perusahaan yang tetap beroperasi bisa berganti nama setelah merger dilakukan untuk menyatakan operasi
perusahaan. perusahaan yang digabungkan harus dileburkan atau dibubarkan untuk menyatakan telah terjadi penggabungan perusahaan. Sedangkan menurut
Akbarwati dalam Associate Analyst Vibiz Research Center, 2010 menyatakan perluasan atau ekspansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai
Universitas Sumatera Utara
efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan. Merger dan Akuisisi atau penggabungan usaha merupakan
salah satu bentuk restrukturisasi perusahaan, dalam dunia bisnis khususnya korporasi istilah merger dan akuisisi merupakan istilah yang tidak asing lagi.
Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988 mendefinisikan merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi berdasarkan perspektif akuntansi bahwa merger adalah salah satu metode penyatuan usaha business
combination. Penyatuan usaha itu sendiri didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan
operasi perusahaan lain. Dari Definisi diatas akuntansi memberdakan penyatuan usaha dalam dua
kategori yaitu 1 penyatuan kepentingan atau penyatuan kepemilikan \ dan 2 akuisisi. Penyatuan kepentingan memiliki makna yang sama dengan terminologi
dan PSAK Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia No.22 mendefinisikan penyatuan kepentingan dengan suatu penggabungan usaha di mana para
pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang
bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala risiko dan manfaat
Universitas Sumatera Utara
yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi.
Pihak yang masih hidup dalam atau yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham issuing firm. Sementara itu
perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran yang semakin besar
karena seluruh aset dan kewajiban dari merger firm dialihkan ke surviving firm. Perusahaan yang di merger akan menanggalkan status hukumnya sebagai entitas
yang terpisah dan setelah merger statusnya berubah menjadi bagian unit bisnis di bawah surviving firm. Dengan demikian merged firm tidak dapat bertindak
hukum atas namanya sendiri.
Gambar 2.1 Kerangka Merger
Sementara akuisisi berasal dari kata acquisitio Latin dan acquisition Inggris, secara harfiah akuisisi mempunyai makna membeli atau mendapatkan
sesuatuobyek untuk ditambahkan pada sesuatuobyek yang telah dimiliki Perusahaan AA
Perusahaan BB Perusahaan AA
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. dalam teminologi bisnis akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu
perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang
terpisah, Menurut Hadiningsih dikutip dari Moin, 2003. Pada Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan akusisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap
perseroan tersebut. Dalam PSAK No.22 memberi istilah akuisisi untuk bentuk penggabungan usaha di mana salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh
kendali atas perusahaan lain. Akuisisi adalah bentuk penggabungan usaha di mana salah satu
perusahaan, yaitu perusahaan pengakuisisi, memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi dengan memberikan aktiva tertentu,
mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham. Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
terakuisisi. Kendali perusahaan yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk:
a. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan. b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
c. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian ini yang memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan
pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen
tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakusisi. Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara voting stock yang
biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari 50 persen saham berhak suara tersebut.
Dimungkinkan bahwa walaupun memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga bisa dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran
dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun bisa juga pemilik dari 51 persen tidak tau belum dinyatakan sebagai pemilik suara
mayoritas jika dalam anggaran dasar perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk pengakuisisi dan perusahaan
anak terakuisisi dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi.
2.1.3 Manfaat Merger dan Akuisisi