Sudut jatuh poros baling-baling pada kapal jukung Pengaruh kecepatan poros berdasarkan sudut jatuh poros baling-baling

poros baling-baling 16 mm, sehingga momen lentur yang dialami oleh poros baling- baling tersebut adalah sebesar 260,491 kg.mm ≈ 260, 5 kg.mm, dan poros baling- baling dengan ukuran panjang 2,20 m, dengan diameter 16 mm memperoleh momen puntir sebesar 220, 581 kg.mm ≈ 220,6 kg.mm pada saat kapal melakukan pengoperasian. Dari hasil perhitungan momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling kapal jukung yang menggunakan katir semang dan kapal yang tidak menggunakan semang maka pada diameter poros baling-baling serta panjang dan pendek poros baling-baling, hasil perhitungan tersebut diatas memperlihatkan bahwa besarnya momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling akibat momen yang bekerja pada poros terjadi secara berulang-ulang pada saat kapal melakukan pengoperasian. Besarnya momen lentur yang terjadi pada kapal yang menggunakan semang dan kapal yang tidak menggunakan semang secara berulang-ulang mengakibatkan kapal mengalami kehilangan daya yang besar sehingga berpengaruh pada kecepatan tempuh kapal dalam melakukan olah gerak kapal.

4.6.4 Sudut jatuh poros baling-baling pada kapal jukung

Berdasarkan hasil pengukuran lapang besaran panjang poros baling-baling yang terendam sangat dipegaruhi oleh besaran sudut jatuh poros. Dapat dijelaskan bahwa jarak baling-baling dari permukaan air dipengaruhi oleh besaran sudut jatuh poros baling-baling yang terjadi. Panjangnya poros baling-baling 2,60 m dengan sudut kemiringan poros baling-baling 30 ° yang berbeda pada masing-masing daya diantaranya 5,5 HP, 6,5 HP serta kaliberasi antara daya 5,5 HP dan 6,5 HP. Untuk poros baling-baling yang panjangnya 2,20 m dengan sudut kemiringan poros baling- baling 40 ° yang berbeda pada masing-masing daya yang diantaranya 5,5 HP, 6,5 HP serta kombinasi antara daya 5,5 HP dan 6,5 HP, sudut kemiringan yang terdapat pada kapal semang dan kapal tanpa semang. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara sudut jatuh poros baling-baling dengan jarak baling-baling ke permukaan air adalah berbanding lurus Finasari, 2004.

4.6.5 Pengaruh kecepatan poros berdasarkan sudut jatuh poros baling-baling

Ukuran sudut poros baling-baling yang digunakan oleh nelayan berdasarkan data dilapang, yaitu 30 ° dan 40 °. Ukuran sudut yang umumnya digunakan oleh nelayan kapal jukung di Ur Pulau dan nelayan Maluku Tenggara adalah 30 ° dari sejak kehadiran mesin katinting atau yang lebih dikenal dengan istilah motorisasi, sedangkan sudut 40 ° selama itu nelayan belum menggunakan mesin katinting dengan sudut tersebut belum dipakai oleh nelaya Ur Pulau pada umumnya dan nelayan Maluku Tenggara pada khususnya. Tabel 12 dan Tabel 13 memperlihatkan bahwa kecepatan kapal dapat dipengaruhi oleh variasi sudut jatuh poros baling- baling. Tabel 12 Perbandingan kecepatan kapal akibat sudut jatuh poros baling-baling yang dimiliki kapal yang menggunakan semang Pada Tabel 12, menunjukkan bahwa kecepatan kapal yang diperoleh meiliki hasil yang terbesar adalah pada sudut 40 ° dengan kecepatan 5,49 knot dan kecepatan yang terkecil pada sudut jatuh poros baling-baling 30 ° dengan kecepatan yang ditempuh 5,26 knot, dengan hasil yang ada maka dapat mencerminkan bahwa sudut jatuh poros baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang dihasilkan oleh daya mesin 5,5 HP, 6,5 HP dan daya yang kombinasi yaitu 5,5 HP dan 6,5 HP berdasarkan hasil uji lapang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa adanya Kapal Kecepatan tiap sudut jatuh poros baling-baling knot semang 30 ° 40 ° 1 4,77 4,96 2 5,04 5,22 3 4,57 4,77 4 5,05 5,20 5 5,30 5,23 6 4,88 5,11 7 5,79 5,99 8 6,20 6,45 9 5,77 6, 43 Rata-rata 5.26 5.49 perbedaan kecepatan antara sudut jatuh poros baling-baling yang disebabkan karena adanya perbedaan ukuran panjang poros baling-baling, daya mesin dan ukurannomor baling-baling yang berbeda menghasilkan daya dorong yang berbeda. Dengan perbedaan sudut poros baling-baling maka pergerakan pitch baling-baling yang berbeda menyebabkan adanya slip sehingga pitch semakin kecil. Dalam pemilihan mesin seharusnya disesuaikan dengan kapal yang kita miliki. Apabila data rata-rata kecepatan kapal tersebut dapat ditunjukkan pada gambar grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 31, dimana gambar tersebut menjelaskan suatu hubungan antara sudut jatuh poros baling-baling dengan kecepatan kapal jukung. Pada sumbu X memunjukkan bahwa banyaknya perlakuan yang dilakukan pada masing-masing sudut jatuh poros baling-baling, sumbu Y merupakan nilai dari kecepatan kapal untuk kapal semang. Gambar 28 Hubungan kecepatan kapal jukung dengan sudut jatuh poros baling- baling pada kapalyang menggunakan semang Berdasarkan hasil uji pada sudut 40 ° dengan kecepatan 5,49 knot pada kapal jukung yang menggunakan semang yang berdimensi panjang total sebesar 10,20 m; lebar 0,97 m; dalam 0,56 m. Daya mesin yang dipakai adalah 5,5 HP, 6,5 HP serta daya yang dikombinasikan antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan panjang poros baling- 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K ec ep a ta n k a p a l k n o t Perlakuan Kapala yang menggunakan katir semang 0⁰ 0⁰ baling yang digunakan yaitu 2,60 m, untuk ukurannomor 5-6, berdiameter 15 m; ukurannomor 6,5 berdiameter 0,16 m; serta ukurannomor 5 berdiameter 0,17 m dan memilki jumlah daun sebanyak 2 buah. Tabel 12 dan Gambar 28 diatas menjelaskan bahwa sudut jatuh yang sebaiknya digunakan oleh nelayan kapal jukung yang menggunakan semang dalam melakukan pengoperasian dengan sudut jatuh poros baling-baling 40 ° , karena berdasarkan hasil perhitungan kecepatan yang diperoleh pada sudut kemiringan poros baling-baling ini cukup tinggi. Kapal jukung milik nelayan Ur Pulau yang digunakan sebagai unit eksperiment menggunakan sudut jatuh poros baling-baling 30 ° , ini merupakan suatu kenyataan yang mana selama ini telah digunakan oleh nelayan kapal jukung di Ur Pulau dimana hal ini sudah merupakan suatu kebiasaan nelayan kapal jukung setempat dalam melakukan pengoperasian kapal. Menurut Firnasari 2004 menyatakan bahwa ukuran sudut jatuh baling-baling 30 ° yang banyak digunakan oleh nelayan dalam proses pengoperasian kapal berlangsung. Dari hasil output two way pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan kecepatan antara sudut 30 ° dengan sudut 40 ° pada kapal menggunakan semang, interaksi HP poros tidak berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang menggunakan semang, pada hasil output analisis tukey menunjukkan bahwa semua jenis interaksi sama saja tidak ada yang berbeda signifikan HP tidak berpengaruh terhadap kecepatan yang menggunakan semang dan dari ketiga jenis daya mesin HP yang digunakan dianggap sama pada saat pengoperasian kapal berlangsung . Ukuran baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang menggunakan semang pada taraf nyata 5. Ukuran baling-baling 6.5 berbeda dengan 5-6 dan 5. Tapi ukuran 5-6 dan 5 dianggap sama. Dimana masing-masing ukurannomor baling-baling sama-sama memberikan kecepatan tinggi, interaksi pada kapala yang menggunakan semang berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang menggunakan semang pada taraf nyata 5, kecepatan tertinggi diberikan dari daya 5,5 HP dengan poros panjang dan pada ukurannomor baling-baling 6,5. Tabel 13 Perbandingan kecepatan kapal akibat sudut jatuh poros baling-baling yang dimiliki kapal tanpa menggunakan semang Pada Tabel 13, menunjukkan bahwa kecepatan kapal yang diperoleh meiliki hasil yang terbesar adalah pada sudut 40 ° dengan kecepatan 5,27 knot dan kecepatan yang terkecil pada sudut jatuh poros baling-baling 30 ° dengan kecepatan yang ditempu 5,10 knot, dengan hasil yang ada maka dapat mencerminkan bahwa sudut jatuh poros baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang dihasilkan oleh daya mesin 5,5 HP, 6,5 HP dan daya yang kaliberasi yaitu 5,5 HP dan 6,5 HP berdasrkan hasil uji lapang. Hasil perhitungan menghasilkan perbedaan kecepatan antara sudut jatuh poros baling-baling yang disebabkan karena perbedaan ukuran panjang poros baling-baling, daya mesin dan ukurannomor baling-baling yang berbeda menghasilkan daya dorong yang berbeda. Dengan perbedaan sudut poros baling-baling maka pergerakan pitch baling-baling yang berbeda menyebabkan adanya slip sehingga pitch semakin kecil. Dalam pemilihan mesin seharusnya disesuaikan dengan kapal yang kita miliki. Apabila data rata-rata kecepatan kapal tersebut dapat ditunjukkan pada gambar grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 34, dimana gambar tersebut menjelaskan suatu hubungan antara sudut jatuh poros baling-baling dengan kecepatan kapal jukung. Pada sumbu X memunjukkan bahwa banyaknya perlakuan yang dilakukan pada masing-masing sudut jatuh poros baling-baling, sumbu Y merupakan nilai dari Kapal tanpa Kecepatan tiap sudut jatuh poros baling-baling knot Semang 30 ° 40 ° 1 4,58 4,73 2 4,79 4,87 3 4,49 4,54 4 5,07 5,11 5 5,19 5,31 6 4,94 4,70 7 5,61 5,78 8 5,86 6,39 9 5,36 6,04 Rata-rata 5.10 5.27 kecepatan kapal untuk kapal tanpa menggunakan semang. Gambar 29 Hubungan kecepatan kapal jukung dengan sudut jatuh poros baling- balang pada kapal tanpa menggunakan semang Berdasarkan hasil uji pada sudut 40 ° dengan kecepatan 5,27 knot pada kapal jukung tanpa semang yang berdimensi utama yaitu dengan panjang total sebesar 10 m; lebar 0,94 m; dalam 0,54 m. Daya mesin yang dipakai adalah 5,5 HP, 6,5 HP serta yang daya dikombinasikan antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan poros baling-baling yang digunakan yaitu 2,20 m, untuk ukurannomor 5-6, berdiameter 15 m; ukurannomor 6,5 berdiameter 0,16 m; serta ukurannomor 5 berdiameter 0,17 m dan memilki jumlah daun sebanyak 2 buah. Dari Tabel 13 dan Gambar 29 diatas menjelaskan bahwa sudut jatuh poros yang sebaiknya digunakan oleh nelayan kapal jukung tanpa menggunakan semang dalam melakukan pengoperasian kapal yaitu dengan sudut jatuh poros baling-baling 40 ° , karena berdasarkan hasil perhitungan kecepatan yang diperoleh pada sudut kemiringan poros baling-baling ini cukup tinggi . Kapal jukung milik nelayan Ur Pulau yang digunakan sebagai unit eksperiment menggunakan sudut jatuh poros baling-baling 30 ° , ini merupakan suatu kenyataan yang mana selama ini telah digunakan oleh nelayan kapal jukung di Ur Pulau dimana hal ini sudah merupakan suatu kebiasaan nelayan kapal jukung setempat dalam melakukan pengoperasian 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K ec ep at an k ap al k n ot Perlakuan Kapal tanpa menggunakan katir semang 0⁰ 0⁰ kapal. Menurut Finarsari 2004 menyatakan bahwa ukuran sudut jatuh baling-baling 30 ° yang banyak digunakan oleh nelayan dalam proses pengoperasian kapal berlangsung. Dari hasil output two way anova pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan kecepatan antara sudut 30 ° dengan sudut 40 ° pada kapal tanpa semang dan interaksi HP poros tidak berpengaruh terhadap kecepatan, semua jenis interaksi sama saja tidak ada yang berbeda signifikan, daya mesin HP yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kecepatan kapal tanpa semang, dan dari ketiga jenis daya mesin HP yang digunakan dianggap sama pada kapal yang tidak menggunakan semang pada saat pengoperasian kapal berlangsung. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan