daya rencana pada daya 5,5 HP menghasilkan daya rencana 6,6 HP mendapat penambahan daya adalah 1,1 HP, untuk daya 6,5 HP menghasilkan daya rencana 7,8
HP mendapat penambahan daya sebesar 1,3 HP dan untuk kombinasi dari kedua daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan daya rencana sebesar 14,4 HP mendapatkan
penambahan daya sebesar 2,4 HP dengan faktor koreksi yang dipakai adalah 1,2 sesuai dengan standar ASME.
4.6.2 Poros dengan momen puntir
Apabila poros baling-baling bekerja secara normal, maka akan timbul momen puntir pada setiap poros baling-baling sesuai dengan ukuran panjang pada kapal yang
menggunakan semang dan kapal tanpa menggunakan semang berdasarkan persamaan 3 yang digunakan untuk menghitung momen puntir Sularso, 1983 adalah sebagai
berikut : T
= 9,74 . 10
5 ,
kg.m =
9,88 kg m T
= 9,74 . 105
,
kg. m =
9,95 kg. m T
= 9,74 . 10
5 ,
kg. m =
10,38 kg. m Berdasarkan hasil perhitungan besarnya momen puntir yang terjadi pada poros
baling-baling kapal jukung terlihat pada hasil perhitungan berdasarkan landasan teori yang dipergunakan, untuk setiap putaran poros yang ada pada masing-masing daya
untuk 5,5 HP dan 6,5 HP dan 5,5 HP dan 6,5 HP, sesuai hasil perhitungan daya rencana masing-masing kapal sebagai penggerak untuk memutarkan poros baling-
baling dimana momen puntir yang diperoleh pada setiap ukuran poros baling-baling berbeda berdasarkan persamaan 3, maka hasil perhitungan untuk daya rencan 6,6 HP
dengan putaran mesin 1800 rpm menghasilkan momen puntir sebesar 9,88 kg.m,
untuk daya rencana 7,8 HP momen puntir yang diperoleh 9,95 kg.m, dan untuk daya rencana yang dikombinasi 14,4 HP mendapatkan momen puntir sebesar 10,38 kg.m,
hasil perhitungan momen puntir berlaku pada kedua kapal yang digunakan. Pada prinsipnya semakin panjangnya poros yang digunakan pada kapal maka akan semakin
besar pula kehilangan daya pada kapal sehingga kecepatan kapal berkurang.
4.6.3 Poros dengan momen lentur
Poros baling-baling pada saat mentransmisikan daya mendapatkan momen lentur dimana momen yang bekerja pada poros umumnya adalah momen berulang,
dimana untuk mendapatkan hasil dari momen tersebut maka dihitung dengan persamaan 4 Sularso, 1983. Untuk mengetahui berapa besar nilai momen lentur
yang terjadi pada poros baling-baling yang panjang pada saat kapal sedang melakukan pengoperasian adalah :
M = 16 + 260
= √256 + 67600
= √67856
M = 260,4918 kg. mm
≈ 260,5 kg.mm
Untuk menyelesaikan perhitungan ini berdasarkan persamaan 4 untuk dapat mengetahui berapa besar nilai momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling
yang pendek pada saat pengoperasian kapal yaitu : M =
16 + 220 =
√256 + 48400 =
√48656 = 220,581 kg mm
≈ 220,6 kg.mm
Hasil perhitungan ini memperlihatkan bahwa nilai momen lentur yang terjadi pada masing-masing ukuran pokok poros baling-baling pada saat kapal dioperasikan
dengan menggunakan poros baling-baling dengan panjang 2,60 m dengan diameter
poros baling-baling 16 mm, sehingga momen lentur yang dialami oleh poros baling- baling tersebut adalah sebesar 260,491 kg.mm
≈ 260, 5 kg.mm, dan poros baling- baling dengan ukuran panjang 2,20 m, dengan diameter 16 mm memperoleh momen
puntir sebesar 220, 581 kg.mm ≈ 220,6 kg.mm pada saat kapal melakukan
pengoperasian. Dari hasil perhitungan momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling
kapal jukung yang menggunakan katir semang dan kapal yang tidak menggunakan semang maka pada diameter poros baling-baling serta panjang dan pendek poros
baling-baling, hasil perhitungan tersebut diatas memperlihatkan bahwa besarnya momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling akibat momen yang bekerja pada
poros terjadi secara berulang-ulang pada saat kapal melakukan pengoperasian. Besarnya momen lentur yang terjadi pada kapal yang menggunakan semang
dan kapal yang tidak menggunakan semang secara berulang-ulang mengakibatkan kapal mengalami kehilangan daya yang besar sehingga berpengaruh pada kecepatan
tempuh kapal dalam melakukan olah gerak kapal.
4.6.4 Sudut jatuh poros baling-baling pada kapal jukung