pakan Odum 1993. Sedangkan Wetzel 2001 menyatakan di dalam ekosistem akuatik sebagian besar produktivitas primer dilakukan oleh fitoplankton.
Produktivitas primer pada dasarnya tergantung pada aktivitas fotosintesis dari produsen primer oleh karena itu pendugaan produktivitas primer alami
didasarkan pada pengukuran aktivitas fotosintesis yang terutama dilakukan alga. Fotosintesis sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari, konsentrasi karbondioksida
terlarut dan suhu perairan. Laju fotosintesis bertambah 2-3 kali lipat untuk kenaikan suhu sekitar 10
o
C Barus 2002, meskipun demikian intensitas cahaya dan temperatur yang ekstrim cenderung memiliki pengaruh yang menghambat laju
fotosintesis. Secara sederhana fotosintesis adalah proses penyerapan energi cahaya dan
karbondioksida serta pelepasan oksigen yang merupakan salah satu produk dari fotosintesis. Sebagai proses kebalikan dari fotosintesis adalah proses respirasi yaitu
pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida beserta energi. Kedua proses inilah yang digunakan alam pengukuran produktivitas primer. Cara-cara yang
umum digunakan dalam mengukur suatu produktivitas perairan adalah dngan menggunakan botol gelap dan botol terang. Botol terang digunakan untuk
mengukur laju fotosisntesis sementara botol gelap digunakan untuk mengukur laju respirasi. Produktivitas primer dapat diukur sebagai produktivitas primer kotor dan
produktivitas primer bersih. Studi tentang produktivitas primer sangat penting dalam memahami aliran
energi dan materi pada ekosistem pelagis. Fitoplankton merupakan dasar dari jaring makanan sehingga perubahan dalam biomassa, komposisi spesies dan pola
produktivitas primer memiliki pengaruh pada seluruh komunitas termasuk ikan. Produktivitas primer merupakan cara yang cepat dan mudah untuk dapat menduga
potensi ikan pada suatu perairan dan pengukuran produktivitas primer secara musiman akan memberikan hasil yang lebih baik dalam pendugaan potensi ikan
Hooker et al. 2001 dalam Tilahun Ahlgren 2009.
3.6 Eutrofikasi
Eutrofkasi merupakan proses peningkatan produksi biomassa produsen primer sehubungan dengan beban masukan unsur hara allochtonous. Peningkatan
unsur hara di perairan akan meningkatkan produksi fitoplankton dan makrofita air
dan memperburuk kualitas air sehingga mengurangi umur guna suatu perairan Chrisman et al. 2001 Proses eutrofikasi akan berlangsung secara bertahap dari
oligotrofik, mesotrofik, eutrofik, hypertrofik, distrofik dan terakhir safrobik. Proses eutrofikasi suatu danau sangat ditentukan oleh proses fotosintesis, produksi
biomassa fitoplankon dan mineralisasi bahan organik menjadi unsur hara Sager 2009. Proses penentu eutrofikasi berlangsung secara dinamik dan berhubungan
dengan tingkat beban masukan, eutrofikasi pembentukan biomassa fitoplankton dari unsur hara yang tersedia, trofodinamik sebagai penentu struktur komunitas
ekosistem perairan dan cadangan oksigen terlarut. Akibat dari eutrofikasi yang tidak terkendali adalah deplesi oksigen, peningkatan produksi biologis, perubahan
diversivikasi fitoplankton dan perubahan jejaring makanan.
3.7 Status Trofik
Status trofik suatu perairan mengacu kepada kandungan zat hara yang terdapat dalam suatu ekosistem danau. Status trofik juga mengacu pada biomassa
tumbuhan yang berada di perairan Carson Simpson 1996 dalam Walter et al. 2007 sehingga berhubungan dengan nilai produktivitas. Perairan dengan biomassa
tumbuhan produktivitas primer rendah disebut sebagai perairan oligotrofik, dengan biomassa tumbuhan yang sedang disebut mesotrofik dan dengan biomassa
tumbuhan yang tinggi disebut eutrofik Walter et al. 2007. Berdasarkan status nutrien suatu perairan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu oligotrofik,
mesotrofik dan eutrofik. Kesuburan perairan tergenang umumnya disebabkan oleh pengkayaan
unsur hara. Status trofik atau status nutrient dapat dijadikan indikasi kesuburan suatu badan air. Kondisi status trofik suatu perairan tergantung pada ketersediaan
nitrogen dan fosfat sebab kedua unsur tersebut akan mempengaruhi biomassa fitoplankton dan saturasi oksigen. Konsentrasi oksigen terlarut rendah dan
peningkatan biomassa fitoplankton merupakan ciri kualitas air memburuk pada danu eutrofik Carpenter et al. 2001. Status trofik atau tingkat kesuburan dapat
dinyatakan berdasarkan kandungan nitrogen total, fosfat total , khlorofil-a dan biomassa fitoplankton Tabel 1.
Tabel 1 Tingkat kesuburan danau dan waduk berdasarkan kadar beberapa parameter kualitas air
Parameter Klasifikasi Kesuburan
Oligotrof Mesotrof
Eutrof
1. Fosfor total µg liter 10
10 – 20
20 2. Nitrogen total µg liter
200 200
– 500 500
3. Klorofil µgliter 4
4 – 10
10 4. Kecerahan secchi disk m
4 2
– 4 2
5. Persentase kadar oksigen saturasi pada lapisan
hipplimnion 80
10 – 80
10 6. Produksi fitoplankton
g Cm²hari 7 - 25
75 – 250
350 - 700 Sumber : Wetzel 2001
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di areal penambangan pasir tepatnya di Kampung Awilarangan, Desa Cikahuripan, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten
Cianjur. Sebagai stasiun penelitian dipilih dua situ yaitu situ nomor 5 dan 6 Lampiran 1. Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Mei
– Juli 2010 dengan jeda waktu pengambilan sampling 14 hari sekali sehingga total
pengambilan sampel adalah 4 kali.
3.2 Penentuan Titik Sampling
Penentuan titik sampling dilakukan secara vertikal berdasarkan kedalaman perairan sedangkan secara horizontal tidak dilakukan karena berdasarkan hasil
survey pendahuluan secara horizontal perairan diperkirakan bersifat homogen. Secara vertikal ditentukan 5 titik pengamatan yaitu untuk mewakili lapisan
epilimnion adalah bagian permukaan dan kedalaman Secchi, kemudian titik kedalaman kompensasi, dan untuk mewakili lapisan hipolimnion diambil pada titik
7 meter dan 16 meter pada situ no 5. Sedangkan pada situ no 6 titik pengamatan pada permukaan, kedalaman Secchi, kedalaman kompensasi, 6 meter dan 10 meter.
Kompensasi merupakan kedalaman yang memiliki intensitas cahaya sebesar 1 dari intensitas cahaya di permukaan. Umumnya kedalaman kompensasi
ditentukan dengan menggunakan persamaan Beer-Lambert Law, namun kedalaman kompensasi pada penelitian ini ditentukan dengan cara kedalaman
Secchi pada kedua situ dikalikan tiga. Pertimbangan dari penentuan kedalaman kompensasi ini adalah tidak tersedianya data mengenai koefisien peredupan cahaya
matahari pada kedua situ yang diperlukan dalam persamaan Beer-Lambert Law.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Pengambilan Contoh Air
Contoh air diambil dari setiap titik pengamatan dengan menggunakan Kemmerer water sample yang miliki volume 4000 ml. Contoh air yang diambil
dipisahkan pada wadah yang telah disediakan untuk dianalisis. Untuk pengukuran parameter kimia contoh air diberi pengawet H
2
SO
4
hingga pH 2 sedangkan untuk