22
2 Tingkat tiang diukur diameter 10 cm sampai dengan diameter 20 cm, sub plot untuk pengukuran pancang berukuran 10 x 10 meter pada kuadran I.
3 Pohon diukur pada diameter ≥ 20 cm, diukur pada plot contoh 50 x 50 m.
c Tinggi total; diukur dari pangkal batang sampai ujung tajuk tanaman. d Diameter tajuk; merupakan diameter rata-rata tajuk yang diukur dua kali pada
arah Utara-Selatan dan Timur-Barat. e Tebal tajuk; diukur dari pangkal bebas cabang sampai ujung tajuk.
f Kemiringan lapangan slope; merupakan beda tinggi pada pusat plot dengan kondisi di sekitarnya.
g Arah kemiringan lapangan Aspect yang ditentukan dari pusat plot sampel. h LAI leaf area index; diambil menggunakan kamera dengan lensa fish eye.
i Gambar dokumentasi plot contoh.
2.3.6 Pengolahan Data Lapangan
Data lapangan yang telah tercatat di tallysheet selanjutnya direkapitulasi dan dilakukan perhitungan untuk mengetahui data setiap plot contoh.
1 Posisi koordinat plot contoh dari GPS. 2 Nilai rata-rata diameter, rata-rata tinggi pohon, rata-rata lebar tajuk, dan rata-
rata tebal tajuk setiap plot. 3 Kerapatan pancang, tiang dan pohon setiap plot dalam hektar ha. Rumus
kerapatan sebagai berikut:
keterangan: K = Kerapatan pancang, tiang dan pohon setiap plotsub plot dalam ha
4 Luas bidang dasar per hektar m
2
ha setiap plot contoh.
Lp d
LBDSj
n i
∑
=
=
1 2
. .
4 1
π
keterangan: LBDSj = Luas Bidang Dasar m
2
ha dari plot ke j π
= 3.14 d
= DBH m Lp
= Luas plotsub plot ha
23
5 Luas tajuk per hektar m
2
ha setiap plot contoh L
Tjk
=
Lp .D
¼.
1 2
tjk
∑
=
=
n i
Tjk
L
π
keterangan: L
Tjk
= Luas tajuk m
2
ha
π
= 3.14 D
tjk
= diameter tajuk pohon m Lp = luas plotsub plot ha
6 Penghitungan biomasa Pendugaan biomasa pohon di atas permukaan tanah pada hutan hujan tropis
dengan ketinggian 1600 m di atas permukaan laut menggunakan allometric yang dikembangkan oleh Basuki et al. 2009
lnTAGB = c + αlnd keterangan:
TAGB = total above-ground biomass c
= -1.201 α
= 2.196 d
= diameter 7 Pengukuran LAI
Pengukuran LAI dilakukan dengan menggunakan kamera berlensa fisheye. Pengambilan foto dilakukan di tengah plot mengarah ke atas dari lantai hutan.
Posisi kamera foto pada tripot dengan ketinggian 150 cm. Penghitungan nilai LAI menggunakan software Hemiview 2.1
2.3.7 Pemilihan Peubah Tegakan
Pada penelitian ini, analisis diskriminan digunakan sebagai alat analisis untuk mengetahui peubah tegakan yang menjadi faktor pembeda kelas pada hutan
hujan tropis. Peubah-peubah tegakan yang menjadi variabel independen dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap nilai backscatter.
Analisis diskriminan merupakan metode statistik untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi sejumlah obyek ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan
beberapa peubah. Pada prinsipnya analisis diskriminan bertujuan untuk mengelompokkan setiap obyek ke dalam dua atau lebih kelompok berdasar pada
24
kriteria sejumlah peubah bebas. Pengelompokkan ini bersifat mutually exclusive, dalam artian jika obyek A sudah masuk kelompok 1, maka ia tidak mungkin juga
dapat menjadi anggota kelompok 2. Analisis kemudian dapat dikembangkan pada peubah mana saja yang membuat kelompok 1 berbeda dengan kelompok 2, berapa
persen yang masuk ke kelompok 1, berapa persen yang masuk ke kelompok 2. Ciri analisis diskriminan adalah jenis data dari peubah dependent bertipe nominal
kategori, seperti kode 0 dan 1, atau kode 1, 2 dan 3 serta kombinasi lainnya Santoso et al. 2001.
Model analisis diskriminan yang digunakan bentuknya sebagai berikut: D = b
+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ ….. + b
n
X
n
dimana X
1
~ X
n
prediktor atau peubah tegakan secara berturut-turut terdiri dari kerapatan pancang, kerapatan tiang, kerapatan pohon, diameter batang pancang,
diameter batang tiang, diameter batang pohon, tinggi pancang, tinggi tiang, tinggi pohon, LBDS pancang, LBDS tiang, LBDS pohon, biomasa pancang, biomasa
tiang, biomasa pohon, tebal tajuk pancang, tebal tajuk tiang, tebal tajuk pohon, diameter tajuk pancang, diameter tajuk tiang, diameter tajuk pohon, persentasi
tutupan tajuk, dan Leaf Area Index LAI. Metode analisis fungsi diskriminan pada penelitian ini adalah metode
stepwise, yaitu dengan memasukkan semua peubah tegakan dalam analisis untuk menentukan peubah tegakan mana saja yang dapat membedakan kelas pada hutan
hujan tropis. Setelah semua peubah tegakan dimasukkan dalam fungsi diskriminan, kemudian dilakukan evaluasi kontribusi dari masing-masing peubah
tegakan dimana peubah tegakan yang tidak memberikan kontribusi dihilangkan, dan peubah tegakan yang memberikan kontribusi paling besar dalam membedakan
kelas merupakan peubah tegakan yang mempengaruhi backscatter. Peubah tegakan yang memberikan kontribusi besar adalah peubah-peubah tegakan yang
memiliki nilai F hitung yang lebih lebih besar. Untuk evaluasi keakuratan fungsi diskriminan dilakukan penghitungan hit
ratio. Hit ratio merupakan persentase jumlah contoh yang kelasnya dapat diprediksi secara tepat keanggotaanya dengan menggunakan fungsi diskriminan.
25
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Eksplorasi Data Lapangan