membutuhkan cost produksi yang lebih besar tidak seimbang dengan hasil panennya. Kondisi ini diakibatkan oleh beberapa sebab diantaranya kondisi
potensi fisik lahan, sistem usaha tani yang tidak sesuai, bisa juga karena sering terkena hama penyakit padi.
5. LPPB 5 merupakan bidang lahan pertanian padi sawah yang beririgasi,
mempunyai produktivitas 4 tonha, BCR 1,497 dan LKHL 10 ha. Kawasan lahan pertanian padi sawah seperti ini di wilayah penelitian tidak ada.
6. Cadangan LPPB merupakan bidang lahan pertanian padi sawah yang
potensial beririgasi, mempunyai pembatas produktivitas dan BCR di bawah nilai syarat LPPB. Namun karena sudah mempunyai modal sistem irigasi maka
perlu diupayakan keberlanjutannya dengan pengolahan lahan yang optimal melalui sistem usaha tani yang efisien.
7. Bukan LPPB merupakan bidang lahan pertanian padi sawah yang tidak
beririgasi, mempunyai produktivitas, BCR dan LKHL di bawah nilai syarat LPPB. Kawasan lahan seperti ini disarankan untuk dapat dialih-fungsikan
menjadi penggunaan lain agar lebih optimal, seperti untuk tambak, hutan produksi, atau yang lainnya.
Teknik Pengenalan LPPB Melalui Citra Penginderaan Jauh
Pada tahap awal kegiatan dilaksanakan penyadapan data penggunaan lahan dan sistem irigasi melalui citra satelit yang mempunyai resolusi spasial sedang ±
10 m seperti ALOS, SPOT, dst. Pada resolusi spasial demikian suatu obyek mempunyai kisaran nilai piksel yang cukup bervariasi, oleh karena itu
penyadapan data sebaiknya menggunakan cara interpretasi secara visual dengan pendekatan pola tanggap spektral dan karakteristik dasar penciri obyek berupa
ronawarna, tekstur, pola, ukuran, bentuk, bayangan dan situs. Data penggunaan lahan yang diperoleh selanjutnya dibedakan menjadi sawah dan non sawah. Data
sawah dibedakan menjadi sawah beririgasi dan sawah tidak beririgasi. Sawah beririgasi dapat dikenali dari adanya kenampakan sawah yang jenuh air dan
adanya jaringan irigasi atau sumber air yang terhubung dengan sawah tersebut. Data sawah yang dilengkapi dengan sistem irigasi dan jaringan jalan dari
penggunaan lahan digunakan untuk mengkelaskan data luasan kesatuan hamparan lahan LKHL.
Bersamaan dengan kegiatan ini dilaksanakan juga ekstraksi data EVI melalui citra satelit yang mempunyai resolusi spasial kecil dan resolusi temporal
baik Seperti MODIS. Data EVI dimaksudkan untuk mengetahui produktivitas padi sawah. Data produktivitas padi sawah didekati dengan mengetahui
keterkaitan antara besarnya nilai EVI pada posisi picpoint dengan produktivitas padi sawah aktual yang di peroleh dari survei lapangan. Keterkaitan ini diuji
dengan uji statistik korelasi. Persamaan yang didapat digunakan untuk menduga produktivitas padi sawah series tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan Indeks
Penanaman diketahui dari jumlah picpoint dari undulan parobolik yang dinampakkan pada grafik antara nilai EVI dan periode waktu dari citra yang
digunakan. Grafik nilai EVI dengan periode waktu series beberapa tahun juga dapat digunakan untuk membaca gejala yang berkembang pada lahan sawah,
seperti perkembangan pertumbuhan padi, adanya gangguan terhadap tanaman padi, perkiraan gagal panen dan adanya degradasi lahan.
Survei lapangan dilaksanakan pada lokasi sampel dengan pendekatan unit lahan. Pengambilan sampel unit lahan secara Stratified Purposive yang disusun
dari data Penggunaan Lahan Sawah, Sistem Irigasi dan Jenis Tanah. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain berupa ground cecking data hasil interpertasi citra
dan wawancara untuk memperoleh data cost produksi dan data produktivitas aktual.
Sedangkan data BCR diperoleh dari hasil perhitungan dari data Produktivitas dan Indeks Penamanan yang diperoleh dari citra MODIS yang
dipadu dengan data Cost produksi dari lahan padi sawah yang diperoleh dari survei lapangan. Dalam menghitung BCR ini diketahui juga nilai BCR pada posisi
BEP untuk hidup para petani di wilayah penelitian. Kegiatan selanjutnya adalah penentuan kriteria yang digunakan untuk
klasifikasi LPPB di wilayah penelitian. Lahan sawah yang memenuhi kriteria yang ditentukan digolongkan menjadi LPPB. Pememilihan LPPB juga bisa
dilaksanakan dengan analisis spasial dengan Sistem Informasi Geografi SIG menggunakan dasar kriteria yang telah ditetapkan.
Pendekatan Metodologi pelaksanaan Teknik Pemilihan Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 23. Diagram Alir Teknik Pemilihan Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan
Dari proses kegiatan Teknik Pemilihan Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan ini diperoleh Peta hasil sebagaimana Peta Arahan Lahan Pertanian
Padi Sawah Berkelanjutan Wilayah Penelitian sebagai berikut.
Citra ALOS Citra MODIS
Data Sekunder
TanahKL Ekstraksi Data
Ekstraksi Data
Non Sawah Sawah
LKHL Sistem
Irigasi
Unit Lahan
EVI
Produk tivitas
Indeks Penanaman
Survei Lapangan
BCR P. Cost
P. Aktual
Analisis Spasial LPPB
Gambar 24. Peta Arahan Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan Wilayah Penelitian
PETA ARAHAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN
Cara lain dalam pengenalan LPPB melalui metode penginderaan jauh adalah melalui pembacaan grafik nilai EVI secara series atau grafik nilai produktivitas
secara series. Berdasar dari hasil analisis yang telah dilaksanakan bahwa produktivitas mempunyai korelasi yang nyata dengan sistem irigasi, BCR, LKHL
maupun dari aspek kebijakan RTRWK. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya data produktivitas yang dapat disadap dari citra penginderaan jauh dan
digambarkan dalam grafik bisa digunakan untuk mencerminkan ke empat variabel aspek keberlanjutan tersebut. Keberlanjutan dapat dilihat dari bentuk grafik yang
konstan bertahan mendatar, cenderung naik atau jika ada fluktuasi namun tidak significant.
Gambar 25. Grafik Produktivitas dan Berbagai Kelas LPPB Aspek kesempurnaan bentuk parabolik dari grafik nilai EVI series juga dapat
digunakan untuk mengetahui perkembangan produktivitas, pertumbuhan tanaman padi, gangguan hama, dan menduga adanya degradasi lahan, seperti yang dapat
ditunjukkan pada Gambar 21 dan Gambar 22.
LPPB 1
LPPB 4 LPPB 3
LPPB 2
KESIMPULAN
Sesuai dengan tujuan penelitian dan hasil yang diperoleh dalam penelitian maka dapat disampaikan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini citra ALOS AVNIR-2 diketahui mampu menyajikan data penggunaan lahan, jaringan jalan, sistem irigasi dan Luasan Kesatuan
Hamparan Lahan LKHL. Pengenalan data ini melalui pola tanggap spektral dan karakteristik dasar penciri obyek. Guna pendugaan produktivitas padi
sawah dari citra MODIS Terra-Aqua dapat digunakan persamaan Prod = 2,9785 + 6,0751Nilai EVI,
sedangkan data Indeks Penanaman dapat diabaca dari grafik nilai EVI series. Dengan metode ini diketahui bahwa simpangan
antara data produktivitas aktual dengan data produktivitas dari citra sebesar 7,63 setara dengan perbedaan produktivitas sebesar 0,24 tonhamusim dan
perbedaan Indeks Penanaman aktual dengan hasil penyadapan dari citra MODIS sebesar 3,63 atau setara dengan nilai Indeks penanaman sebesar 10
persen. Berdasar nilai simpangan tersebut maka dapat dikatakan bahwa Citra MODIS Terra-Aqua series dapat digunakan untuk mengetahui Produktivitas
dan Indeks Penanaman padi sawah di suatu wilayah. 2. Dari uji signifikansi dengan selang kepercayaan 99 dan 95 diketahui
bahwa dari kesembilan parameter yang digunakan hanya terdapat empat parameter yang mempunyai keterkaitan langsung dengan LPPB yaitu
Produktivitas, Sistem Irigasi, BCR dan LKHL. Dari pemahaman ini dapat didefinisikan bahwa LPPB adalah hamparan lahan yang secara fisik sesuai
untuk pertanian padi sawah yang didukung dengan sistem irigasi dan mempunyai produktivitas diatas 4,5 tonha, layak secara ekonomi ditandai
dengan BCR 1,497 dan diterima secara sosial dapat dilihat dari kenampakan
LKHL 10 ha.
3. Teknik pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan dapat dibangun melalui metode penginderaan jauh. Kegiatannya dimulai dari penyadapan data
parameter melalui citra, ceking lapangan, pembangunan kriteria sesuai kondisi lapangan, klasifikasi LPPB melalui analisis spasial dan penyajian hasil berupa
Peta LPPB.
SARAN
Berkenaan dengan kondisi lapangan yang ada dan guna menjaga adanya keberlangsungan dalam mengupayakan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan
terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan antara lain bahwa : 1. Perlu adanya normalisasi saluran irigasi di beberapa wilayah yang menjadi
lokasi genangan banjir di musim penghujan akibat adanya tidak berfungsinya saluran irigasi sebagaimana mestinya oleh karena beberapa sebab, baik akibat
dari saluran irigasi yang rusak atau outlet saluran irigasi yang terlalu kecil dan tidak sesuai dengan volume debit air yang ada. Selain itu juga pada lokasi-
lokasi yang tidak bisa terjamah oleh sistem irigasi. Kondisi demikian akan mengganggu sistem usaha tani dan produktivitas padi sawah.
2. Guna memberikan kesempatan adanya proses konservasi tanah dan air maka disarankan untuk pola tanam Padi-Padi-Palawija atau Padi-Palawija-Padi.
Dengan pola tanam demikian, dari sisi kelayakan ekonomi juga akan mempunyai nilai tambah melalui 1 satu kali panen palawija. Dengan
demikian perlunya disosialisasikan adanya pola tanam Padi-Padi-Palawija. 3. Sebaiknya wilayah yang telah ditetapkan dalam kawasan lahan pertanian padi
sawah berkelanjutan disarankan untuk ditetapkan menjadi zona pertanian dan tidak bisa dialih-fungsikan menjadi kawasan lainnya.
4. Kesesuaian lahan pada kawasan padi sawah di wilayah penelitian Cukup Sesuai dan Sesuai Marginal, dengan faktor pembatas retensi hara, media
perakaran dan hara tersedia. Dengan faktor pembatas demikian maka kesesuaian lahan yang ada secara potensial hampir seragam. Pada kondisi
demikian variabel kesesuaian lahan tidak dapat digunakan untuk mengenali aspek keberlanjutan di wilayah penelitian. Oleh karena itu perlu adanya
percobaan penggunaan faktor Kesesuaian Lahan ini pada wilayah yang mempunyai variasi kesesuaian lahan yang beragam guna melihat aspek
keberlanjutan.
GLOSSARY
Teknik Pemilihan adalah suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan
pemikiran, pola kerja, cara teknis dan tata langkah guna memerikan, memilih dan mendeliniasi lahan pertanian padi sawah berkelanjutan.
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah suatu bidang lahan pertanian
yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kedaulatan dan ketahanan pangan nasional
UU no.412009. Pada penelitian ini lahan pertanian pangan dikhususkan pada lahan pertanian padi sawah, karena produksi padi beras merupakan
cerminan langsung ketersediaan pangan masyarakat Indonesia.
Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya
pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan danatau hamparan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional UU
no.412009.
Lahan Pertanian Padi Sawah oleh Puslitbangtanak 2003 didefinisikan sebagai
suatu tipe penggunaan lahan yang untuk pengelolaannya memerlukan genangan air. Oleh karena itu sawah selalu mempunyai permukaan datar atau
didatarkan dibuat teras, dan dibatasi oleh pematang untuk menahan genangan. Berdasarkan sumber air yang digunakan dan keadaan genangannya
sawah dibedakan menjadi sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah lebak dan sawah pasang surut.
Produktivitas Pertanian adalah produksi rata-rata suatu lahan sawah dalam
menghasilkan padi dalam periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam tonhamusim.
EVI Enhanced Vegetation Index adalah penajaman indeks vegetasi yang
dilakukan dengan cara koreksi radiometrik dari pengaruh kondisi lahan tanah dan kerapatan kanopi dan aerosol yang terdeteksi oleh band biru serta posisi
penyinaran matahari. Dengan menggunakan metode tersebut dapat memonitor perkembangan tanaman pertanian mulai dari masa tanam,
pemeliharaan hingga produksi. Sehingga produksi hasil pertanian secara kualitas dan kuantitas dapat diprediksi dengan baik.
Indeks Penanaman adalah indeks penanaman padi sawah IP padi yang terdiri
dari lahan sawah yang ditanami padi berapa kali dalam setahun dan dinyatakan dalam persen Seperti 1X berarti 100, 2X berarti 200, dst.
Kesesuaian Lahan adalah lahan yang secara biofisik terutama dari aspek
kelerengan, iklim, sifat fisik, kimia, dan biologi cocok dikembangkan untuk pertanian pangan UU no.412009. Kesesuaian lahan yang dimaksud pada
penelitian ini kesesuaian lahan pada kondisi aktual, pada tingkat kelasSub
Kelas. Potensi Teknis Lahan
adalah lahan yang secara biofisik, terutama dari aspek topografilereng, iklim, sifat fisika, kimia, dan biologi tanah sesuai atau cocok
dikembangkan untuk pertanian UU no.412009.
Kelayakan Secara Ekonomi adalah kesesuaian lahan kuantitatif yang didasarkan
atas pertimbangan ekonomi, seperti input-output atau cost-benefit Pusltbang Tanah dan Agroklimat 2003.
Ketersediaan Infrastruktur adalah ketersediaan infrastruktur pendukung
pertanian pangan antara lain sistem irigasi, jalan usaha tani, dan jembatan UU
no.412009. Luasan Kesatuan Hamparan Lahan
adalah sebaran dan luasan hamparan lahan yang menjadi satu kesatuan sistem produksi pertanian yang terkait sehingga
tercapai skala ekonomi dan sosial budaya yang mendukung produktivitas dan efisiensi produk UU no.412009.
Penggunaan Lahan adalah bentuk penutupan permukaan lahan atau pemanfaatan
lahan baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia UU no.412009. Penggunaan lahan merupakan aspek bentuk peruntukan pemukaan
lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Undang – Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta: Ditjen Penataan Ruang DPU.
Bupati Karawang. 2004. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang nomor 19 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang. Lembaran
Daerah Kabupaten Karawang nomor 19 Seri E. Chen Z, Li S, Ren J, Gong P, Zhang M, Wang L, Xiao, Jiang D. 2008. Monitoring
and Management of Agriculture with Remote Sensing. Advance in Land Remote Sensing Beijing. Springer Science Busines Media 15 : 397 – 421.
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan. 2009. Rencana Pembangunan Pertanian Kabupaten Karawang. Laporan Akhir Penyusunan Rencana
Pembangunan Pertanian Kabupaten Karawang. Karawang : PT. Bina Matra Wahana.
Dirgahayu D dan Parwati. 2004. Identifikasi Tingkat Kehijauan Tanaman Padi Menggunakan EVI Enhanched Vegetation Index MODIS 250 M. Jakarta :
Bidang Pengembangan dan Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan teknologi Penginderaan Jauh.
Dirgahayu D, Adhyani NL dan Nugraheni. 2005. Model Pertumbuhan Tanaman Padi Menggunakan data MODIS Untuk Pendugaan Umur Padi Sawah.
Proceding Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIVdi ITS Surabaya : 17 – 24. Djaenudin, Marwan, Subagjo dan Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan
Untuk Komoditas Pertanian. Bogor : Balai Penelitian Tanah – Puslibangtanak – BP3 Deptan.
Hardjowigeno S dan Widiatmaka, 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Heidina F. 2010. Produksi dan Produktivitas Padi di Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan
ITSL – IPB. Huete AR, Liu HQ, Batchily K and Van Leeuwen W. 1997. A Comparisons of
Vegetation Indices Global Set of TM Images for EOS MODIS. Remote Sensing of Environtment 59 : 440 - 451.
JAXA. 2007. ALOS User Handbook. Earth Observation Research Center. Japan Aerospace Exploration Agency JAXA.
Lillesand, TM. dan Kiefer, RW. 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Menteri Hukum dan HAM. 2009. Undang – Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 2009 tentang Undang-Undang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan. Jakarta. Pasaribu B. 2007. Implikasi Undang-Undang Lahan Pertanian Pangan Abadi
Terhadap Ketahanan Pangan Nasional. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Bogor : BBLSLP – Badan
Litbang Pertanian Departemen Pertanian. Hlm. 1 – 23. Pemkab Karawang. 2003. Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Karawang. Buku Analisis. Karawang : Bappeda kabupaten Karawang. Purwadhi FSH dan Sanjoto TB. 2010. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan
Jauh. Jakarta : LAPAN-UNES Ritung S, Supriatna, Hidayat A. 2007. Kriteria Biofisik Untuk Penetapan Lahan
Pertanian Abadi Dalam Mencegah Konversi Lahan Pertanian, Studi Kasus di Provinsi Jawa Barat dan Lampung. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya
Lahan dan Lingkungan Pertanian. Bogor : BBPPSLP – Badan Litbang
Pertanian Departemen Pertanian. Hlm 311 – 322.
Ritung S, Hidayat, Wahyunto. 2008. Penyusunan Peta Lahan Abadi 15 Juta Hektar Lahan Sawah dan 15 Juta Hektar lahan Kering dan Reforma Agraria.
Laporan Akhir Penelitian. Bogor : BBPPSLP – Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian.
Rustiadi E, Wafda R. 2007. Urgensi Lahan Pertanian Pangan Abadi. Makalah Pertemuan Teknis Pengelolaan Lahan. Denpasar : Dirjen PLA Deptan.
Rustiadi E, Wafda R. 2007. Lahan Pertanian Pangan Abadi Sebagai Syarat Dalam Pembangunan Pertanian dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Makalah
Seminar Kebijakan Pengembangan Lahan Pertanian Abadi. Jakarta : P4W - Deptan.
Syakur AR dan Adnyana IWS. 2009. Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra ALOS AVNIR 2 dan Sistem Informasi Geografi SIG untuk Evalusi
Tata Ruang Kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari Voulem 9 no.1. Hlm 1 – 11. Sitanggang G dan Harini S. 2008. Klasifikasi Penutup LahanTanaman Pertanian
Sawah Menggunakan Data Optik ALOS AVNIR-2 DAN PRISM. Proceding PIT MAPIN XVII di Bandung : 168 – 183.
Sekolah Pascasarjana IPB. 2008. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah. Edisi Kedua. Bogor : IPB Press.
Supranto. 2004. Analisis Multivariat, Arti dan Interpretasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
United States Departement of Agricultural. 1998. Keys to Soil Taxonomy. Eight Edition. Natural Recources Coservation Services.
Wahyunto, Widagdo, Heryanto B. 2006. Pendugaan Produktivitas Tanaman Padi Sawah Melalui Analisis Citra Satelit. Informatika Pertanian Volume 15 : 853
– 869.
Lampiran 1 Komposisi dan Lokasi Sampel Unit Lahan Wilayah Penelitian
KOMPOSISI SAMPEL UNIT LAHAN WILAYAH PENELITIAN
78
No. Great Group
Status Irigasi Luas ha
Stratified Str. Purposive
1 Dystropepts
Pasang Surut 3,7
0,01 2
Dystropepts Irigasi Semi Teknis
121,7 0,24
3 Dystropepts
Irigasi Teknis 358,2
0,70 4
Dystropepts Tadah Hujan
420,6 0,82
1 5
Endoaquents Irigasi Teknis
21,3 0,04
KOMPOSISI SAMPEL UNIT LAHAN WILAYAH PENELITIAN
6 Endoaquents
Tadah Hujan 39,4
0,08 7
Eutropepts Irigasi Semi Teknis
360,4 0,70
1 8
Eutropepts Irigasi Teknis
1.802,5 3,52
2 2
9 Eutropepts
Tadah Hujan 209,8
0,41 1
10 Tropaquepts Pasang Surut
1.388,5 2,71
1 1
11 Tropaquepts Irigasi Teknis
42.922,6 83,73
34 30
12 Tropaquepts Tadah Hujan
1.809,0 3,53
2 2
p q p
j 13 Tropofluvents
Irigasi Semi Teknis 51,3
0,10 14 Tropofluvents
Irigasi Teknis 1.240,1
2,42 1
1 15 Tropofluvents
Tadah Hujan 512,6
1,00 1
51.261,7 100
40 40
Jumlah
Gambar Lokasi Sampel Unit Lahan Wilayah Penelitian
78
78 78
78 Tropofluvents
Irigasi Teknis
1 Tropaquepts
Irigasi Teknis
30 Dystropepts
Irigasi Teknis
1 Eutropepts
Irigasi Teknis
2 Eutropepts
Irigasi Semi Teknis
1 Tropofluvents
Tadah Hujan
1 Eutropepts
Tadah Hujan
1 +1
Endoaquents Tadah
Hujan Tropaquepts
Pasangsurut 1
Tropaquepts Tadah
Hujan 2
40
78
Lampiran 2 Hasil Ekstraksi EVI Layer Stacking Citra MODIS tahun 2005 - 2009
Lampiran 2 Hasil Ekstraksi EVI Layer Stacking Citra MODIS tahun 2005 - 2009
Lampiran 2 Hasil Ekstraksi EVI Layer Stacking Citra MODIS tahun 2005 - 2009
82
Keterangan : P = produktivitas T = periode panen
SUL- 1
SUL- 3 SUL- 2
SUL- 4
SUL- 6 SUL- 5
SUL- 8 SUL- 7
P
T
P P
P P
P
P P
T
T T
T T
T T
83
SUL- 14 SUL- 9
SUL- 10
SUL- 11 SUL- 16
SUL- 17 SUL- 12
SUL- 15
SUL- 13 SUL- 18
P P
P
T
T T
P P
P P
P P
P T
T
T T
T T
T
84
SUL- 19
SUL- 21 SUL- 24
SUL- 20 SUL- 25
SUL- 2 7 SUL- 26
SUL- 23 SUL- 22
SUL- 2 8
P
T P
P
P P
P T
T T
T
P P
P P
T T
T T
T
Lampiran 4 Karakteristik Wilayah di lokasi sampel Unit Lahan
ID Y
X1 X2
X3 X4
X5 X6
X7 X8
S X
Y Produktifitas
tonha BCR
Indeks Penanaman
Klas Kes. Lahan
Sistem Irigasi
Jaringan Jalan
LKHL ha
Pengg. Lahan
Arahan RTRWK
1 748287
9302727 6,39
1,59 250
S2fn Irigasi
Teknis Lainnya
95,50 Sawah
Pertanian Lahan Basah
Kp. Parungpung, Parungsari, Telukjambe Barat
2 747525
9298534 6,70
1,61 300
S2fn Irigasi
Teknis Kolektor
462,43 Sawah
Pertanian Lahan Basah
Kp. Pasirjengkol, Karangmulya, Telukjambe Barat
3 745411
9294653 6,19
2,09 200
S2fn Irigasi
Teknis Lainnya
199,32 Sawah
Zona Industri
Kp. Jatimulya, Wanakerta, Telukjambe Barat
4 752630
9306037 6,11
1,59 200
S2fn Irigasi
Teknis Arteri
8.019,00 Sawah
Permukiman Babakan
Toge, Tanjungmekar, Karawang Barat 5
756016 9306831
5,92 1,61
200 S2fn
Irigasi Teknis
Lokal 8.019,00
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Buher, Karangpawitan, Karawang Barat 6
752249 9310136
6,04 1,67
200 S2fn
LebakTadah Hujan
Kolektor 15,94
Sawah Zona
Industri Kp.
Kaceot, Tunggakjati, Karawang Barat 7
756242 9310864
6,37 1,93
200 S2fn
Irigasi Teknis
Lokal 8.019,00
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Cilele, Sekarwangi, Rawamerta 8
759861 9308126
6,51 2,05
200 S2fn
Irigasi Teknis
Lainnya 8.019,00
Sawah Pengembangan
Kota Kecamatan Kp.
Krajan, Pasirkaliki, Rawamerta 9
761351 9311211
6,53 2,09
200 S2fn
Irigasi Teknis
Kolektor 8.603,60
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Kamurangjati, Panyingkiran, Rawamerta 10
761687 9309206
6,56 1,79
200 S2fn
Irigasi Teknis
Kolektor 8.603,60
Sawah Pengembangan
Kota Kecamatan Kp.
Krajan 1, Sukamerta, Rawamerta 11
766728 9304896
6,01 1,58
200 S3n
Irigasi Teknis
Lainnya 9.426,00
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Ciluwo, Cadaskertajaya, Talagasari 12
763860 9306029
5,81 1,40
200 S2fn
Irigasi Teknis
Lokal 756,90
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Sindangpalay, Pasirmukti, Talagasari 13
759275 9300388
6,97 2,24
200 S2fn
Tadah Hujan
Lainnya 35,91
Sawah Permukiman
Kp. Tamelang, Bengle, Majalaya
14 761851
9299367 6,40
1,61 200
S2fn Tadah
Hujan Lainnya
58,68 Sawah
Permukiman Babakan
Tamiang, Lemahmulya, Majalaya 15
762910 9301255
6,15 1,84
200 S3n
Irigasi Teknis
Lokal 1.800,00
Sawah Permukiman
Karangmulya 1, Lemahmulya, Majalaya
16 745359
9282329 6,60
1,72 200
S2rfns Irigasi
Semi Teknis Kolektor
245,40 Sawah
Permukiman Kp.
Jati 2, Jatilaksana, Pangkalan 17
745868 9291224
6,73 1,70
200 S3rn
Tadah Hujan
Kolektor 8,40
Sawah Pertanian
Tanah Lahan Kering Kp.
Kereteg, Tamansari, Pangkalan 18
742177 9282221
6,35 1,69
200 S2fn
Tadah Hujan
Lokal 67,90
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Nambolamping, Mulyasari, Pangkalan 19
750050 9302230
6,33 1,87
200 S3n
Irigasi Teknis
Lainnya 1.340,70
Sawah Permukiman
Kp. Tegalluhur, Sukamakmur, Telukjambe Timur
20 762091
9289251 6,41
1,87 300
S2fn Irigasi
Teknis Lokal
38,40 Sawah
Zona Industri
Kp. Kaum, Mulyasari, Ciampel
21 761218
9292504 6,10
1,86 300
S2fn Irigasi
Teknis Lokal
370,20 Sawah
Pertanian Lahan Basah
Kp. Kedungwaru, Kutapohaci, Ciampel
22 759859
9305494 6,59
1,82 200
S3n Irigasi
Teknis Lainnya
8.019,00 Sawah
Pertanian Lahan Basah
Kp. Tanjung, Plawad, Karawang Timur
23 766027
9313007 6,36
1,86 200
S2fn Irigasi
Teknis Lainnya
330,10 Sawah
Pertanian Lahan Basah
Kp. Jarakah, lemahduku, Tempuran
24 773750
9313564 6,17
2,60 200
S3rns Irigasi
Teknis Kolektor
2.970,00 Sawah
Pertanian Lahan Basah
Kp. Wagirkumbang, Purwajaya, Tempuran
25 775647
9316833 2,50
1,42 200
S2fn Pasangsurut
Lokal 373,00
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Sumurgede, Muarajaya, Tempuran 26
772698 9316122
6,51 2,50
200 S2fn
Irigasi Teknis
Lokal 705,50
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Cikuntul Timur, Cikuntul, Tempuran 27
772700 9310006
6,03 2,08
200 S2fn
Irigasi Teknis
Kolektor 2.970,00
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Babaway, lemahmukti, Lemahabang 28
771338 9302591
6,35 1,90
200 S2rfn
Irigasi Teknis
Kolektor 2.174,00
Sawah Pengembangan
Kota Kecamatan Kp.
Kedaung, Karangtanjung, Lemahabang 29
773172 9298745
6,40 2,33
200 S2fn
Irigasi Teknis
Kolektor 6.170,00
Sawah Pertanian
Lahan Basah Babakan
Wadas, Parakan, Tirtamulya 30
761867 9284096
4,00 1,27
250 S3rns
Tadah Hujan
Lainnya 28,70
Sawah Pertanian
Tanah Lahan Kering Kp.
Koja, Mulyasejati, Ciampel 31
770060 9306168
6,49 1,74
200 S2rfn
Irigasi Teknis
Lainnya 2.139,00
Sawah Pertanian
Lahan Basah Bedahmenggala,
Ciluwo, Telagasari 32
770835 9297379
6,05 1,76
200 S2rfn
Irigasi Teknis
Lainnya 6.170,00
Sawah Permukiman
Kp. Tangkil, Citarik, Tirtamulya
33 754601
9304945 6,34
1,66 200
S2fn Irigasi
Teknis Arteri
585,20 Sawah
Permukiman Telukmungkal,
Tanjungmekar, Karawang Barat 34
767992 9294123
6,02 1,66
200 S2fn
Irigasi Teknis
Lainnya 6.170,00
Sawah Permukiman
Bakandukuh, Sukasari, Purwasari
35 765095
9297648 5,98
1,81 200
S2fn Irigasi
Teknis Lokal
6.170,00 Sawah
Permukiman Darawolong,
Purwasari 36
759279 9314333
5,62 1,64
200 S3n
Irigasi Teknis
Kolektor 8.019,00
Sawah Pertanian
Lahan Basah Sindangkarya,
Kutawaluya 37
759553 9321499
5,71 1,66
200 S3n
Irigasi Teknis
Lokal 8.603,60
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kelapadua,
Jatimulya, Pedes 38
766061 9319730
6,19 1,41
200 S2fn
Irigasi Teknis
Lainnya 8.603,60
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Cikande, Cikande, Cilebar 39
767524 9320134
6,13 1,59
200 S2fn
Irigasi Teknis
Lainnya 1.289,00
Sawah Pertanian
Lahan Basah Kp.
Cikangkung, Ciptamargi, Cilebar 40
762595 9315750
6,20 1,53
200 S3n
Irigasi Teknis
Lokal 8.603,60
Sawah Pertanian
Lahan Basah Sukaratu,
Cilebar Koordinat
LOKASI
244,82 71,64
8.400 6,1205
1,79095 210
29 0,725
9 0,225
2 0,05
40 38559150 18428601,83
1535716,819 139
1668000
Lampiran 5 Kuantifikasi data untuk bahan Analisis Hayashi
38 7
3 2
2 2
4 3
5 6,39
2 2
1 1
4 3
4 6,70
2 2
1 1
2 3
4 6,19
3 1
1 1
4 3
1 6,11
2 1
1 1
1 3
3 5,92
2 1
1 1
3 3
4 6,04
2 1
1 2
2 1
1 6,37
2 1
1 1
3 3
4 6,51
3 1
1 1
4 3
2 6,53
3 1
1 1
2 3
4 6,56
2 1
1 1
2 3
2 6,01
2 1
2 1
4 3
4 5,81
1 1
1 1
3 3
4 6,97
3 1
1 2
4 2
3 6,40
2 1
1 2
4 3
3 6,15
2 1
2 1
3 3
3 6,60
2 1
1 2
2 3
3 6,73
2 1
2 2
2 1
5 6,35
2 1
1 2
3 3
5 6,33
2 1
2 1
4 3
3 6,41
2 2
1 1
3 2
1 6,10
2 2
1 1
3 3
4 6,59
2 1
2 1
4 3
4 6,36
2 1
1 1
4 3
4 6,17
3 1
2 1
2 3
4 6,51
3 1
1 1
3 3
4 6,03
3 1
1 1
2 3
4 6,35
2 1
1 1
2 3
2 6,40
3 1
1 1
2 3
4 6,49
2 1
1 1
4 3
4 6,05
2 1
1 1
4 3
3 6,34
2 1
1 1
1 3
3 6,02
2 1
1 1
4 3
3 5,98
2 1
1 1
3 3
3 5,62
2 1
2 1
2 3
4 5,71
2 1
2 1
3 3
4 6,19
1 1
1 1
4 3
4 6,13
2 1
1 1
4 3
4 6,20
2 1
2 1
3 3
4
Keterangan :
Pada baris pertama kolom pertama tertulis 38, kolom kedua tertulis 7, kolom ketiga tertulis 3 dan seterusnya
Artinya : 38 menunujukkan ada 38 sampel, angka 7 artinya ada tujuh variabel yang digunakan,
angka 3 menunjukkan variabel pertama ada tiga kategori dan seterusnya
88
89
Lampiran 6 Hasil analisis kuntifikasi Hayashi QUANTIFICATION I
Number of Individuals = 38 Number of Items = 7
Number of Categories Items 1 = 3
Items 2 = 2 Items 3 = 2
Items 4 = 2 Items 5 = 4
Items 6 = 3 Items 7 = 5
Cross Table of Item-Categories 2 0 0 2 0 2 0 2 0 0 0 1 1 0 0 2 0 0 0 2
0 28 0 24 4 20 8 23 5 2 7 9 10 2 1 25 2 2 9 13 0 0 8 8 0 7 1 7 1 0 4 1 3 0 1 7 1 1 1 5
2 24 8 34 0 25 9 28 6 2 10 9 13 2 1 31 2 3 10 17 0 4 0 0 4 4 0 4 0 0 1 2 1 0 1 3 1 0 0 3
2 20 7 25 4 29 0 24 5 2 8 8 11 1 2 26 3 3 8 14 0 8 1 9 0 0 9 8 1 0 3 3 3 1 0 8 0 0 2 6
2 23 7 28 4 24 8 32 0 2 8 10 12 0 1 31 2 3 7 20 0 5 1 6 0 5 1 0 6 0 3 1 2 2 1 3 1 0 3 0
0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 7 4 10 1 8 3 8 3 0 11 0 0 2 0 9 1 2 1 6
1 9 1 9 2 8 3 10 1 0 0 11 0 0 1 10 1 0 2 7 1 10 3 13 1 11 3 12 2 0 0 0 14 0 1 13 1 1 5 7
0 2 0 2 0 1 1 0 2 0 2 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 2 0 1 1 0 0 1 1 0 2 0 1 0 1 0
2 25 7 31 3 26 8 31 3 2 9 10 13 0 0 34 1 3 9 20 0 2 1 2 1 3 0 2 1 0 1 1 1 1 1 1 3 0 0 0
0 2 1 3 0 3 0 3 0 0 2 0 1 0 0 3 0 3 0 0 0 9 1 10 0 8 2 7 3 2 1 2 5 0 1 9 0 0 10 0
2 13 5 17 3 14 6 20 0 0 6 7 7 0 0 20 0 0 0 20 0 2 0 2 0 1 1 0 2 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
90
2 2
1 1
2 1
1 1
1 2
Sum of Y for Item-Categories 12 175 51 213 26 183 56 199
39 12 70 68 89 13 13 212 19 19 63 124 13
91
Standardized category-scores and their ranges Item No. 1
Freq. Cat.score Range Partial cor. 1 : 2-0.198111 0 0.379653
2 : 28-0.026540 3 : 8 0.142417
Item No. 2 Freq. Cat.score Range Partial cor.
1 : 34-0.025050 0 0.311572 2 : 4 0.212928
Item No. 3 Freq. Cat.score Range Partial cor.
1 : 29 0.017174 0 0.150663 2 : 9-0.055338
Item No. 4 Freq. Cat.score Range Partial cor.
1 : 32-0.035496 0 0.347876 2 : 6 0.189313
Item No. 5 Freq. Cat.score Range Partial cor.
1 : 2 0.070377 0 0.359609 2 : 11-0.009590
3 : 11-0.105889 4 : 14 0.080680
Item No. 6 Freq. Cat.score Range Partial cor.
1 : 2 0.074125 0 0.337121 2 : 2 0.357215
3 : 34-0.025373 Item No. 7
Freq. Cat.score Range Partial cor.
92
1 : 3-0.322631 1 0.483281 2 : 3 0.220220
3 : 10-0.021668 4 : 20 0.007881
5 : 2 0.183144 Constant
term 6.2715793 Multiple correlation coefficient
R = 0.7274, R-square = 0.5291 Correlation matrix of of outside variable y and quantified items x1,...
y x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x 6 x 7 y : 1.000
x 1 : 0.319 1.000 x 2 : 0.155 -0.110 1.000
x 3 : 0.203 0.052 0.191 1.000 x 4 : 0.370 0.008 -0.149 0.071 1.000
x 5 : 0.252 0.086 -0.157 0.084 0.025 1.000 x 6 : 0.364 0.143 0.277 0.092 0.356 -0.045 1.000
x 7 : 0.214 -0.046 -0.217 -0.098 -0.013 -0.015 -0.372 1.000 Prediction
No. Observed Predicted Residual 1 : 6.390 6.503 : -0.113
2 : 6.700 6.413 : 0.287 3 : 6.190 6.103 : 0.087
4 : 6.110 6.225 : -0.115 5 : 5.920 6.078 : -0.158
6 : 6.040 6.168 : -0.128 7 : 6.370 6.078 : 0.292
8 : 6.510 6.646 : -0.136 9 : 6.530 6.344 : 0.186
10 : 6.560 6.387 : 0.173 11 : 6.010 6.192 : -0.182
12 : 5.810 5.907 : -0.097 13 : 6.970 7.012 : -0.042
93
14 : 6.400 6.460 : -0.060 15 : 6.150 5.976 : 0.174
16 : 6.600 6.370 : 0.230 17 : 6.730 6.602 : 0.128
18 : 6.350 6.478 : -0.128 19 : 6.330 6.163 : 0.167
20 : 6.410 6.368 : 0.042 21 : 6.100 6.316 : -0.216
22 : 6.590 6.192 : 0.398 23 : 6.360 6.265 : 0.095
24 : 6.170 6.271 : -0.101 25 : 6.510 6.247 : 0.263
26 : 6.030 6.344 : -0.314 27 : 6.350 6.387 : -0.037
28 : 6.400 6.344 : 0.056 29 : 6.490 6.265 : 0.225
30 : 6.050 6.235 : -0.185 31 : 6.340 6.225 : 0.115
32 : 6.020 6.235 : -0.215 33 : 5.980 6.049 : -0.069
34 : 5.620 6.102 : -0.482 35 : 5.710 6.006 : -0.296
36 : 6.190 6.093 : 0.097 37 : 6.130 6.265 : -0.135
38 : 6.200 6.006 : 0.194
ABSTRACT
MUYA AVICIENNA. Technique of Selection Sustainable Paddy Field Agricultural Land. Under direction of BOEDI TJAHJONO and ATANG
SUTANDI
Land use defeated from paddy field agricultural land to non agricultural land has reached an alarming level. In order to maintain national food sovereignty
required the protection of agricultural land by the establishment of sustainable paddy field agriculture land. For to realize the existence are need model methods
and techniques to selection, deliniation and zonation for sustainable paddy field agriculture land LPPB. Determination LPPB preceded by the parameters
selection and criteria determination by Hayashi analysis. From this test can be formulated that LPPB is an paddy field agricultural land irrigated of technical,
semi technical, simple rain fed, which has a productivity of over 4.5 tonnes ha, had a Benefit Cost Ratio BCR 1.497 and has
a Size of Unity Land Cover LKHL 10 ha. Irrigation systems and LKHL parameters data can be extract
from the ALOS AVNIR-2 imagery, the productivity data can be determined by the Enhanced Vegetation Index EVI data from MODIS Terra and Aqua series
2005-2009 imagery. The EVI on picpoint and productivity of paddy fields has a positive correlation with the equation Prod. = 2.9785 + 6.0751 EVI value. BCR
values obtained from the calculation of productivity and index investments obtained from MODIS imagery are combined with data from the production cost
of rice paddy land acquired from field surveys. LPPB selection techniques can be built through remote sensing methods. Activities starting from parameter data
extraction through the sattelite image, field survey, development of criteria according to field conditions, LPPB classifying through spatial analysis and
presentation of result in the LPPB maps. From this method was known that paddy field agricultural area can be diferences as LPPB1, LPPB2, LPPB3, LPPB4,
LPPB5, Reserve of LPPB and Non LPPB.
Keywords : zoning, sustainable paddy field, agricultural land defeated, remote sensing, MODIS, ALOS, Hayashi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan akan ruang lahan dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang cukup cepat. Pertumbuhan ini sebagai akibat adanya ruang lahan yang
tidak bertambah, sementara laju pertumbuhan penduduk, ekonomi dan pembangunan terus meningkat, sehingga permintaan akan kebutuhan lahan terus
meningkat. Kondisi seperti ini membawa pada konflik kepentingan dalam pemakaian lahan.
Pada kenyataannya telah terjadi persaingan penguasaan yang tidak seimbang dalam penggunaan lahan, terutama sektor pertanian dan non pertanian.
Demi memaksimalkan land rent, lahan pertanian senantiasa dikalahkan untuk di- alih fungsikan menjadi kegunaan lain seperti permukiman, industri maupun
infrastruktur seperti jalan dan yang lainnya. Berdasar RTRWK Se-Indonesia saat ini saja, secara otomatis telah ada rencana alih fungsi lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian secara sistematis sebanyak 3,1 juta hektar atau 40 dari luas sawah yang ada di Indonesia Data BPN 2004.
Dengan semakin meningkatnya pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi dan industri, mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi dan
fragmentasi lahan pertanian pangan yang mengancam daya dukung wilayah secara nasional untuk menjaga kedaulatan pangan. Menurut Apriantono 2009
laju besaran alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Indonesia dari tahun 1999 – 2002 diperkirakan mencapai 330.000 ha atau setara dengan
110.000 hatahun, sedangkan menurut data BPS tahun 2003 alih fungsi sawah ke non sawah mencapai 188.000 hatahun, atau dengan laju konversi mencapai 2,42
pertahun. Padahal jika dilihat dari sisi daya dukung lahannya, lahan untuk pertanian
pangan selalu memiliki daya dukung lahan yang paling baik, artinya lahan yang sesuai untuk pertanian pangan umumnya akan sesuai juga untuk semua
peruntukan non pertanian, sebaliknya lahan yang mempunyai daya dukung sesuai untuk non pertanian belum tentu dapat digunakan untuk lahan pertanian pangan.
Dengan demikian alih fungsi lahan selalu bergerak dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, dan tidak sebaliknya. Padahal ketersediaan lahan yang
mempunyai kesesuaian daya dukungnya untuk lahan pertanian pangan sangat terbatas. Selanjutnya kondisi demikian membawa suatu tekanan terhadap
kapasitas sumberdaya yang ada. Pada tanggal 16 September 2009 Dewan Perwakilan Rakyat DPR telah
mengesyahkan Undang-Undang nomor 41 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan UU PLPPB. UU ini melengkapi UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang yang bertujuan mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan
ketahanan nasional. Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan bagian
dari penetapan perencanaan tata ruang wilayah kawasan perdesaan pada wilayah kabupaten. Penetapan kawasan ini akan digunakan sebagai dasar peraturan zonasi
UU No. 262007 dan UU No. 412009. Oleh karena itu untuk mewujudkannya dirasa perlu adanya suatu strategi dan model metode dan teknik pelaksanaan
yang efisien, efektif dan tepat guna dalam pemilihan, penetapan dan pendeliniasian lahan pertanian pangan berkelanjutan, khususnya untuk lahan padi
sawah yang merupakan sarana pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan penetapan lahan pertanian berkelanjutan, pada tahun 2003 Puslitbangtanak pernah bekerjasama dengan Setjen Deptan untuk menyusun
kriteria biofisik untuk pemilihan dan penetapan lahan pertanian abadi berkelanjutan dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian Puslitbangtanak yang
telah ada. Penyusunan kriteria ini dilakukan dengan cara desk study melalui diskusi. Penetapan kriteria lahan abadi ini dimaksudkan untuk skala tinjau dengan
hanya mempertimbangkan aspek biofisik, adapun parameter lain yang terkait dengan kondisi lahan seperti kelayakan ekonomi, luasan kesatuan hamparan,
kondisi aktual maupun aspek kebijakan belum dijadikan sebagai pertimbangan. Selain itu dari berbagai penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukkan
bahwa teknik penginderaan jauh mempunyai cara yang optimal dalam penyadapan, pemantauan, analisis dan penyajian data. Sejalan dengan
perkembangan teknologi, metodologi dan teknik dalam penginderaan jauh telah
merambah ke berbagai penggunaan, termasuk dalam manajamen, estimasi dan pemantauan produksi pertanian serta beberapa permodelan yang mendukungnya.
Berdasarkan pada uraian di atas, terdapat beberapa permasalahan yang yang dapat diangkat dan perlu diketahui, yaitu antara lain :
1. Sejauh mana metodologi dan teknologi penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk mengetahui produktivitas lahan pertanian padi dan
menyadap data yang akan digunakan sebagai parameter untuk pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan?
2. Faktor dan parameter apa saja yang mempunyai pengaruh dan seharusnya digunakan dalam pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan?
3. Apakah model penginderaan jauh yang efisien dapat dibangun untuk pemilihan dan pendeliniasian kawasan potensial sebagai lahan pertanian padi
sawah berkelanjutan?
Tujuan Penelitian
Berdasar pada uraian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Memanfaatkan metode dan teknik penginderaan jauh untuk menilai produktivitas lahan pertanian padi sawah beserta penyadapan data parameter
yang digunakan untuk pemilihan kawasan lahan pertanian padi sawah. 2. Menentukan parameter yang mempunyai pengaruh nyata dalam pemilihan
lahan pertanian padi sawah berkelanjutan. 3. Mendapatkan teknik untuk memilih dan mendeliniasi zonasi lahan pertanian
padi sawah berkelanjutan berdasarkan pada parameter terpilih.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif metode dan teknik dalam memilih dan mendeliniasi zonasi lahan pertanian padi sawah
berkelanjutan, yang menjadi bagian dari rangkaian penetapan perencanaan tata ruang wilayah kawasan perdesaan pada wilayah kabupaten.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka merupakan upaya memperjelas batasan permasalahan, memberikan referensi, serta mengkaji konsepsi penelitian. Berkenaan dengan
judul penelitian, beberapa hal yang perlu mendapatkan telaahan dari pustaka dapat
dijelaskan sebagaimana uraian berikut : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Pandangan dari sisi Perundangan
Dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada pasal 19 dijelaskan bahwa penetapan lahan
pertanian pangan berkelanjutan merupakan bagian dari penetapan perencanaan tata ruang wilayah kabupatenkota. Penetapan Kawasan ini akan digunakan
sebagai dasar peraturan zonasi. Selanjutnya berkenaan dengan istilah lahan pertanian pangan berkelanjutan
ini, pada Undang Undang No. 41 2009 dapat dijelaskan beberapa definisi terkait, yaitu :
a. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan
fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi dan hidrologi yang
terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia.
b. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha
pertanian.
c. Pertanian pangan adalah usaha manusia untuk mengelola lahan dan
agroekosistem dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan pangan serta
kesejahteraan rakyat.
d. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian
yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan kedaulatan pangan
nasional Pasal 1 angka 3.
Pada pasal 5 disebutkan bahwa Lahan Pertanian Pangan yang ditetapkan
sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat berupa:
Lahan beririgasi; Lahan reklamasi rawa pasang surut dan nonpasang surut lebak; danatau
Lahan tidak beririgasi. e.
Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan potensial
yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan
pada masa yang akan datang Pasal 1 angka 4.
f. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya
pertanian pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan atau hamparan lahan cadangan pertanian pangan
berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional Pasal 1
angka 7. Produktifitas lahan pertanian pangan dapat dikatakan berkelanjutan jika
hasil produktifitas lahan dapat bertahan dan bisa juga meningkat dari waktu ke waktu tanpa terjadinya penurunan kwalitas degradasi lahan dan lingkungan.
Pada pasal 3 UU PLPPB disebutkan bahwa Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan:
a. melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; b. menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;
c. mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan; d. melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani;
e. meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat; f.
meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; g. meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;
h. mempertahankan keseimbangan ekologis; dan i.
mewujudkan revitalisasi pertanian. Sedangkan pada pasal 9 UU PLPPB diisyaratkan bahwa lahan pertanian
pangan yang sudah ada dan yang potensial dapat direncanakan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan yang didasarkan atas kriteria :
a. kesesuaian lahan; b. ketersediaan infrastruktur;