2.5 Penggunaan Lahan Land Use
Penggunaan lahan atau land use diartikan sebagai setiap bentuk intervensi campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan berbeda dengan penutupan lahan. Penutupan lahan adalah jenis kenampakan yang terdapat di
permukaan bumi sementara penggunaan lahan mengarah pada kegiatan manusia pada objek tersebut Hartanto 2006. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke
dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas
penyediaan air dan komoditi yang diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini
terdapat berbagai penggunaan lahan seperti tegalan pertanian lahan kering atau pertanian pada lahan tidak beririgasi, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang
rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang, dan sebagainya. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam lahan kota atau desa
pemukiman, industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya. Menurut Pratondo et al. 2007 masyarakat maupun pengembang berupaya
mengkonversi lahan hutan secara besar-besaran. Penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat adalah kegiatan pembukaan lahan secara
besar-besaran untuk kelapa sawit, dimana setelah IUPHHK memanen kayu komersial, maka selanjutnya terjadi perubahan status lahan dari hutan menjadi
perkebunan sawit atau IUPHHT. Dalam penyiapan lahannya mereka menggunakan api untuk membersihkan bahan bakar yang terdapat di atas
permukaan tanah.
2.6 Emisi Karbon
Kebakaran hutan tidak hanya memberikan dampak jangka pendek terhadap lingkungan sekitar, tetapi juga dampak jangka panjang seperti asap yang bisa
meluas sampai menembus batas geografis suatu negara. Hasil pembakaran hutan berupa emisi tersebut menjadi salah satu masalah serius karena sangat
berhubungan dengan pemanasan global, yaitu mengakibatkan akumulasi polutan- polutan di atmosfer sehingga menyebabkan efek rumah kaca green house effect.
Pada kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998, menurut
ADB 1999 Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang emisi karbon dan polutan terbesar di dunia dan kejadian tersebut disebut sebagai kejadian terparah
karena besarnya dampak bagi hutan dan emisi yang dihasilkan sangat besar. Emisi karbon yang dihasilkan dari beberapa aktivitas seperti kebakaran hutan,
perindustrian dan lain-lain dapat diduga jumlahnya melalui estimasi emisi karbon. Unsur karbon merupakan senyawa yang dominan dalam kebakaran hutan, karena
hampir 45 materi kering tumbuhan adalah karbon Hao et al. 1990. Sebagian besar unsur karbon yang teremisikan ke udara dalam bentuk CO
2
, sisanya berbentuk CO, hidrokarbon terutama CH
4
, dan asap. Sulfur akan tertinggal sebagai asap dan sedikit terbentuk menjadi SO
2
dan unsur klorin membentuk senyawa CH
3
Cl Crutzen dan Andreae 1990 dalam Lobert et al. 1990. Asumsi lain untuk penghitungan emisi karbon yaitu dengan menggunakan variasi sebaran
Hotspot atau titik api dan satuan jenis lahannya.
2.7 Titik Panas Hotspot