Sejarah dan Perkembangan Kota Pontianak

ii 400 1200 M Bab. II Kajian Wilayah Penelitian

2.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Pontianak

Muncul dan perkembangan kawasan perdagangan pasar Kapuas Besar ini pada awalnya tidak terlepas dari pengaruh pola kehidupan masyarakat yang sangat tergantung dari kehidupan sungai dan terutama eksistensi Keraton Kadariah di Pontianak sebagai pusat pemerintahan lihat gambar dibawah ini Upaya Sultan Syarif Abdurrahman membangun pemukiman keluarganya di Pontianak semakin dikembangkan. Rumah-rumah kecil dibangun untuk pengikutnya terutama pada awak perahu dan para pedagang. Dalam tiga tahun pertama , daerah ini telah menjadi pemukiman yang ramai dan menjadi ketertarikan orang pedalaman berdatangan untuk berdagang maupun untuk tinggal. Seperti yang diungkakan oleh Hasanuddin dkk 2000, setalah adanya jaminan keamanan dari sultan terhadap jalur pelayaran dan perdagangan, daerah Pontianak banyak disinggahi kapal-kapal Nusantara dan kapal-kapal asing dengan membawa barang-barang dagangan untuk dipasarkan. Bahkan tidak sedikt para pedagang tertarik untuk bermukim di Pontianak. Mereka mendirikan pemukiman atau perkampungan dengan seijin Sultan dan diberi Gambar.2.1 Peta Pontianak tahun 1895. Sumber : Hasanudin dkk, 2000 Foto 2.1 Keraton Kadariah Sumber : Hasanudin dkk, 2000 iii 400 1200 M lokasi tersendiri berdasarkan asal daerah atau negara dari pedagang diwilayah sekitar pusat pemerintahan Sultan. Kampung-kampung tersebut antara lain yaitu Kampung Bugis, Melayu, Tambelan Sampit, Banjar, Bali, Bangka-belitung, Kuantan, Kamboja, Bansir, Arab, Tanjung Kapur dan sebagainya. Pada tahun 1779 kesultanan Pontianak mendapat pengakuan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda yang berkedudukan di Batavia. Hubungan Diplomatis dengan VOC terus berkembang pada perjanjian-perjanjian kontrak yang pada dasarnya akan menancapkan kekuasaan dan pengaturan VOC pada wilayah Pontianak. Menurut Hasanuddin dkk 2000, terjadi pemutarbalikan terhadap kontrak perjanjian yang dilakukan. Dimana pada awalnya kedatangan Belanda di Pontianak mendapat ijin dan memberi keamanan Belanda untuk tinggal diseberang tepian barat Sungai Kapuas kawasan Seng hie. Berdasarkan wawancara terhadap Syarif Usman Mek Al-Idrus 2007, dalam perjanjian pihak Belanda hanya meminta tanah Sekulit Kerbau. Namun dalam pelaksanaannya kulit kerbau itu kemudian di iris tipis hingga menjadi tali atau benang akibatnya ukuran benang tersebut menjadi 1000 jar atau 1000m’ sepanjang tepian sungai Kapuas sehingga dikenal dengan penguasan tanah seribu atau Verkendepaal lihat gambar dibawah ini. Parir Kapuas Parit Besar Parit Pekong Sungai Jawi Gambar.2.2 Peta kawasan Tanah Seribu Sumber : dDigambar ulang oleh peneliti dari Hasanuddin dkk,200 Sungai Kapuas iv Inilah awal dari kedudukan pemerintahan Residen Het Hoft Wester Afdeeli Van Borneo. Kemudian merupakan awal dari terbentuk dan berkembangnya kota Pontianak.

2.2 Gambaran kondisi kawasan dalam tiap periode