viii Dari ketiga komunitas suku yang telah dijelaskan diatas, komunitas suku
melayu, arab dan bugis merupakan suku yang pertama kali membentuk pola permukiman didalam kawasan. kemudian dermaga dan pasar apung yang
terletak dalam pengawasan benteng dan keraton Pontianak sebagai ruang komunal dalam pembentukan pola sosial dan budayanya.
B. Periode masa Kolonial
Pada masa kolonial Belanda, kawasan lahan seribu Verkendepaal direncanakan dan berkembang sebagai kawasan yang berbasis pada fungsi
sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda di Pontianak yang didukung oleh pertegasan pusat perdagangan yang ada pada daerah kawasan tepian sungai.
Gejala-gejala pertumbuhan kawasan ini pertama kali dipelopori dengan berdirinnya Fort Mariannem pada tahun 1800 yang berfungsi sebagai basis
pertahanan dan kekuatan serdadu Belanda. Keberadaan benteng ini kemudian diikuti dengan terciptanya aktifitas pasar apung disekitar tepian sungai kapuas.
Karena adanya jaminan keamanan dari pihak kolonial, banyak para pedang yang kemudian menetap disekitar pasar atau bergerak kepedalaman kawasan dengan
menyusuri tepian parit yang ada. Dalam perkembangannya kemudian pasar apung ini diikuti oleh datangnya pedagang-pedagang besar yang melabuh pada
dermaga diwilayah tanah seribu, sehingga menjadi pemasukan yang besar bagi pemerintahan Belanda.
Pada tahun 1840 pemerintah kolonial mulai menancapkan eksisistensinya dengan mengembangankan kawasan ini sebagai pusat pemerintahan di
Pontianak. Hal ini disertai dengan dibangunnya komplek perkantoran dan permukiman serdadu maupun pekerja disekitar benteng fort Mariannem.
Kawasan tanah seribu Verkendepaal pada dasarnya memiliki empat parit sungai jawi, parit kapuas indah, parit pekong, parit besar dan berperan
ix sangat penting sebagai lokasi perdagangan komunitas pribumi dan pertumbuhan
dan perkembangan ruang kawasan. Sepanjang parit besar menerus hingga sungai jawi merupakan edge kawasan. Sehingga kedua parit ini memiliki
dominasi yang lebih menonjol dibandingkan yang lainnya. Khusunya disepanjang jalur parit besar sebagai main road dalam kawasan pada umumnya berdiri
permukiman belanda yang keberadaannya mempekuat penyebaran dan pertumbuhan kawasan lihat gambar dibawah ini.
Pada tahun 1934 sistem hubungan transportasi darat pada kawasan mulai menunjukan peranannya dalam pergerakan kawasan. Pada masa ini
pergerakan transportasi air masih berperan dalam pencapaian didalam kawasan. Kawasan ini merupakan kawasan yang tumbuh pada pola organic
pattern. Walaupun tidak terkonsentrasi pada suatu tempat, pertumbuhan
120 360
M
Sungai Kapuas Indah Parit Pekong,
Parit sebagku bedui,
Reident-Weg
Gambar. 2.5 sistem hubungan kawasan tahun 1889 Sumber: Digambar ulang menurut Arsip Nasional RI
Parit Besar Fort Mariannem
Dermaga
Pergadagangan
x permukiman selalu mengikuti pola aliran parit yang secara alamiah terbentuk.
Titik awal perkembangan bentuk dan konfigurasinya mulai dipengaruhi dengan adanya fort mariannem pada tahun 1800. Dibawa kendali dan kewenangan
kolonial Belanda kemudian kawasan ini tumbuh terencana dengan mengkolaburasikan dua sistem trasnportasi air dan darat menjadi sistem grid
lihat gambar dibawah ini Konfigurasi awal yang terbentuk pada kawasan ini mengarah pada
pembentukan fort mariannem sebagai hierarki strukur kawasan. Hal ini terwujudkan pada tahun 1840 berupa pembangunan jalur darat Jl. Tg pura yang
menghubungkan jalur transportasi air yang ada. Keberadaan Jl. Tg pura sebagai main generator kawasan yang mengikat konfigurasi grid yang terbentuk kedalam
satu kesatuan yang utuh dalam mendukung terbentuknya hierarki struktur kawasan yang terorientasi pada fort mariannem. Berikut ini beberapa bentuk
keruangannya:
Pola keruangan benteng mengalami perubahan dengan
terjadinya pemindahan terhadap kantor keresidenan pemerintahan
Belanda.
Pola keruangan sistem grid mulai terbentuk pada kawasan
perdagangan Pola keruangan Kantor resinden
pemerintahan Belanda mempertegas koridor utama
transportasi darat
Pada area ini permukiman pendatang eropa dipindahkan
mendekati dengan kantor residen pemerintahan Belanda
Pasar ikan membentuk kofigurasi ruang komunal bagi
pedagang pesisir sungai kapuas
Pola keruangan pada sisi parit besar berupa pola grid mulai
bekembang pada sisi lainnya.
Gambar. 2.6 Bentuk dan konfigurasi kawasan tahun 1934
Sumber: Digambar ulang menurut Perpustakaan RI
120 360
M
xi Pola perdagangan yang terbentuk hanya berada pada muara dari parit-
parit yang ada di sungai kapuas. Namun setelah terjadinya pengembangan terhadap kawasan tanah seribu, pola perdagangan ini mulai menyebar dan
masuk kedalam kawasan. Hal ini terutama terjadi pada kawasan yang didominasi oleh kaum imigran cina, seperti telah dijelaskan sebelumnya pola sosial-ekomoni
yang dibawa oleh kaum cina menjadi bagian penting dalam menghidupkan perdagangan di Kota Pontianak. Pergerakan pergadangan yang pada awalnya
hanya terjadi diatas perairan, pada masa ini mulai menyebar hingga kedarat dengan mendirikan rumah tinggal sekaligus tempat usaha.
C. Periode masa Pascakolonial