Perkembangan Pemahaman Anak Usia Prasekolah terhadap TTD

Ujaran di atas berbentuk kalimat tanya sedangkan modus kalimatnya adalah perintah. Informasi indeksikal yang diperoleh berdasarkan ujaran tersebut adalah pengasuh meminta anak mengambilkan stik drum band. Anak usia tersebut sudah dapat merespon ujaran tersebut bukan sebagai sebuah pertanyaan, namun sebuah perintah bagi anak untuk melakukan seperti yang diperintahkan. Pada usia ini kasus seperti pada kelompok usia 4 – 5 tahun yaitu bentuk “susah diatur” sudah mulai menghilang. Pada usia ini, sesuai dengan perkembangannya sudah dapat diajak berdiskusi, bekerjasama, dan membuat kesepakatan bersama. Anak pada usia ini juga sudah dapat mulai diajarkan untuk bertanggungjawab dengan konsekuansi dari kesepakatan yang telah mereka buat bersama. Anak usia ini juga lebih menyukai bentuk nasihat karena mungkin dianggap lebih santun oleh anak-anak.

B. Perkembangan Pemahaman Anak Usia Prasekolah terhadap TTD

Kaitannya dengan Kesantunan Penelitian menunjukkan bahwa ada perkembangan pemahaman pada usia 3 – 4 tahun, 4 – 5 tahun, dan 5 – 6 tahun walaupun perkembangan itu tidak terlalu mencolok. Perkembangan tersebut lebih berbentuk gradasi pada kemampuan memahami TTD. Pemahaman anak usia 3 – 4 tahun, 4 – 5 tahun, dan 5 – 6 tahun lebih pada bagaimana anak mulai menguasai prinsip kesantunan. Beberapa bentuk strategi yang digunakan oleh anak kaitannya agar penolakannya terdengar santun adalah dengan menggunakan penolakan secara tidak langsung. Pada anak usia 3 – 4 tahun, agar penolakannya terdengar santun mereka menggunakan penolakan secara tidak langsung dengan cara memberikan alasan dan memberikan alternatif pilihan lain. Seperti pada contoh berikut: Konteks : Pengasuh melarang anak-anak untuk bermain di luar karena lantai basah akibat hujan semalam.. TTD : Sebaiknya tidak bermain di luar, lantainya basah. Semalam hujan. Kode:Mt.A.17 Tanggapan : Rumahku tidak hujan kok. Kode:Mt.A.17 Penolakan secara tidak langsung yang dilakukan oleh anak usia 3 – 4 tahun dengan alasan sebagaimana terlihat pada konteks di atas lebih pada usaha pembelaan diri. Pada konteks tersebut anak tersebut merasa bahwa yang diujarkan oleh pengasuhnya tidak harus diikuti karena sepengetahuannya di rumahnya tidak hujan Pada usia 4 – 5 tahun strategi penolakan secara tidak langsung agar penolakannya terdengar santun dilakukan dengan cara memberikan alasan dan menyalahkan orang lain. Strategi penolakan dengan menyalahkan orang lain ditemukan pada kelompok usia ini, seperti terlihat berikut ini: Konteks : Pengasuh meminta anak membersihkan air yang tumpah. TTD : Bagaimana kalau air yang tumpah kita bersihin bersama- sama? Kode: Mt. B1.16 Tanggapan : Aku nggak numpahin kok. Kode: Mt.B1.16 Pada kelompok usia ini strategi penolakan dengan alasan dilakukan dengan menyalahkan orang lain. Sebenarnya anak tersebut ingin menghindar dari perintah pengasuh untuk membersihkan air. Kemudian dia melakukannya dengan menyalahkan orang lain. Sementara pada kelompok usia 5 – 6 tahun penolakan secara langsung sudah tidak lagi muncul. Penolakan yang dilakukan hanya dilakukan secara tidak langsung dengan memberikan alasan. Sebagaimana terlihat pada contoh berikut: Konteks : Pengasuh meminta anak untuk mengambil keranjang warna biru.. TTD : Pak Ibin minta teman-teman mengambil keranjang warna biru Kode: Mt. B2.3 Tanggapan : Merah aja, birunya cuma dikit. Kode:Mt.B2.3 Pada konteks di atas, anak sudah dapat memberikan alsan yang masuk akal bahwa dikarenakan jumlah keranjang biru hanya sedikit maka dia memberikan alternatif warna lain yaitu warna merah. Pada hakikatnya anak kelompok usia 3 – 4 tahun, 4 – 5 tahun, maupun 5 – 6 tahun sudah memiliki kemampuan pragmatis dalam kaitannya dengan pemahamannya terhadap TTD, namun demikian seiring dengan perkembangan usianya, bentuk alasan yang diberikan sudah semakin rasional dan semakin terdengar lebih santun.

C. Penerbitan Tindak Tutur Direktif Anak Usia Prasekolah