Konteks : Pengasuh menyuruh anak-anak untuk mengambil kerikil.
TTD : Pak Ibin minta teman-teman mencarikan kerikil sebanyak 18 butir. Kode: Mt. B2.1
Tanggapan : Berjalan untuk mengambil kerikil. Kode:Mt.B2.1
Pada konteks di atas, ketika pengasuh mengujarkan TTD untuk melakukan suatu tindakan tertentu, anak
menanggapinya dengan melakukan tindakan yang dimaksud.
b. Menolak
Sebagaimana mengiyakan sebuah TTD, dalam menolak TTD juga dilakukan dalam dua bentuk yaitu menolak secara verbal dan
menolak secara non verbal. 1
Menolak secara verbal Bentuk penolakan secara verbal yang muncul adalah
penolakan secara tidak langsung dengan alasan. Seperti terlihat pada contoh berikut:
Konteks : Pengasuh meminta anak untuk mengambil keranjang warna biru..
TTD : Pak Ibin minta teman-teman mengambil keranjang warna biru Kode: Mt. B2.3
Tanggapan : Merah aja, birunya cuma dikit. Kode:Mt.B2.3
Pada ujaran di atas, anak menolak perintah pengasuhnya untuk mengambil keranjang berwarna biru dengan alasan bahwa
keranjang biru jumlahnya hanya sedikit dibanding jumlah anak yang ada, sedangkan warna merah lebih banyak.
3 Menolak secara non verbal
Bentuk-bentuk penolakan secara non verbal yang muncul antara lain:
a Diam
Bentuk penolakan secara non verbal dengan cara diam terlihat pada konteks berikut:
Konteks : Pengasuh menyuruh anak-anak mengambil stick
drum band. TTD : Siapa yang bisa mengambilkan stick drum
band? Kode: Mt. B2.7 Tanggapan : Diam saja tidak beranjak atau berinisiatif
mengambilkan stick drum band.Kode:Mt.B2.7
Bentuk ujaran memiliki pengaruh dalam hal pemahaman anak terhadap TTD. Sebagaimana kedua kelompok umur sebelumnya bahwa
derajat kelangsungan sebuah ujaran memiliki dampak perlokusi yang lebih besar dari pada bentuk ujaran yang memiliki derajat kelangsungan rendah.
Kategori permintaan, suruhan atau larangan merupakan kategori TTD yang bermodus kalimat langsung dan literal sehingga lebih memudahkan anak
dalam memahami maksud dari sebuah ujaran. Walaupun, anak pada usia ini sudah mulai dapat memahami bentuk-bentuk ujaran yang tidak langsung
semacam kategori pertanyaan atau formula saran. Dengan kata lain, pada usia ini daya ilokusi sebuah ujaran sudah lebih mudah diterima walaupun IFIDnya
tidak terlalu jelas seperti dengan penanda verba atau dengan hedge. Seperti pada contoh ujaran berikut:
1 Siapa yang bisa membantu mengambilkan stik drum band?
Kode Mt.B2:6
Ujaran di atas berbentuk kalimat tanya sedangkan modus kalimatnya adalah perintah. Informasi indeksikal yang diperoleh berdasarkan ujaran
tersebut adalah pengasuh meminta anak mengambilkan stik drum band. Anak usia tersebut sudah dapat merespon ujaran tersebut bukan sebagai sebuah
pertanyaan, namun sebuah perintah bagi anak untuk melakukan seperti yang diperintahkan.
Pada usia ini kasus seperti pada kelompok usia 4 – 5 tahun yaitu bentuk “susah diatur” sudah mulai menghilang. Pada usia ini, sesuai dengan
perkembangannya sudah dapat diajak berdiskusi, bekerjasama, dan membuat kesepakatan bersama. Anak pada usia ini juga sudah dapat mulai diajarkan
untuk bertanggungjawab dengan konsekuansi dari kesepakatan yang telah mereka buat bersama. Anak usia ini juga lebih menyukai bentuk nasihat
karena mungkin dianggap lebih santun oleh anak-anak.
B. Perkembangan Pemahaman Anak Usia Prasekolah terhadap TTD
Kaitannya dengan Kesantunan
Penelitian menunjukkan bahwa ada perkembangan pemahaman pada usia 3 – 4 tahun, 4 – 5 tahun, dan 5 – 6 tahun walaupun perkembangan itu tidak
terlalu mencolok. Perkembangan tersebut lebih berbentuk gradasi pada kemampuan memahami TTD. Pemahaman anak usia 3 – 4 tahun, 4 – 5 tahun, dan
5 – 6 tahun lebih pada bagaimana anak mulai menguasai prinsip kesantunan.