28
menimbulkan keadaan siaga yang ekstrem. Keadaan ini juga timbul bila ada lesi bilateral di area suprakiasma bagian medial dan rostral pada
hipotalamus anterior. Pada kedua contoh tersebut, nuklei atas tampaknya terbebas dari hambatan, sehingga menimbulkan keadaan siaga penuh.
Bahkan, kadang-kadang lesi hipotalamus anterior dapat menyebabkan timbulnya keadaan yang sangat siaga sehingga hewan dapat mati akibat
kelelahan Guyton, 2008.
2.5. Hubungan Pola Tidur dengan Indeks Massa Tubuh
Penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini sering mengaitkan peningkatan indeks massa dengan penurunan jumlah tidur, baik pada anak-anak maupun dewasa Carter
et al,2011; Landhuis et al, 2008; Seegers et al, 2010; Patel et al, 2006; Adámková et al, 2009; Lopéz-García et al, 2008. Keterlibatan fungsi metabolisme dapat terlibat
dalam pengaturan hormon yang meregulasi nafsu makan dan pengeluaran energi Spiegel et al, 2009; Taheri et al, 2004. Taheri et al. 2004 mengungkapkan bahwa
durasi tidur yang sedikit berkaitan dengan peningkatan indeks massa tubuh dan juga berpengaruh pada kadar hormon leptin dan ghrelin, yaitu hormon yang mengatur
nafsu makan. Kadar leptin akan meningkat, sedangkan ghrelin akan menurun. Cauter 2010 juga mengungkapkan bahwa penurunan jumlah tidur menyebabkan kadar
leptin berada dalam level terendah sehingga memberikan sinyal kepada pusat kenyang bahwa tubuh memerlukan asupan kalori tambahan, meskipun tidak
diperlukan. Pada orang normal, peningkatan hormon ghrelin merangsang keinginan untuk
makan, sedangkan leptin mengisyaratkan hipotalamus bahwa simpanan energi sudah cukup. Tetapi pada obesitas, peningkatan kadar leptin tidak mengurangi nafsu makan
karena peningkatan kadar leptin seimbang dengan penambahan jaringan adiposa, sehingga terjadi resistensi leptin Ganong Hall, 2007.
Universitas Sumatera Utara
29
Menurut Thompson et al. 1999 dalam Spiegel, Tasali, Leproult Cauter 2004 penurunan jumlah jam tidur selama 6 hari menunjukkan peningkatan
keseimbangan cardiac sympathovagal. Peningkatan ini mencerminkan penurunan aktivitas vagus. Seperti yang diketahui bahwa vagus dan ghrelin memiliki
perbandingan yang terbalik, yaitu penurunan vagus berarti peningkatan ghrelin. Sedangkan leptin berkaitan dengan aktivitas simpatis, yang mana perangsangan
simpatis akan menurunkan pelepasan leptin. Penurunan jumlah jam tidur ini mengakibatkan peningkatan cardiac sympathovagal, dimana selanjutnya akan
menurunkan kadar leptin Spiegel, Tasali, Leproult Cauter, 2004. Selain hormon leptin, kortisol dan GH growth hormone – hormon
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh ritme sirkadian. Perubahan ritme sirkadian akan ditransmisikan ke hipotalamus, yang kemudian akan menyalurkan informasi ke
kelenjar hipofisis. Hormon pertumbuhan dengan kadar rendah pada malam hari dapat menjaga kadar glukosa dengan cara menghambat pengambilan glukosa dari jaringan
otot. Jika terjadi pengurangan jumlah tidur, maka pelepasan hormon pertumbuhan akan meningkat pada malam hari. Selanjutnya, pada orang normal, kadar kortisol
paling rendah terdapat pada sore hari. Hal ini menyebabkan sensitivitas insulin menurun pada awal tidur, dan meningkat pada pertengahan tidur, sehingga
keseimbangan glukosa akan tetap terjaga. Pengurangan jumlah tidur dapat mengakibatkan kadar kortisol tertinggi pada sore hari, sehingga tidak terjadi ritme
sensitivitas insulin. Peningkatan kadar hormon kortisol dan hormon pertumbuhan inilah yang dapat mengakibatkan metabolisme glukosa terganggu Cauter
Leproult, 2010. Penelitian yang dilakukan Gangwisch et al., 2006, mengungkapkan bahwa
kurangnya durasi tidur dapat meningkatkan resiko hipertensi. Salah satu kemungkinannya adalah adanya peningkatan aktivitas nukleus suprakiasma. Nukleus
suprakiasma bekerja berdasarkan rangsangan dari kegiatan fisiologis tubuh, baik dari dalam maupun dari luar. Pengalihan jam tidur dapat menganggu kerja nukleus
Universitas Sumatera Utara
30
suprakiasma sebagai salah satu pencetus tidur. Nukleus suprakiasma, melalui saraf otonom, telah menunjukkan adanya koneksi terhadap beberapa organ metabolik yang
dapat mencetus diabetes seperti pancreas, hati dan jaringan lemak. Gangguan pada nukleus suprakiasma dapat menimbulkan gangguan pada pelepasan kortisol dan
glukosa serta tekanan darah Gangwisch et al., 2006 Kaitan jumlah jam tidur yang berhubungan dengan peningkatan indeks massa
tubuh, khusunya obesitas, adalah penurunan jumlah jam tidur yang berkisar antara ‘kurang dari 7 jam’ menurut Watson, Buchwald, Vitiello, Noonan Goldberg 2010
atau ‘kurang dari 4-5 jam’ menurut Schmid, Hallschmid, Kamila, Born Schultes 2008 dan Adamkova et al. 2009.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL