Fisiologi Pengaturan Asupan Makanan

17 adalah 1,9, 4,6, 3,2, dan 2,9 kgm 2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia Sugondo, 2006. 2.1.3. Pengukuran Indeks Massa Tubuh Berat badan yang telah diukur terlebih dahulu dengan timbangan dan tinggi badan diukur dengan alat pengukur tinggi badan, kemudian hasil pengukuran dimasukkan ke dalam rumus IMT= Berat badan kilogram Tinggi badan 2 meter 2

2.2. Fisiologi Pengaturan Asupan Makanan

2.2.1. Peran Hipotalamus Sensasi rasa lapar disebabkan oleh keinginan akan makanan dan beberapa pengaruh fisiologis lainnya, seperti kontraksi ritmis lambung dan kegelisahan, yang menyebabkan seseorang mencari suplai makanan yang adekuat. Nafsu makan seseorang adalah keinginan untuk mendapatkan makanan, sering kali untuk jenis makanan tertentu dan berguna untuk membantu memilih kuaitas makanan yang akan dimakan. Jika proses pencarian makanan berhasil, rasa kenyang akan timbul. Setiap sensasi tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya, serta oleh pengaturan fisiologis yang mempengaruhi pusat-pusat speifik di otak terutama hipotalamus. Beberapa pusat saraf di hipotalamus ikut serta dalam pengaturan asupan makanan. Nukleus lateral hipotalamus berfungsi sebagai pusat makan, dan perangsangan area ini menyebabkan seekor hewan makan dengan rakus hiperfagia. Sebaliknya, pengrusakan hipotalamus lateral menyebabkan hilangnya nafsu makan, pengurusan dan pelemahan tubuh inanisi yang progresif, suatu keadaan yang ditandai dengan pengurangan berat badan yang ditandai dengan pengurangan berat Universitas Sumatera Utara 18 badan yang nyata, kelemahan otot, dan penurunan metabolisme. Pusat makan di hipotalamus lateral beroperasi dengan membangkitkan dorongan motorik untuk mencari sumber makanan. Nukleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang. Pusat ini dipercaya memberikan suatu sensasi kepuasan makanan yang menghambat pusat makanan. Rangsangan listrik di daerah ini dapat menimbulkan rasa kenyang yang penuh, dan bahkan dengan adanya makanan yang sangat menggiurkan, binatang menolak untuk makan afagia. Sebaliknya, destruksi nukleus ventromedial menyebabkan hewan makan dengan rakus dan terus menerus sampai hewan tersebut menjadi sangat gemuk, kadang-kadang sebesar empat kali normal. Nukleus paraventriuklar, dorsomedial dan arkuata di hipotalamus juga berperan penting dalam pengaturan asupan makanan. Contohnya, lesi nukleus paraventrikular sering kali menimbulkan proses makan yang berlebihan, sedangkan lesi nukleus dorsomedial biasanya menekan perilaku makan. Seperti yang akan dibahas kemudian, nukleus arkuata merupakan bagian hipotalamus tempat berbagai hormon yang dilepaskan dari saluran pencernaan dan jaringan adiposa berkumpul untuk mengatur asupan makanan dan pengeluaran energi. Terdapat banyak interaksi kimiawi antar neuron di hipotalamus dan pusat-pusat tersebut, secara bersama-sama mengoordinasi berbagai proses yang mengatur perilaku makan dan persepsi rasa kenyang. Nukleus-nukleus hipotalamus tersebut juga mempengaruhi sekresi beberapa hormon yang penting dalam mengatur keseimbangan energi dan metabolisme, meliputi sekresi yang berasal dari kelenjar tiroid dan adrenal, serta sel-sel pulau pankreas. Hipotalamus menerima sinyal saraf dari saluran pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung, sinyal kimia dari zat nutrisi dalam darah glukosa, asam amino, dan asam lemak yang menandakan rasa kenyang, sinyal dari hormon gastrointestinal, sinyal dari hormon yang dilepaskan oleh jaringan lemak, dan Universitas Sumatera Utara 19 sinyal dari korteks serebri penglihatan, penciuman, dan pengecepan yang memengaruhi perilaku makan. Pusat makan dan kenyang di hipotalamus memiliki kepadatan reseptor yang tinggi untuk neurotransmitter dan hormon yang memengaruhi perilaku makan. Sebagian dari banyak zat yang telah terbukti mampu mempengaruhi perilaku makan. Sebagian dari banyak zat yang telah terbukti mampu mengubah perilaku nafsu makan dan rasa lapar pada beberapa percobaan dicantumkan pada table dibawah dan secara garis besar dibagi atas 1 zat oreksigenik yang menstimulasi rasa lapar, atau 2 zat anoreksigenik yang menghambat rasa lapar. Tabel 2.2. Neurotransmitter dan Hormon yang Mempengaruhi Pusat Makan dan Pusat Kenyang di Hipotalamus Guyton, 2008 Menurunkan Nafsu Makan Anoreksigenik Meningkatkan Nafsu Makan Oreksigenik α-Melanocyte-stimulating hormon α-MSH Neuropeptida Y NPY Leptin Agouti related protein AGRP Serotonin Hormon pemekat-melanin MCH Norepinefrin Oreksin A dan B Hormon pelepas-kortikotropin Endorfin Insulin Galanin GAL Kolesistokinin CCK Asam amino asam glutamate dan γ- aminobutirat Peptida mirip-glukagon GLP Kortisol Cocaine- and amphetamine- regulated transcript CART Ghrelin Peptida YY PYY Universitas Sumatera Utara 20 2.2.2. Peran Neuron dan Neurotransmiter di Hipotalamus Terdapat dua jenis neuron di nukleus arkuatus yang sangat penting sebagai pengatur nafsu makan dan pengeluaran energi: 1 neuron proopiomelanokortin POMC yang memproduksi α-melanocyte-stimulating hormone α-MCH bersama dengan cocaine and amphetamnine-related transcript CART, dan 2 neuron yang memproduksi zat oreksigenik neuropeptida Y NPY dan agouti-related protein AGRP. Aktivasi neuron POMC akan mengurangi asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran energi, sedangkan aktivasi neuron NYP-AGRP akan meningkatkan asupan makanan dan mengurangi pengeluaran energi. Neuron-neuron tersebut agaknya menjadi target utama bagi kerja beberapa hormon yang mengatur nafsu makan, meliputi leptin, insulin, kolesistokinin CCK, dan ghrelin. Bahkan, neuron-neuron nukleus arkuatus menjadi tempat berkumpulnya sejumlah besar sinyal dari perifer dan saraf yang mengatur penyimpanan energi.

2.3. Obesitas

Dokumen yang terkait

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011, dan 2012

4 58 80

Hubungan Jumlah Jam Tidur dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5 79 63

Hubungan Olahraga Dan Aktivitas Harian Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 Dan 2013

0 3 96

Hubungan Olahraga Dan Aktivitas Harian Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 Dan 2013

0 0 12

Hubungan Olahraga Dan Aktivitas Harian Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 Dan 2013

0 0 2

Hubungan Olahraga Dan Aktivitas Harian Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 Dan 2013

0 0 3

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011, dan 2012

0 0 21

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011, dan 2012

0 0 12

Hubungan Pola Tidur dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada Angkatan 2010, 2011 dan 2012

1 1 44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuh (IMT) - Hubungan Pola Tidur dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada Angkatan 2010, 2011 dan 2012

0 0 16