Tahap Studi (Study)

C. Tahap Studi (Study)

Tahap studi menggambarkan bagaimana kesesuaian tahap pelaksanaan dengan tahap perencanaan yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam upaya continual improvement kinerjanya.

Dengan melihat hasil pelaksanaan perbaikan di Instalasi Farmasi RSDM Surakarta didapat analisa:

C.1. Perbaikan Sistem

C.1.1 Pengembangan Pelayanan Farmasi Klinik

Pengembangan pelayanan farmasi klinik di Instalasi Farmasi masih terbilang baru sehingga dalam pelaksanaannya masih terbatas pada pelayanan farmasi klinik yang sifatnya masih sederhana. Di samping itu masih ditemui

Berikut hasil wawancara dengan Ibu D Uniarti Wijaya, Ssi. Apt.,:

“Farmasi klinik kita ibaratnya masih membuka hutan..masih banyak kendala yang kami rasakan baik dari sumber daya manusianya sendiri, kemudian sistem rumah sakit sendiri sepertinya masih harus kami perjuangkan. Terus terang untuk farmasi klinik ini instalasi gizi, instalasi radiologi yang akan masuk ke klinik ini memang agak susah”. (Wawancara, 22 Juli 2009)

C.1.2 Pengembangan Computerize

Pengembangan computerize di Instalasi Farmasi terbilang efektif khususnya yaitu kegiatan pelayanan farmasi menjadi lebih mudah, baik dalam perhitungan obat atau perbekalan farmasi maupun dari pembuatan laporan-laporan menjadi lebih cepat.

Berikut hasil wawancara dengan Bp. Drs. Waluyo, apt.:

“Menurut saya efektif karena ini contoh misalnya dari tradisional dahulu pelayanan buat laporan secara manual. Dengan adanya LAN atau computerize itu bisa lebih singkat. Itu artinya efektif”. (Wawancara, 17 Juni 2009)

Akan tetapi, computerize farmasi klinik masih mengalami perbaikan karena harus mengikuti sistem di rumah sakit.

Hal tersebut dijelaskan oleh Ibu Dra. Suti Haryani, Apt. dalam wawancara sebagai berikut:

C.2 Perbaikan Sasaran Mutu

Perbaikan sasaran mutu Instalasi Farmasi telah berjalan baik dimana hal ini dapat terlihat pada hasil capaian sasaran mutu baik dari parameter kepuasan pelanggan ataupun proses internal Instalasi Farmasi, bahwa target atau sasaran mutu telah tercapai. Hasil LKP juga menunjukkan bahwa ketidaksesuaian telah mampu dicari penyebabnya dan kemudian dapat terselesaikan. Dari hasil laporan- laporan tersebut dapat memberikan gambaran bagaimana efektivitas perbaikan.

Berikut wawancara dengan Bp. Drs. Joko Lestari, Apt.:

“Kita tahu efektif atau tidak ya dari sistem pelaporan. Jadi di mana kalau evaluasi itu laporannya gak bagus. Kita tidak tahu mana yang efektif atau yang tidak. Selain itu, sistem pelaporan secara tertulis disesuaikan dengan kinerja dan laporan lisan, ketidaksesuaian apa yang terjadi. Jadi semuanya berkaitan dengan laporan. Di Instalasi Farmasi sendiri setiap saat ada koordinasi staff disitu sebagai media untuk komunikasi, laporan tertulis dan laporan lisan disesuaikan. Meskipun target 100% belum tercapai, tapi untuk perbaikan oke”. (Wawancara, 3 Juni 2009)

Ibu D Uniarti Wijaya, Ssi. Apt. juga memberikan tanggapannya:

“Efektivitasnya kita belum mengukur secara pasti ya. Sejauh ini ya setiap ada ketidaksesuaian, perbaikan yang kita lakukan ya berusaha menyelesaikannya, ya mungkin kadang hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi dapat diselesaikan dengan baik”. (Wawancara, 29 Mei 2009)

Hal tersebut ditambahkan Ibu Dra. Suti Haryani, Apt.:

“Perencanaan kita sudah efektif, sasaran mutu baik kepuasan pelanggan dan proses internal respon time telah berjalan baik. Yang masih belum

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa untuk perbaikan sasaran mutu Instalasi Farmasi RSDM Surakarta sudah cukup efektif yang dapat terlihat dari hasil capaian sasaran mutu yang telah mampu dicapai dengan baik.

C.3. Perbaikan Sumber Daya Manusia

C.3.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Ketersediaan SDM Instalasi Farmasi masih belum bisa terpenuhi. Hal ini dikarenakan proses rekruitmen membutuhkan prosedur sehingga dalam perbaikannya membutuhkan waktu. Setelah analisa kebutuhan tenaga dibuat dan diserahkan ke direksi, Instalasi Farmasi menunggu pengadaan rekruitmen tersebut. Hal yang dilakukan sejauh ini dengan kondisi ketersediaan sumber daya manusia yang kurang adalah bagaimana internal farmasi mampu memanage sedemikian rupa kekurangan tersebut sehingga tidak mengganggu kegiatan pelayanan farmasi sambil menunggu proses rekruitmen tersebut.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu F Yovita Dewi, Ssi. Apt.:

“Iya tenaga kita masih belum terpenuhi, bisa dibilang itu. Tapi di sini ya tinggal pinter-pinternya kita kalau ada lowong kita ke pasien. Kalau masalah tenaga kan di mana-mana juga seperti ini”. (Wawancara, 23 Juli 2009) “Iya tenaga kita masih belum terpenuhi, bisa dibilang itu. Tapi di sini ya tinggal pinter-pinternya kita kalau ada lowong kita ke pasien. Kalau masalah tenaga kan di mana-mana juga seperti ini”. (Wawancara, 23 Juli 2009)

Hal tersebut dijelaskan oleh Ibu D Uniarti Wijaya, Ssi. Apt.:

“Efektif dari pelaksanaannya ya cukup menyelesaikan masalah cukup efektif. Tetapi ya masih ada kekurangan itu kan nanti ada perbaikan satu ada kekurangan dilanjutkan perbaikan selanjutnya seperti itu”. (Wawancara, 22 Juli 2009)

Pelaksanaan atau efektivitas dari upaya continual improvement kinerja Instalasi Farmasi secara umum tidak terlepas dari hal-hal sebagai berikut:

i. Keterkaitan Dengan Bagian Lain

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan di rumah sakit, Instalasi Farmasi tidak dapat berdiri sendiri. Demikian halnya dalam pelaksanaan perbaikan berkesinambungan, keterkaitan dengan bagian-bagian lain memberikan pengaruh.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu D Uniarti Wijaya, Ssi. Apt:

“Instalasi itu kan bagian dari rumah sakit ya mbak..unit yang terkait dengan banyak pihak. Misalnya untuk pengadaan barang itu kan Instalasi farmasi tidak berdiri sendiri, ada bagian keuangan untuk penanganan keuangannya, ada panitia pengadaan untuk pengadaan barang. Jadi Instalasi itu tinggal menerima sebenarnya. Jadi misalnya ada masalah disitu, barang dipending datang misalnya, kami tidak bisa menyelesaikan sendiri dan ini harus melibatkan bagian-bagian lain. Sedangkan untuk melakukan hal ini

Hal senada diungkapkan Bp. Drs. Joko Lestari, Apt.:

“Keterkaitan dengan bagian lain sangat mempengaruhi, jadi Instalasi farmasi tugasnya mengelola barang, sedangkan uang itu tugasnya keuangan, kemudian kebersamaan kita dengan bagian yang lain itu berkaitan. Apabila dalam prosesnya tidak berjalan harmonis misalnya ya sangat mempengaruhi perbaikan”. (Wawancara, 3 Juni 2009)

ii. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia mempunyai peran yang penting dalam upaya

continual improvement kinerja, baik dari perencanaan sampai pada tindakan perbaikan. Instalasi farmasi masih menemui kendala pada sumber daya manusia sehingga berpengaruh pada perbaikan yang dilakukan.

Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Bp. Drs. Joko Lestari, Apt.:

“Hambatan kita sebenarnya SDM kita, SDM di sini yaitu kesetaraan masing-masing personal itu tidak sama. Jadi kadang yang satu bias jalan yang satu tidak. Itu karena ketidaksetaraan SDM yang ada di Instalasi Farmasi karena SDM berasal dari berbagai disiplin ilmu, ada ekonomi dan sebagainya. Jadi dalam pencapainya ada yang kurang memahami”. (Wawancara 3 Juni 2009)

Ibu Dra. Suti Haryani, Apt. menambahkan: “Masalah yang dihadapi Instalasi Farmasi berkaitan dengan

kurangnya sumber daya manusia. Apabila rekruitmen dilaksanakan dan hal tersebut tidak menjadi masalah lagi, saya rasa proses pelayanan farmasi serta pencapaian sasaran mutu juga akan berjalan dengan baik dan lancar”. (Wawancara, 30 Juni 2009)