trichion-glabella pada pria lebih tinggi daripada wanita. Pria lebih menunjukkan kesamaan nilai antara ketiga bagian tinggi wajah trichion-glabella, glabella-
subnasal, subnasal-menton dan mempunyai signifikansi nilai absolut yang lebih besar dari wanita. Secara umum, pria mempunyai tinggi wajah yang lebih besar dari
wanita dengan proporsi tinggi sepertiga wajah tengah dan sepertiga wajah bawah adalah 1:1. Sedangkan menurut penelitian Epker, tinggi sepertiga wajah bawah
sedikit lebih besar dibandingkan dengan tinggi sepertiga wajah tengah.
15
Dalam menentukan keserasian dan keseimbangan wajah pada perawatan ortodonti, umumnya digunakan standar Ras Kaukasoid. Hal tersebut kurang tepat jika
diterapkan pada ras lain karena konsep cantik bersifat subjektif, penilaian individu pada satu ras tidak dapat diterapkan pada ras lain.
9
Berdasarkan hal ini, faktor ras memegang peranan penting dalam bidang ortodonti. Indonesia termasuk Ras
Mongoloid yang dalam persebarannya dibagi atas Ras Protomelayu dan Ras Deutromelayu.
9,16
Minimnya penelitian mengenai proporsi tinggi wajah pada Ras Deutromelayu membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
proporsi tinggi wajah berdasarkan jenis kelamin pada Ras Deutromelayu.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Berapakah rerata proporsi tinggi wajah pada pria dan wanita Ras
Deutromelayu? 2. Apakah terdapat perbedaan antara proporsi tinggi wajah pada pria dan
wanita Ras Deutromelayu?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui rerata proporsi tinggi wajah pada pria dan wanita Ras
Deutromelayu. 2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan proporsi tinggi wajah pada pria dan
wanita Ras Deutromelayu.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah: Ada perbedaan antara proporsi tinggi wajah antara pria dan wanita Ras
Deutromelayu.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai penelitian pendahuluan dalam mencari nilai norma proporsi tinggi
wajah pada pria dan wanita Ras Deutromelayu. 2. Untuk membantu menegakkan diagnosis sehingga dapat disusun rencana
perawatan ortodonti yang tepat. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kecantikan wajah merupakan perhatian utama dalam penilaian profil jaringan lunak wajah yang berhubungan dengan perawatan ortodonti.
9
Keberhasilan perawatan ortodonti seringkali dikaitkan dengan adanya perbaikan penampilan wajah termasuk
profil jaringan lunak. Jaringan lunak merupakan faktor penting yang dapat mengubah penampilan estetika wajah. Wajah dengan estetika yang baik atau menyenangkan
adalah wajah yang mempunyai keseimbangan dan keserasian bentuk, hubungan, serta proporsi komponen wajah yang baik. Analisis jaringan lunak wajah dapat dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu dengan metode langsung pada jaringan lunak, sefalometri, radiografi, dan fotometri.
17
2.1 Fotometri
Fotometri ortodonti merupakan salah satu dokumen pertimbangan yang penting diambil sebelum, selama, dan sesudah perawatan ortodonti. Jika diambil
dengan tepat, maka foto-foto ini dapat memberikan informasi yang berguna mengenai maloklusi, rencana perawatan, dan berbagai catatan klinis lainnya.
18
Di bidang ortodonti dikenal dua macam fotometri, yaitu fotometri intra oral dan fotometri ekstra
oral.
19
Fotometri dapat digunakan untuk menganalisa proporsi wajah, simetri wajah, kecembungan jaringan lunak wajah, serta bentuk wajah.
20,21
2.1.1 Fotometri Intra Oral
Fotometri intraoral sangat membantu dalam memberikan informasi dan memotivasi pasien, memantau kemajuan dan hasil perawatan, serta berguna pada
kasus-kasus medikolegal yang melibatkan tekstur dan warna gigi.
5
Fotometri intra
oral terdiri dari lima macam, yaitu foto pandangan frontal dalam keadaan oklusi, foto pandangan bukal sebelah kanan dalam keadaan oklusi, foto pandangan bukal sebelah
kiri dalam keadaan oklusi, foto oklusal rahang atas, dan foto oklusal rahang bawah.
19
Fotometri intra oral dapat dilihat pada gambar 1. Kegunaan fotometri intra oral, antara lain:
5
1. Mencatat struktur dan warna enamel. 2. Memotivasi pasien.
3. Menilai dan merekam penyakit gigi dan struktur jaringan lunak. 4. Memantau kemajuan perawatan.
5. Studi hubungan, yaitu antara sebelum, sesudah, dan setelah beberapa tahun sesudah perawatan, dalam hal meningkatkan perencanaan perawatan.
Gambar 1. Fotometri intra oral. A. Foto pandangan frontal dalam keadaan oklusi, B. Foto pandangan bukal sebelah kanan dalam keadaan oklusi, C. Foto pandangan bukal
sebelah kiri dalam keadaan oklusi, D. Foto oklusal rahang atas, E. Foto oklusal rahang bawah
22
A B
C
D E
2.1.2 Fotometri Ekstra Oral
Fotometri ekstra oral dianggap sebagai sebuah catatan penting dan harus dilakukan sebelum perawatan dan sesudah selesai perawatan.
5
Informasi yang diperoleh dari fotometri ekstra oral dapat digunakan untuk analisis data dalam
mengevaluasi kemajuan perawatan.
13
Fotometri ekstra oral Gambar 2 terdiri dari empat macam, yaitu foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan relaks, foto
frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum, foto lateral wajah sebelah kanan dengan bibir dalam keadaan relaks, foto oblik wajah 45
o
atau dikenal juga sebagai foto profil ¾. Tampilan foto frontal wajah biasanya diambil pada posisi
Natural Head Position NHP.
13,19
Kegunaan fotometri ekstra oral, antara lain:
5
1. Mengevaluasi hubungan kraniofasial dan proporsi sebelum dan sesudah perawatan.
2. Penilaian profil jaringan lunak. 3. Analisis proporsional wajah.
4. Memantau kemajuan perawatan. 5. Untuk studi longitudinal dalam pengobatan dan pasca retensi.
6. Mendeteksi dan merekam ketidakseimbangan otot-otot. 7. Mendeteksi dan merekam asimetri wajah.
American Board of Orthodontics telah menetapkan beberapa panduan dalam pengambilan fotometri ekstra oral, antara lain:
5
1. Memperhatikan kualitas cetakan foto, baik foto hitam putih maupun foto berwarna.
2. Kepala pasien diarahkan secara tepat pada bidang Frankfort Horizontal. 3. Dari pandangan lateral ditampilkan wajah sebelah kanan dengan ekspresi
wajah yang serius dan bibir tertutup posisi istirahat untuk memperlihatkan otot-otot yang tidak seimbang dan tidak harmonis.
4. Dari pandangan frontal dapat dipilih dengan ekspresi wajah serius atau dengan bibir tersenyum.
5. Latar belakang bebas dari gangguan.
6. Kualitas pencahayaan harus dapat menunjukkan kontur wajah tanpa adanya bayangan di latar belakang.
7. Telinga terlihat untuk manfaat orientasi. 8. Mata terbuka dengan menatap lurus ke depan, serta kacamata dilepas.
Gambar 2. Fotometri ekstraoral. A. Foto frontal dengan bibir dalam keadaan relaksistirahat, B. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum, C.
Foto lateral wajah dengan bibir dalam keadaan relaksistirahat, D. Foto oblik wajah 45
o23
2.2 Sefalometri
Gambaran sefalometri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1922 oleh Pacini. Pada tahun 1931, Hofrath Jerman dan Broadbent Amerika dalam waktu
bersamaan menemukan teknik sefalometri yang telah terstandarisasi dengan menggunakan alat sinar-X dan pemegang kepala yang dinamakan sefalostat atau
sefalometer. Sefalometri radiografi diperkenalkan dalam bidang ortodonti sekitar tahun 1930-an, sedangkan metode yang benar untuk aplikasi praktik ortodonti
dilakukan 20 tahun kemudian.
12
Sefalometri radiografi digunakan untuk mempelajari hubungan gigi geligi dan struktur tulang muka secara ekstrakranial dan intrakranial.
12
Radiografi sefalometri merupakan sarana penunjang yang penting di dalam bidang ortodonti untuk
A B
C D
menganalisa kelainan kraniofasial, menegakkan diagnosa, mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial serta menentukan rencana perawatan
yang tepat.
24
Sefalometri dibagi menjadi dua menurut analisisnya, yaitu sefalogram frontal dan sefalogram lateral Gambar 3. Sefalogram frontal adalah gambaran
frontal atau anteroposterior dari tengkorak kepala, sedangkan sefalogram lateral adalah gambaran lateral dari tengkorak kepala.
25
Kegunaan sefalometri adalah sebagai berikut:
5
1. Mempelajari pertumbuhan kraniofasial, yaitu variasi pola pertumbuhan wajah dan perkiraan pertumbuhan di masa depan.
2. Mendiagnosis kelainan kraniofasial. 3. Mempelajari tipe fasial
4. Membuat rencana perawatan. 5. Mengevaluasi dan menilai keberhasilankemajuan perawatan.
6. Mengidentifikasi penyebab terjadinya relaps setelah perawatan dan stabilitas maloklusi.
7. Penelitian.
Gambar 3. Sefalogram. A. lateral, B. frontal
26
2.3 Natural Head Position NHP