Hubungan Lebar Mesiodistal Gigi dengan Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutromelayu

(1)

HUBUNGAN LEBAR MESIODISTAL GIGI DENGAN

KECEMBUNGAN PROFIL JARINGAN LUNAK WAJAH

PADA MAHASISWA FKG USU

RAS DEUTROMELAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SYLVIA

NIM : 090600060

DEPARTEMEN ORTODONTI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti Tahun 2013

Sylvia

Hubungan Lebar Mesiodistal Gigi dengan Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutromelayu

xiv + 42 halaman

Perbaikan estetika wajah dan susunan gigi merupakan motivasi yang paling banyak dalam mencari perawatan ortodonti. Kesuksesan perawatan ortodonti didasarkan pada diagnosis dan rencana perawatan yang tepat. Adapun tiga pilar penting dalam menentukan diagnosis dan membuat rencana perawatan ortodonti, yakni: analisis model, analisis fotometri dan analisis sefalometri. Dari analisis model, dapat diketahui ukuran lebar mesiodistal gigi yang bervariasi pada setiap individu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor keturunan/ras. Dari analisis fotometri dan sefalometri lateral dapat diketahui kecembungan profil jaringan lunak wajah yang merupakan faktor penting dalam menentukan estetika wajah. Kecembungan profil jaringan lunak wajah dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya lebar mesiodistal gigi. Oleh karena itu, perlu diteliti apakah ada hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah, baik ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral. Penentuan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara fotometri lateral menggunakan analisis Singh dan secara sefalometri lateral menggunakan analisis Subtelny. Hal ini


(3)

dikarenakan, analisis Singh dan Subtelny menggunakan titik-titik anatomis yang sama, yakni: titik Nasion kulit (N’), titik Subnasale (Sn) dan titik Pogonion kulit (Pog’) sehingga dapat dilihat apakah terdapat perbedaan antara kecembungan profil jaringan lunak wajah yang ditinjau secara fotometri lateral dengan sefalometri lateral. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu yang berusia antara 18-25 tahun dan memenuhi kriteria penelitian. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat (r = 0,84) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki dan terdapat hubungan yang kuat (r = 0,64) pada mahasiswa perempuan, ditinjau secara fotometri lateral. Secara sefalometri lateral didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang kuat antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah, baik pada mahasiswa laki-laki (r = 0,71) maupun pada mahasiswa perempuan (r = 0,61). Selain itu, tidak terdapat perbedaan antara kecembungan profil jaringan lunak wajah yang ditinjau secara fotometri lateral dengan sefalometri lateral.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 8 Mei 2013

Pembimbing I : Tanda tangan

Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) (...) NIP : 19481230 197802 2002

Pembimbing II :

Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort (...) NIP : 19820729 201012 2002


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 8 Mei 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) ANGGOTA : 1. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort

2. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K) 3. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penelitian skripsi dengan judul “Hubungan Lebar Mesiodistal Gigi dengan Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutromelayu” dapat terselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda (Somandi) dan Ibunda (Nony Herisan) yang telah senantiasa mendidik, mendukung, memberikan kasih sayang dan doa sehingga penelitian skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis juga tidak lupa berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut membantu dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., PhD, Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K)., selaku Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)., selaku koordinator skripsi Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan dan memberi saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort, selaku pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu dalam membimbing, mengarahkan dan memberi saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K), selaku dosen penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan memberi masukan kepada penulis.


(7)

6. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort., selaku dosen penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan memberi masukan kepada penulis.

7. Amrin Thahir, drg., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis selama perkuliahan.

8. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ortodonsia dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis.

9. Teman-teman penulis, para junior dan senior yang telah memberi masukan, doa, dukungan dan semangat, serta membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Marlina Isma, Ivo Gustiara, Ching Jie Han, William Wijaya, Ade Maya Sari, Febby Rajagukguk, Yurika, Sharon, Fifin Indah Sari, Calvin Huang, Novelya Liliput, Steven Tiopan, Stefanni Chai, Suryani Tjita dan teman-teman angkatan 2009 lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi, khususnya Departemen Ortodonti.

Medan, 8 Mei 2013 Penulis,

( SYLVIA ) NIM. 090600060


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebar Mesiodistal Gigi ... 6

2.1.1 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Lebar Mesiodistal Gigi.. 6

2.1.2 Teknik Pengukuran Lebar Mesiodistal Gigi ... 8

2.2 Fotometri ... 8

2.2.1 Fotometri Frontal ... 9

2.2.2 Fotometri Lateral ... 11

2.2.2.1 Analisis Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara Fotometri Lateral ... 13

2.2.2.1.1 Rakosi (1982) ... 13

2.2.2.1.2 Schwarz (1987) ... 14

2.2.2.1.3 Singh (2007) ... 14

2.2.2.2 Teknik Pengambilan Foto Lateral ... 15


(9)

2.3 Sefalometri ... 16

2.3.1 Jenis -Jenis Sefalometri ... 17

2.3.2 Analisis Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara Sefalometri Lateral ... 17

2.3.2.1 Analisis menurut Steiner (Garis S) ... 19

2.3.2.2 Analisis menurut Ricketts (Garis E) ... 19

2.3.2.3 Analisis menurut Subtelny ... 20

2.3.2.4 Analisis menurut Merrifield (Sudut Z) ... 21

2.3.2.5 Analisis menurut Holdaway (Sudut H) ... 22

2.4 Ras Deutromelayu ... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 25

3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 25

3.4 Besar Sampel ... 25

3.5 Variabel Penelitian ... 26

3.5.1 Variabel Bebas ... 26

3.5.2 Variabel Tergantung... 26

3.5.3 Variabel Terkendali ... 26

3.6 Defenisi Operasional Penelitian ... 26

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 27

3.8 Prosedur Penelitian... 28

3.8.1 Pengukuran Data ... 29

3.8.1.1 Lebar Mesiodistal gigi ... 29

3.8.1.2 Kecembungan Profil Jaringan Lunak dari Fotometri Lateral 30

3.8.1.3 Kecembungan Profil Jaringan Lunak dari Sefalometri Lateral 31 3.9 Analisis Hasil Penelitian ... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 33

BAB 5 PEMBAHASAN ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk ... 6 2 Perbandingan rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak

wajah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri

dan sefalometri lateral ... 33 3 Perbandingan rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak

wajah mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras

Deutromelayu secara fotometri dan sefalometri Lateral ... 34 4 Hubungan lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan

profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara fotometri

lateral ... 35

5 Hubungan lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan

profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Pengukuran lebar mesiodistal gigi ... 8

2 Jenis bentuk dan tipe wajah manusia ... 9

(a) Brachifacial/euryprosopic ... 9

(b) Mesofacial/mesoprosopic ... 9

(c) Dolichofacial/leptoprosopic ... 9

3 Proporsi wajah secara frontal ... 10

(a) Pembagian wajah berdasarkan bidang vertikal ... 10

(b) Pembagian wajah berdasarkan bidang horizontal ... 10

4 Garis simetri wajah ... 10

5 Analisis kecembungan wajah dengan fotometri lateral ... 11

6 Proporsi wajah secara lateral ... 12

7 Analisis hidung secara fotometri lateral ... 12

(a) Sudut nasofrontal ... 12

(b) Sudut nasofasial ... 12

8 Analisis profil wajah menurut Rakosi ... 13

(a) Lurus (straight) ... 13

(b) Cembung (convex) ... 13

(c) Cekung (concave) ... 13

9 Analisis profil wajah menurut Schwarz ... 14

(a) Lurus (average) ... 14

(b) Cembung (anteface) ... 14

(c)Cekung (retroface) ... 14

10 Analisis profil wajah menurut Singh ... 15

(a) Lurus (straight/orthognathic profile) ... 15

(b) Cembung (convex profile) ... 15

(c) Cekung (concave profile) ... 15

11 Jenis-jenis sefalometri ... 17


(12)

(b) Sefalogram lateral ... 17

12 Titik-titik dalam analisis jaringan lunak menurut Jacobson ... 18

13 Analisis jaringan lunak wajah menurut Steiner (Garis S) ... 19

14 Analisis jaringan lunak wajah menurut Ricketts (Garis E) ... 20

15 Sudut kecembungan jaringan lunak wajah menurut Subtelny (N’-Sn-Pog’) ... 21

16 Analisis jaringan lunak wajah menurut Merrifield (Sudut Z) ... 21

17 Analisis jaringan lunak wajah menurut Holdaway (Garis H) ... 22

18 Alat dan bahan penelitian ... 28

19 Pengukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan kaliper ... 30

20 Kecembungan profil jaringan lunak wajah secara fotometri lateral berdasarkan analisis Singh (N`-Sn-Pog`) ... 30

21 Kecembungan profil jaringan lunak wajah secara sefalometri lateral berdasarkan analisis Subtelny (N`-Sn-Pog`) ... 31


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka teori skripsi. 2. Kerangka konsep. 3. Kuesioner penelitian.

4. Surat pernyataan persetujuan (informed consent) dan lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian.

5. Hasil pengukuran lebar mesiodistal gigi pada model studi mahasiswa

FKG USU ras Deutromelayu.

6. Hasil pengukuran derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah

mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri dan sefalometri lateral. 7. Hasil perhitungan statistik deskriptif derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri dan sefalometri lateral.

8. Uji-t pada hasil pengukuran derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri lateral dan sefalometri lateral.

9. Hasil perhitungan statistik deskriptif derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri dan sefalometri lateral.

10. Uji-t pada hasil pengukuran derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri lateral dan sefalometri lateral.

11. Uji korelasi pada hasil pengukuran lebar mesiodistal gigi mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu dengan hasil pengukuran derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara fotometri lateral dan sefalometri lateral.

12. Uji korelasi pada hasil pengukuran lebar mesiodistal gigi mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu dengan hasil pengukuran derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara fotometri lateral.


(14)

13. Uji korelasi pada hasil pengukuran lebar mesiodistal gigi mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu dengan hasil pengukuran derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara sefalometri lateral.

14. Surat persetujuan komite etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan.


(15)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti Tahun 2013

Sylvia

Hubungan Lebar Mesiodistal Gigi dengan Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutromelayu

xiv + 42 halaman

Perbaikan estetika wajah dan susunan gigi merupakan motivasi yang paling banyak dalam mencari perawatan ortodonti. Kesuksesan perawatan ortodonti didasarkan pada diagnosis dan rencana perawatan yang tepat. Adapun tiga pilar penting dalam menentukan diagnosis dan membuat rencana perawatan ortodonti, yakni: analisis model, analisis fotometri dan analisis sefalometri. Dari analisis model, dapat diketahui ukuran lebar mesiodistal gigi yang bervariasi pada setiap individu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor keturunan/ras. Dari analisis fotometri dan sefalometri lateral dapat diketahui kecembungan profil jaringan lunak wajah yang merupakan faktor penting dalam menentukan estetika wajah. Kecembungan profil jaringan lunak wajah dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya lebar mesiodistal gigi. Oleh karena itu, perlu diteliti apakah ada hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah, baik ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral. Penentuan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara fotometri lateral menggunakan analisis Singh dan secara sefalometri lateral menggunakan analisis Subtelny. Hal ini


(16)

dikarenakan, analisis Singh dan Subtelny menggunakan titik-titik anatomis yang sama, yakni: titik Nasion kulit (N’), titik Subnasale (Sn) dan titik Pogonion kulit (Pog’) sehingga dapat dilihat apakah terdapat perbedaan antara kecembungan profil jaringan lunak wajah yang ditinjau secara fotometri lateral dengan sefalometri lateral. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu yang berusia antara 18-25 tahun dan memenuhi kriteria penelitian. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat (r = 0,84) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki dan terdapat hubungan yang kuat (r = 0,64) pada mahasiswa perempuan, ditinjau secara fotometri lateral. Secara sefalometri lateral didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang kuat antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah, baik pada mahasiswa laki-laki (r = 0,71) maupun pada mahasiswa perempuan (r = 0,61). Selain itu, tidak terdapat perbedaan antara kecembungan profil jaringan lunak wajah yang ditinjau secara fotometri lateral dengan sefalometri lateral.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbaikan estetika wajah dan susunan gigi merupakan motivasi yang paling banyak dalam mencari perawatan ortodonti. Kesuksesan perawatan ini didasarkan pada diagnosis dan rencana perawatan yang menyeluruh.1-2 Pada dasarnya perawatan ortodonti bertujuan untuk menghasilkan fungsi stomatognasi yang maksimal, keseimbangan struktural dan keselarasan estetik, oleh Reidel disebut sebagai tiga serangkai yaitu “Utility”, ”Stability” dan “Beauty”.3-5 Saat ini, bidang ilmu ortodonti telah mengalami kemajuan yang begitu pesat sehingga tujuan akhir dari perawatan ortodonti tidak hanya untuk perbaikan susunan gigi dan rahang saja tetapi juga untuk mendapatkan estetika wajah.

Dalam menentukan diagnosis dan membuat rencana perawatan ortodonti, penting diketahui ukuran lebar mesiodistal gigi. Hal ini dikarenakan lebar mesiodistal gigi bervariasi pada setiap individu, dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan orofasial, seperti: faktor keturunan, ras, suku, jenis kelamin, lingkungan serta faktor pertumbuhan.

3,6-8

2 Faktor keturunan dikatakan mempunyai

pengaruh terbesar dalam menentukan ukuran lebar mesiodistal gigi, begitu pula halnya dengan faktor ras dan suku.9-10 Penelitian Towsend, dkk (1994) mendapatkan hasil bahwa ukuran lebar mesiodistal gigi dipengaruhi oleh faktor genetik yang diestimasikan sebesar 90%.2,10 Penelitian Ho dan Freer (1994) menunjukkan adanya variasi lebar mesiodistal gigi pada ras Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid. Mundijah (1982) menyatakan bahwa terdapat perbedaan ukuran gigi antara suku Melayu dengan ras Kaukasoid.2,10-11

Faktor estetika wajah diharapkan sebagai hasil akhir dari perawatan ortodonti. Estetika wajah dipengaruhi oleh berbagai hal, yakni: tulang, otot, jaringan lunak serta


(18)

kulit yang membentuk tampilan wajah.2,12 Menurut Hamilah dan Gandadinata (2008) jaringan lunak merupakan faktor penting yang menentukan penampilan estetika wajah. Hal ini dikarenakan, yang pertama diperhatikan seseorang adalah jaringan lunak yang membungkus kepala dan wajah.13 Oleh karena itu, analisis profil jaringan lunak wajah penting dalam ortodonti.2 Menurut Case (cit. Rakosi, 1982) analisis kecembungan profil jaringan lunak adalah analisis yang didasarkan pada hubungan dahi, hidung, bibir dan dagu. Jaringan lunak hidung, bibir dan dagu merupakan faktor penting yang berperan dalam menentukan estetika wajah.8,13-14

Kecembungan profil jaringan lunak wajah dapat dinilai dengan dua cara, yakni dengan cara visual yaitu fotometri lateral dan dengan cara ronsen foto yakni sefalometri lateral. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran gigi dibuka pada tahun 1839.15 Fotografi dalam bidang ortodonti digunakan untuk menentukan diagnosis, membuat rencana perawatan serta untuk dokumentasi dan melihat perkembangan perawatan.9,16-17 Radiografi sefalometri dalam bidang ortodonti merupakan alat bantu dalam mengukur hubungan skeletal, dental dan profil jaringan lunak wajah secara akurat sehingga dapat diperoleh diagnosis yang tepat dan hasil perawatan yang baik.16 Metode fotometri dan sefalometri lateral ini telah banyak dipakai oleh dokter gigi di seluruh dunia. Kedua metode ini memungkinkan seorang dokter gigi untuk mengukur wajah dalam hubungannya dengan gigi sehingga dapat ditentukan jenis profil wajah serta morfologi wajah pasien dihubungkan dengan kondisi gigi geliginya.

Penelitian tentang lebar mesiodistal gigi dan kecembungan profil jaringan lunak wajah telah banyak dilakukan, namun masih sedikit yang menghubungkan keduanya. Susilowati dan Sulastry (2007) meneliti hubungan antara lebar mesiodistal gigi geligi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada suku Bugis Makasar secara sefalometri lateral. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang lemah ( r < 0,25 ) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada suku Bugis Makassar.

1-2

1-2 Rohmah, Emita Netiani dan Ali Taqwim

(2011) meneliti hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada populasi Cina di SMA Katolik Santo Paulus Jember secara


(19)

fotometri lateral. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan (0,25 < r < 0,5) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada populasi Cina di Jember.18 Rudy Joelijanto (2011) meneliti hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada populasi Jawa, Madura dan Cina di Kabupaten Jember secara fotometri lateral. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada populasi Jawa sebesar 21,8%, populasi Madura sebesar 6% dan populasi Cina sebesar 12,2%.

Profil wajah dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah lebar mesiodistal gigi geligi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan ilmu dan informasi ilmiah, peneliti ingin meneliti hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah khususnya pada ras Deutromelayu. Ras Deutromelayu merupakan ras orang Indonesia yang terdiri dari suku Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lbong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu.

19

20-21 Ras Deutromelayu

merupakan ras dengan populasi terbesar di Indonesia, berkisar 87% dari total penduduk Indonesia. Di Sumatera Utara, populasi ras Deutromelayu berkisar 49,79%.21 Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah, khususnya pada ras Deutromelayu, baik ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah ada hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu, ditinjau secara fotometri lateral?


(20)

2. Apakah ada hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara sefalometri lateral?

3. Apakah ada perbedaan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu yang ditinjau secara fotometri lateral dengan sefalometri lateral?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri lateral.

2. Mengetahui hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu secara sefalometri lateral.

3. Mengetahui apakah ada perbedaan antara kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu, ditinjau secara fotometri dan sefalometri lateral.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu, baik ditinjau secara fotometri maupun sefalometri lateral.

2. Tidak terdapat perbedaan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu, baik ditinjau dari fotometri maupun sefalometri lateral.


(21)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai penunjang dalam menentukan diagnosis dan rencana perawatan, khususnya pada ras Deutromelayu.

2. Sebagai pengembangan ilmu dibidang ortodonti.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lebar Mesiodistal Gigi Geligi

Lebar mesiodistal gigi adalah jarak terbesar yang diukur dari titik kontak anatomis mesial sampai ke titik kontak anatomis distal pada masing-masing gigi rahang atas dan rahang bawah yang diukur dengan menggunakan kaliper.

Ukuran lebar mesiodistal gigi selalu dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan ortodonti. Hal ini dikarenakan lebar mesiodistal gigi memberikan informasi tentang kondisi orofasial yang bervariasi pada setiap individu sehingga dapat ditegakkan diagnosis dan dibuat rencana perawatan ortodonti yang akurat.

22-23

Selain itu, ukuran lebar mesiodistal gigi juga diperlukan untuk mendapatkan oklusi dan estetik yang baik sebagai hasil dari perawatan ortodonti.

Adapun ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

22-24

Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000).22

2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lebar Mesiodistal Gigi 2.1.1.1 Faktor Keturunan (Genetik)

Faktor keturunan (genetik) dikatakan mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan ukuran mesiodistal gigi.9 Menurut Towsend, dkk. (1994) ukuran lebar mesiodistal gigi dipengaruhi oleh faktor genetik yang diestimasikan sebesar 90% untuk gambaran morfologis mahkota. Penelitian lain menyatakan bahwa saudara


(23)

kembar yang berhubungan darah ditemukan hampir tidak ada variasi pada ukuran mesiodistal giginya.2,10

2.1.1.2 Faktor Ras, Suku dan Etnis

Menurut Ho dan Freer (1994) ukuran gigi geligi menunjukkan variasi pada kelompok ras yang berbeda.10 Ukuran lebar mesiodistal gigi antara ras Kaukasoid,

Negroid dan Mongoloid ditemukan berbeda secara signifikan. Penelitian pada 51 orang berkulit hitam dibandingkan dengan 50 orang berkulit putih didapatkan kesimpulan bahwa orang berkulit hitam mempunyai lebar mesiodistal gigi yang lebih besar daripada orang berkulit putih. Penelitian lain juga menyatakan bahwa ukuran mesiodistal gigi lebih besar secara signifikan pada ras Negroid daripada ras Kaukasoid dan ras Mongoloid.2 Lavelle menyatakan bahwa ras Negroid mempunyai ukuran gigi terbesar, kemudian diikuti oleh ras Mongoloid dan yang terkecil adalah ras Kaukasoid.25

Untuk masyarakat Indonesia, Sumantri menyatakan bahwa ukuran gigi suku Jawa lebih besar dibandingkan dengan ukuran gigi ras Kaukasoid. Mundijah (1982) menyatakan bahwa ada perbedaan ukuran gigi dan lengkung rahang antara suku Batak dan Melayu dengan ras Kaukasoid.11

2.1.1.3Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi ukuran lebar mesiodistal gigi. Dikatakan bahwa lebar mesiodistal mahkota gigi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Penelitian Swasono S (2004) pada suku Madura dan Jawa diperoleh lebar mesiodistal gigi pada anak laki-laki lebih besar daripada anak perempuan.2 Penelitian Desy FK, dkk. (2007) didapatkan rerata ukuran mesiodistal gigi insisivus anterior atas dan bawah laki-laki lebih besar daripada perempuan.26 Penelitian Stroud et al

(1994) juga menunjukkan bahwa setiap gigi geligi laki-laki mempunyai diameter mesiodistal yang lebih besar dibandingkan dengan gigi geligi perempuan.27


(24)

2.1.1.4 Faktor Lingkungan

Menurut Dempsey dan Townsend (2001) ukuran gigi selain dikontrol oleh faktor genetik juga ditentukan oleh faktor lingkungan. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan juga ikut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi meskipun tidak begitu banyak berperan jika dibandingkan dengan faktor keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap ukuran gigi adalah sekitar 20%.

Penelitian pada populasi Amerika di Amerika, Jepang dan China diperoleh bahwa orang Amerika yang lahir di negaranya dibandingkan dengan yang lahir di Jepang dan China mempunyai ukuran lebar mesiodistal gigi yang berbeda.

10

2

2.1.2 Teknik Pengukuran Lebar Mesiodistal Gigi

Lebar mesiodistal gigi dapat ditentukan dengan cara mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial ke titik kontak distal gigi pada permukaan interproksimalnya atau dengan cara mengukur jarak antara titik kontak gigi yang bersinggungan dengan gigi tetangganya. Pengukuran lebar mesiodistal gigi dapat dilakukan dengan menggunakan kaliper yang berujung yang tajam dengan ketelitian dua angka di belakang koma (Gambar 1). 22-23

Gambar 1. Pengukuran lebar mesiodistal gigi.23

2.2 Fotometri

Dalam bidang ilmu kedokteran gigi khususnya ortodonti, metode fotometri banyak digunakan untuk mengevaluasi konfigurasi wajah, baik dalam arah frontal


(25)

maupun lateral.8 Dengan menggunakan fotometri kita dapat menganalisis proporsi wajah, simetri wajah, kecembungan jaringan lunak wajah serta bentuk wajah.

Fotometri merupakan salah satu metode penting yang digunakan untuk menegakkan diagnosis, membuat rencana perawatan serta untuk dokumentasi.

14,28

Manfaat fotografi di bidang ortodonti yaitu sebagai media untuk memonitor perkembangan perawatan dan melihat kemajuan perawatan.16-17,29

2.2.1 Fotometri Frontal

Fotometri frontal digunakan untuk menentukan morfologi tipe wajah serta menganalisis proporsi dan simetri wajah terhadap bidang transversal dan vertikal.

Adapun beberapa jenis tipe wajah manusia berdasarkan bentuknya, yakni: brachifacial/euryprosopic, mesofacial/mesoprosopic, dan dolichofacial/leptoprosopic (Gambar 2).

6

8,17,30 Pengukuran tipe wajah dengan foto frontal dapat dilakukan dengan

rumus facial index, upper facial index, lower facial index dan chin index.

Gambar 2. Jenis bentuk dan tipe wajah manusia. (a) Brachifacial/euryprosopic. (b) Mesofacial/

3 0

mesoprosopic.(c) Dolichofacial/leptoprosopic.

Proporsi wajah secara frontal dapat dianalisis dengan menggunakan bidang vertikal dan horizontal. Jika menggunakan bidang horizontal, wajah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas dari batas garis rambut (hairline) ke titik glabella, bagian tengah dari titik glabella ke titik subnasale dan bagian bawah dari titik


(26)

subnasale ke titik menton. Untuk mengevaluasi lebar wajah dapat dilakukan dengan cara membagi wajah menjadi lima bagian yang sama secara vertikal (Gambar 3).31-32

Gambar 3. Proporsi wajah secara frontal. (a) Pembagian wajah berdasarkan bidang horizontal. (b) Pembagian wajah berdasarkan bidang vertikal.32

Simetri wajah dapat dianalisis dengan cara membagi wajah menjadi dua bagian yang sama dengan menggunakan garis simetri wajah yang melalui titik glabella, puncak hidung (pronasale), titik tengah bibir atas (labrale superius) dan titik tengah dagu (gnathion) (Gambar 4).14,31

Gambar 4. Garis Simetri Wajah.31


(27)

2.2.2 Fotometri Lateral

Fotometri lateral dalam bidang ortodonti digunakan untuk menganalisis beberapa hal, yakni: kecembungan profil wajah, proporsi wajah serta analisis hidung.

Analisis kecembungan wajah dengan metode fotometri lateral menggunakan dua garis penuntun, yaitu garis yang menghubungkan antara titik Nasion dengan

perbatasan septum nasal dengan bibir atas (Subnasale) dan garis yang

menghubungkan antara dagu (Pogonion) dengan perbatasan septum nasal dengan bibir atas (Subnasale) (Gambar 5).

8

8,30

Gambar 5. A n a l i s i s k e c e m b u n g a n wajah d en gan fotometri lateral.30

Proporsi wajah secara lateral dapat dianalisis dengan cara membagi wajah menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga atas (trichion-glabella), sepertiga tengah (glabella-subnasale) dan sepertiga bawah (subnasale-menton) (Gambar 6).


(28)

Gambar 6. Proposi wajah secara lateral.30

Analisis hidung secara fotometri lateral dapat dilakukan dengan menggunakan sudut nasofrontal dan sudut nasofasial. Sudut nasofrontal digunakan untuk menganalisis hubungan antara hidung dan dahi sedangkan sudut nasofasial digunakan untuk mengevaluasi derajat proyeksi hidung secara tidak langsung (Gambar 7).7,33

Gambar 7. Analisis hidung secara fotometri lateral. (a) Sudut nasofrontal. (b) Sudut nasofasial.33


(29)

2.2.2.1 Analisis Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara Fotometri Lateral.

2.2.2.1.1 Rakosi (1982)

Penentuan profil wajah menurut Rakosi menggunakan 3 titik anatomis yakni: 1) Glabella (G) : titik terendah dari dahi yang terletak ditengah alis mata kiri dan kanan.

2) Labialis superior (Ls) : titik terdepan dari bibir atas.

3) Pogonion (Pog) : titik terdepan dari dagu yang terletak didaerah symphisis mandibula.34-35

Profil wajah menurut Rakosi ditentukan dengan cara menghubungkan garis yang ditarik dari titik Glabella (G) ke titik Labialis superior (Ls) dengan garis yang ditarik dari Labialis superior (Ls) ke titik Pogonion (Pog).

Analisis Rakosi menghasilkan 3 tipe profil wajah yaitu:

35-36

a. Lurus (straight), apabila kedua garis tersebut membentuk suatu garis lurus.

b. Cembung (convex), apabila garis pertama lurus dan garis kedua membentuk sudut cembung karena dagu terletak lebih posterior.

c. Cekung (concave), apabila garis pertama lurus dan garis kedua membentuk sudut cekung karena letak dagu lebih ke anterior (Gambar 8). 35-36

Gambar 8. Analisis profil wajah menurut Rakosi. (a) Lurus (straight). (b) Cembung (convex). (c) Cekung (concave).36


(30)

2.2.2.1.2 Schwarz (1987)

Menurut Schwarz, profil wajah dapat ditentukan dengan melihat kesejajaran antara titik Subnasale (Sn) dengan titik Nasion (N). Adapun tiga tipe profil wajah menurut Schwarz yaitu:

a. Lurus (average face), apabila titik Subnasale (Sn) berada tepat segaris dengan

34-35

titik Nasion (N).

b. Cembung (anteface), apabila titik Subnasale (Sn) berada di depan titik Nasion (N).

c. Cekung (retroface), apabila titik Subnasale (Sn) berada di belakang titik Nasion (N) (Gambar 9).

Gambar 9. Analisis profil wajah menurut Schwarz. (a) Lurus (Average). (b) Cembung (Anteface). (c) Cekung (Retroface).36

2.2.2.1.3 Singh (2007)

Profil wajah menurut Singh ditentukan dengan cara menggabungkan dua buah garis yang ditarik dari titik Nasion kulit (N’) ke titik Subnasale (Sn) dan dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik Subnasale (Sn). 9,34

Analisis profil wajah menurut Singh menghasilkan 3 tipe profil wajah, yakni :

a. Lurus (straight/orthognatic profile), apabila kedua garis tersebut membentuk sebuah garis lurus.

b. Cembung (convex profile), apabila kedua garis tersebut membentuk sudut yang akut dengan kecekungan menghadap ke jaringan lunak.


(31)

c. Cekung (concave profile), apabila kedua garis tersebut membentuk sudut tumpul dengan kecembungan menghadap ke arah jaringan lunak (Gambar 10).9

Gambar 10. Analisis profil wajah menurut Singh. (a) Lurus (straight/orthognathic profile). (b) Cembung (Convex profile). (c) Cekung (concave profile).9

2.2.2.2 Teknik Pengambilan Foto Lateral

Menurut American Board of Orthodontics ada beberapa panduan dalam pengambilan fotografi, yaitu:

a. Fotografi wajah yang berkualitas baik dapat dicetak dalam bentuk hitam putih maupun berwarna.

9

b. Pada fotometri lateral, pasien menampilkan wajah sebelah kanan, ekspresi wajah dalam keadaan istirahat dan bibir tertutup rileks.

c. Pada fotometri frontal, ekspresi wajah boleh serius atau tersenyum. d. Latar belakang foto harus bebas dari gangguan.

e. Kualitas pencahayaan baik sehingga kontur wajah dapat diambil dengan baik dan tidak ada bayangan dilatar belakang.

f. Telinga terlihat untuk manfaat orientasi.


(32)

2.2.3 Natural Head Position (NHP)

Natural Head Position (NHP) merupakan suatu standar orientasi kepala yang dapat dicapai ketika seseorang diminta untuk melihat jauh pada satu titik di depan matanya yang berada pada satu garis lurus yang sejajar.

Pengambilan foto dengan menggunakan teknik NHP lebih mudah dilakukan dan menghasilkan posisi yang lebih baik terutama dalam hal untuk menganalisis profil wajah. Hal ini dikarenakan posisi NHP merupakan posisi yang alamiah dari pasien dan bidang Frankfurt Horizontal tidak selamanya berada dalam keadaan horizontal/sejajar dengan lantai tetapi terkadang dapat miring ke atas maupun ke bawah. Selain itu, bidang Frankfurt Horizontal menghasilkan posisi yang tidak alami dari pasien dan sangat sulit untuk dipertahankan posisinya. Hal ini dapat menghasilkan foto profil wajah yang berbeda, kemungkinan distorsi dan analisis keadaan wajah pasien yang tidak tepat secara signifikan.

36

14,36

2.3 Sefalometri

Radiografi sefalometri merupakan sarana penunjang yang penting didalam bidang ortodonti untuk menganalisis kelainan kraniofasial, menegakkan diagnosa, mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial serta membantu dalam membuat rencana perawatan ortodonti yang tepat.

Analisis sefalometri dilakukan dengan cara menentukan lokasi titik-titik referensi pada bagian skeletal dan jaringan lunak kraniofasial yang akan menghasilkan garis, bidang dan sudut yang menjadi ukuran dalam memberikan informasi tentang pola pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

16

Sefalometri mempunyai berbagai fungsi dan kegunaan, yakni membantu:

8

1. Menetapkan diagnosis ortodonti.

3

2. Mengklasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta fasial. 3. Mempelajari pertumbuhan kraniofasial.

4. Memperkirakan arah pertumbuhan. 5. Membuat rencana perawatan.


(33)

6. Evaluasi hasil perawatan dengan cara membandingkan perubahan yang terjadi dengan kondisi semula.

7. Sebagai alat bantu penelitian yang melibatkan regio kranio-dento-fasial.

2.3.1 Jenis – Jenis Sefalometri

Sefalometri dibagi menjadi dua menurut analisisnya, yaitu:

1) Sefalogram frontal yaitu gambaran frontal atau anteroposterior dari tengkorak

3,25

kepala (Gambar 11a).

2) Sefalogram lateral yaitu gambaran lateral dari tengkorak kepala (Gambar 11b). Sefalogram lateral dapat digunakan untuk menganalisis profil jaringan lunak aspek lateral, yaitu analisis profil jaringan lunak wajah.

Gambar 11. Jenis – jenis sefalometri. (a) Sefalogram frontal. (b) Sefalogram lateral.14,30

2.3.2 Analisis Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah Secara Sefalometri Lateral.

Analisis profil jaringan lunak wajah dengan metode sefalometri pada umumnya dilakukan dengan menggunakan bantuan garis dan bidang referensi intrakranial yang bervariasi. Kebanyakan garis referensi tersebut merupakan garis lurus yang menghubungkan antara dua titik, contohnya garis Nasion-Pogonion (N-Pog), garis Porion-Orbita (Po-Or) atau bidang Frankfurt horizontal.13


(34)

Titik-titik yang digunakan dalam analisis jaringan lunak:

Gambar 12. Titik-titik dalam analisis jaringan lunak menurut Jacobson.14

Keterangan gambar:

 Glabella (G) : titik paling anterior dari dahi pada dataran midsagital.

7,14,33

 Nasion kulit (N’) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung.

 Pronasale (Pr) : titik paling anterior dari hidung.

 Subnasale (Sn) : titik dimana septum nasal berbatasan dengan bibir atas.

 Labrale superius (Ls) : titik perbatasan mukokutaneus dari bibir atas.

 Stomion superius (Stms) : titik paling bawah dari vermilion bibir atas.

 Stomion inferius (Stmi) : titik paling atas dari vermilion bibir bawah.

 Labrale inferius (Li) : titik perbatasan dari membran bibir bawah.

 Inferior labial sulkus (ILS) : titik paling cekung di antara Li dan Pog’.

 Pogonion kulit (Pog’) : titik paling anterior jaringan lunak dagu.

 Menton kulit (Me’) : titik paling inferior dari jaringan lunak dagu.

Ada bermacam jenis analisis profil jaringan lunak wajah jika ditinjau secara sefalometri lateral, diantaranya: analisis menurut Steiner, Ricketts, Subtelny, Merrifeld dan Holdaway, yang keseluruhannya merupakan analisis penentuan bentuk profil jaringan lunak wajah berupa cembung, lurus atau cekung.8 Masing-masing ahli


(35)

menggunakan referensi yang bervariasi dalam menganalisis profil jaringan lunak wajah. Steiner menggunakan garis S, Ricketts menggunakan garis E (garis estetis), Merrifeld menggunakan sudut Z dan Holdaway menggunakan garis H (garis Harmoni) sedangkan Subtelny menggunakan garis yang menghubungkan antara titik Nasion, Subnasale dan Pogonion (N’-Sn-Pog’) dalam menganalisis profil jaringan lunak wajah.8,14,37

2.3.2.1 Analisis menurut Steiner (Garis S)

Garis S merupakan garis yang ditarik dari titik Pog’ ke pertengahan kurva S yang terletak diantara Pronasal (Pr) dengan Subnasale (Sn) (Gambar 13). Menurut Steiner, titik Labrale superior (Ls) dan Labrale inferior (Li) idealnya akan berada pada garis S.13-14,37

Gambar 13. Analisis jaringan l u n a k w a j a h menurut Steiner (Garis S).38

2.3.2.2 Analisis menurut Ricketts (Garis E)

Menurut Ricketts, analisis profil jaringan lunak wajah seseorang dipengaruhi oleh garis E. Garis E merupakan garis yang ditarik dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik Pronasale (Pr) (Gambar 14). Seseorang dikatakan mempunyai profil yang


(36)

harmonis jika titik Labrale superior (Ls) terletak 2-4 mm dibelakang garis E dan titik Labrale inferior (Li) terletak 1-2 mm dibelakang garis E. Apabila titik Ls terletak lebih dari 4 mm dibelakang garis E maka profil wajah dinyatakan cekung, sebaliknya profil wajah dinyatakan cembung apabila titik Li terletak di depan garis E. 5,13-14,37

Gambar 14. Analisis jaringan l u n a k w a j a h menurut Ricketts (Garis E).38

2.3.2.3 Analisis menurut Subtelny

Menurut Subtelny (cit. Rakosi, 1982) analisis kecembungan profil wajah dibagi menjadi tiga yaitu analisis kecembungan skeletal (N-A-Pog), kecembungan jaringan lunak (N’-Sn-Pog’) dan kecembungan jaringan lunak penuh (N’-Pr-Pog’). Kecembungan jaringan lunak wajah (N’-Sn-Pog’) menurut Subtelny bernilai rata-rata 1610 dan terjadi peningkatan kecembungan profil jaringan lunak wajah seiring dengan pertambahan usia (Gambar 14).8,39


(37)

Gambar 15. Sudut Kecembungan jaringan lunak wajah menurut Subtelny (N’-Sn-Pog’).8

2.3.2.4 Analisis menurut Merrifield (Sudut Z)

Menurut Merrifield, garis profil wajah merupakan garis yang ditarik dari titik Pogonion kulit (Pog’) dengan titik paling depan dari Labrale superior (Ls) dan Labrale inferior (Li). Sudut Z merupakan sudut yang terbentuk oleh perpotongan antara bidang Frankfurt horizontal dan garis profil tersebut (Gambar 16).14,37

Gambar 16. Analisis jaringan l u n a k w a j a h menurut Merrifield


(38)

2.3.2.5 Analisis menurut Holdaway (Sudut H)

Holdaway menggunakan garis H (garis harmoni) untuk menganalisis keseimbangan dan keharmonisan profil jaringan lunak. Garis H ini diperoleh dengan cara menarik garis dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik Labrale superior (Ls)(Gambar 17).14,40-41

Gambar 17. Analisis jaringan l u n a k w a j a h menurut Holdaway (Garis H).14

2.4 Ras Deutromelayu

Ras adalah suatu kelompok manusia yang dapat dibedakan dari kelompok lain karena memiliki ciri-ciri jasmaniah tertentu yang diperoleh dari keturunan, sesuai dengan hukum genetika.

Populasi masyarakat Indonesia didominasi oleh ras Paleomongolidyang

20

disebut juga dengan ras Melayu. Ras Paleomongolid ini terdiri atas ras Protomelayu (Melayu tua) dan ras Deutromelayu (Melayu Muda). Ras Protomelayu adalah orang-orang yang terdiri dari suku Batak, Gayo, Sasak dan Toraja sedangkan ras Deutromelayu adalah orang-orang yang bersuku Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lbong, Lampung, Jawa, Madura, Bali,Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu.20-21


(39)

Ciri fisik kedua kelompok ini sangat berbeda. Kelompok Proto-Melayu memiliki bentuk kepala yangpanjang (dolichocephalic) sedangkan kelompok Deutro-Melayu memiliki bentuk kepala yang pendek (brachycephalic). Ukuran lebar mesiodistal gigi pada kedua kelompok ras ini juga berbeda satu dengan yang lainnya.20


(40)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang bersifat analitik, yakni untuk melihat apakah ada hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu, baik dilihat secara fotometri maupun sefalometri lateral, serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kecembungan profil jaringan lunak wajah yang ditinjau secara fotometri dan sefalometri lateral.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Departemen Ortodonsia FKG USU yang bertempat di Jalan Alumni No.2 Universitas Sumatera Utara, Medan dan klinik Pramita yang bertempat di Jalan Diponegoro No.37, Medan.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 – Januari 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu yang berusia 18-25 tahun dan masih aktif mengikuti pendidikan. Sampel pada penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.


(41)

3.3.1 Kriteria Inklusi

 Mahasiswa perempuan FKG USU ras Deutromelayu.

 Berusia 18-25 tahun.

 Belum pernah mendapat perawatan ortodonti.

 Semua gigi permanen lengkap kecuali molar tiga.

 Tidak ada karies dan tambalan interproksimal.

 Tidak memakai gigi tiruan (crown, bridge).

 Relasi molar klas I Angle dengan overjet dan overbite normal (2-4mm).  Crowded ringan dan diastema ≤ 2 mm.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

 Adanya kelainan bentuk dan ukuran gigi.

 Agenese.

 Fraktur dan atrisi.

Crowded berat dan diastema > 2 mm.

3.4 Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan rumus berikut:

Standar error tipe I dan standar error tipe II pada penelitian ini ditetapkan sebesar 5% dengan Zα 2 pihak sebesar 1,64 dan Zβ sebesar 1,64. Maka besar sampel

minimum pada penelitian ini adalah:

n =� Zα+ Zβ

0,5In[(1 + r)/(1−r)]� 2

+ 3

n = �

0,5 1,64 + 1.64

In[(1 + 0,5) / (1 – 0,5)]�

2


(42)

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

 Lebar mesiodistal gigi.

3.5.2 Variabel Tergantung

 Derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara fotometri lateral berdasarkan analisis Singh (N’-Sn-Pog’).

 Derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara sefalometri lateral berdasarkan analisis Subtelny (N’-Sn-Pog’).

3.5.3 Variabel Terkendali

 Ras.

 Usia.

 Belum pernah mendapat perawatan ortodonti.

 Semua gigi permanen lengkap sampai molar dua dan tidak ada tambalan serta karies interproksimal.

 Tidak memakai protesa (crown, bridge).

 Hubungan molar klas I Angle dengan overjet dan overbite normal.  Crowded ringan dan diastema ≤ 2mm.

3.6 Defenisi Operasional Penelitian

 Lebar mesiodistal gigi adalah jarak terbesar yang diukur dari titik kontak anatomis mesial ke titik kontak anatomis distal pada masing-masing gigi yang diukur dengan menggunakan kaliper berujung tajam.

 Derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah (N’-Sn-Pog’) adalah sudut yang terbentuk antara perpanjangan garis yang ditarik dari titik Nasion kulit


(43)

(N’) ke titik Subnasale (Sn) dengan garis yang ditarik dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik Subnasale (Sn).

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Tiga serangkai (sonde, pinset, kaca mulut) merk Schezher untuk pemeriksaan klinis.

2. Rubberbowl dan spatula.

3. Sendok cetak berbagai ukuran merk Duralock.

4. Bahan cetak alginate merk Aroma Fine Plus Normal Set. 5. Bahan isi dental stone merk Moldadur.

6. Kaliper merk Mitutoyo dengan ketelitian dua angka dibelakang koma. 7. Alat tulis seperti: pensil mekanik merk Faber Castel, pensil 4H merk Staedtler, pulpen merk Standard AE7, penghapus merk Radar, penggaris besi dan busur merk Kenko.

8. Kamera DSLR merk Canon 500d. 9. Tripod merk Nikon.

10. Kursi.

11. Meteran merk Prohex.

12. Kain putih ukuran 0,95 m x 1,10 m untuk latar belakang. 13. Sefalogram lateral (8x10 inci).

14. Kertas asetat merk Ortho Organizer (8x10 inci; tebal 0,003 inci). 15. Lem perekat.


(44)

Gambar 18. Alat dan bahan penelitian. (a) Tiga serangkai. (b) Alat tulis (pulpen, pensil, penghapus). (c) Kain putih. (d) Tripod. (e) Kamera. (f) Tracing box. (g) Sendok cetak, (h) Kaliper. (i) Meteran.

3.8 Prosedur Penelitian

1. Identifikasi sampel dengan alat bantu kuesioner dan pemeriksaan klinis secara langsung untuk mendapatkan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Pengaturan tata letak untuk membuat sebuah studio mini dalam rangka pengambilan foto lateral sampel, yakni menempelkan kain putih pada dinding yang berfungsi sebagai latar belakang. Pada jarak 0,75 m diletakkan sebuah kursi sebagai tempat duduk sampel. Pada jarak 1,5 m diletakkan tripod sebagai penyangga kamera.

3. Sampel diminta duduk di kursi yang telah disediakan dengan posisi tubuh tegak dan kepala menghadap ke sebelah kiri. Kemudian, sampel diminta untuk melepaskan kacamata atau benda–benda lain yang dapat menghalangi wajah dan

b c d

a

e f

h

g


(45)

telinga. Sampel lalu diinstruksikan untuk menatap pada satu titik yang jauh sejajar dengan matanya, hal ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi NHP. Lalu dilakukan penyesuaian tinggi kamera dengan tinggi kepala sampel dan dilakukan pengambilan foto lateral.

4. Dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah sampel dengan menggunakan bahan cetak alginate dan sendok cetak yang sesuai dengan ukuran rahang sampel.

Pencetakan rahang atas dilakukan dengan metode posisi garis kamfer sampel sejajar dengan lantai dan pada pencetakan rahang bawah dilakukan dengan metode posisi rahang bawah sejajar dengan lantai. Dilakukan pencetakan rahang bawah terlebih dahulu untuk mencegah atau mengurangi rangsangan untuk muntah. Hasil cetakan kemudian diisi dengan bahan isi dental stone dalam jangka waktu tidak lebih dari 15 menit.

5. Sampel kemudian diantar ke Pramita untuk dilakukan ronsen foto sefalometri lateral.

3.8.1 Pengukuran Data

3.8.1.1 Lebar mesiodistal gigi.

1. Hasil cetakan yang telah diisi dan dibuat menjadi model gigi dilakukan pengukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan kaliper merk Mitutoyo dengan ketelitian dua angka dibelakang koma (Gambar 19).

2. Pengukuran dimulai dari gigi molar dua sisi kanan rahang atas kemudian dilanjutkan ke sisi kiri. Begitu pula pengukuran dilakukan pada model gigi rahang bawah.

3. Untuk mendapatkan data yang valid, pengukuran dilakukan dua kali pada masing-masing model gigi.


(46)

Gambar 19. Pengukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan kaliper.

3.8.1.2 Kecembungan profil jaringan lunak dari fotometri lateral

1. Hasil cetakan foto lateral sampel dilakukan pengukuran dengan analisis Singh, yaitu dengan cara menggabungkan dua buah garis yang ditarik dari titik Nasion kulit (N’) ke titik Subnasale (Sn) dan dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik

Subnasale (Sn) (Gambar 20). Sudut yang terbentuk kemudian diukur dengan

menggunakan busur.

2. Hasil pengukuran sudut yang terbentuk dicatat dan diolah datanya.

Gambar 20. Kecembungan profil jaringan lunak secara Fotometri lateral berdasarkan analisis Singh (N`-Sn-Pog`).


(47)

3.8.1.3 Kecembungan profil jaringan lunak dari sefalometri lateral

1. Sefalogram lateral dari sampel ditracing pada kertas asetat dengan menggunakan pensil 4H diatas tracing box dengan pencahayaan ruangan yang gelap.

2. Dilakukan penentuan titik-titik jaringan lunak yang digunakan untuk menunjukkan nilai kecembungan profil jaringan lunak wajah berdasarkan analisis Subtelny, yaitu titik Nasion kulit (N’), titik Subnasale (Sn) dan titik Pogonion kulit (Pog’).

3. Titik Nasion kulit (N’) dihubungkan dengan titik Subnasale (Sn) dan titik Subnasale (Sn) dihubungkan dengan titik Pogonion kulit (Pog’) dengan cara menarik garis sehingga akan terbentuk satu perpotongan garis antara N’-Sn dan Sn-Pog’.

4. Sudut dalam yang terbentuk oleh perpotongan garis tersebut diukur dengan menggunakan busur untuk mendapatkan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah.

Gambar 21. Kecembungan profil jaringan lunak wajah berdasarkan analisis Subtelny (N`-Sn-Pog`).

3.9 Analisis Hasil Penelitian

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer. Dilakukan uji korelasi untuk melihat apakah ada hubungan antara lebar


(48)

mesiodistal gigi terhadap kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiwa FKG USU ras Deutromelayu, baik dilihat dari fotometri maupun sefalometri lateral. Dilakukan juga uji-t untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu baik laki-laki dan perempuan secara fotometri dan sefalometri lateral.


(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 40 orang mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu yang terdiri dari 22 perempuan dan 18 laki-laki dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Pengukuran dilakukan pada model gigi, foto lateral dan sefalogram lateral.

Pengukuran pada model gigi guna untuk mendapatkan lebar mesiodistal gigi, pengukuran pada foto dan sefalogram lateral guna untuk mendapatkan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah.

Hasil pengukuran pada foto lateral didapatkan rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu adalah sebesar 165,40. Hasil pengukuran pada sefalogram lateral didapatkan rerata derajat

kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu adalah sebesar 163,40

Tabel 2. Perbandingan rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah . Uji-t untuk membandingkan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah yang ditinjau secara fotometri lateral dengan sefalometri lateral mendapatkan hasil sebesar 0,29 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu yang ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral (tabel 2).

mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri dan sefalometri lateral.

Derajat Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara

Fotometri Lateral (n = 40)

Derajat Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara

Sefalometri Lateral

(n = 40) Uji – t

Rerata Standar Deviasi Rerata Standar Deviasi

165,40 0,50 163,40 0,97 0,29


(50)

mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri dan sefalometri lateral.

Derajat Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah Jenis Kelamin

Uji – t Laki-Laki

(n = 18)

Perempuan (n = 22)

Rerata Standar

Deviasi Rerata

Standar Deviasi Fotometri

Lateral 164 0,21

0 166,50 0,55 0,26

Sefalometri

Lateral 162 0,24

0 1650 0,50 0,33

* P-value/Sig. Uji-t < 0,05.

Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa perempuan FKG USU ras Deutromelayu lebih besar daripada rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki, baik ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral. Namun, perbedaan ini secara statistik tidak bermakna secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji-t sebesar 0,26 untuk perbandingan rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah antara mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri lateral dan hasil uji-t sebesar 0,33 untuk perbandingan rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah antara mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu secara sefalometri lateral. Dari hasil uji-t tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu, baik ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral.


(51)

Tabel 4. Hubungan lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara fotometri lateral.

Jenis

Kelamin N

Lebar Mesiodistal Gigi

Derajat Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara Fotometri

Lateral Uji Korelasi Rerata (mm) Standar Deviasi

Laki-Laki 18 222,76 0,5 1640 0,84

Perempuan 22 206,65 0,7 166,50 0,65

* P-value/Sig. uji korelasi (Sarwono 2006): o 0: Tidak ada korelasi antara dua variabel o 0 – 0,25: Korelasi sangat lemah

o 0,25 – 0,5: Korelasi cukup o 0,5 – 0,75: Korelasi kuat

o 0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat o 1: Korelasi sempurna

Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji korelasi Pearson antara lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara fotometri lateral adalah sebesar 0,84 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat (r = 0,84) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki FKG USU ras Deutromelayu, ditinjau secara fotometri lateral.

Hasil uji korelasi Pearson antara lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa perempuan FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara fotometri lateral adalah sebesar 0,65 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat (r = 0,65) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa perempuan FKG USU ras Deutromelayu, ditinjau secara fotometri lateral.


(52)

Tabel 5. Hubungan lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara sefalometri lateral.

Jenis

Kelamin N

Lebar Mesiodistal Gigi Derajat Kecembungan Profil Jaringan Lunak

Wajah secara Sefalometri Lateral Uji Korelasi Rerata (mm) Standar Deviasi

Laki-Laki 18 222,76 0,5 1620 0,71

Perempuan 22 206,65 0,7 1650 0,61

* P-value/Sig. uji korelasi (Sarwono 2006): o 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel o 0 – 0,25: Korelasi sangat lemah

o 0,25 – 0,5: Korelasi cukup o 0,5 – 0,75: Korelasi kuat

o 0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat o 1: Korelasi sempurna

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji korelasi Pearson antara lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara sefalometri lateral adalah sebesar 0,71 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat (r = 0,71) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki FKG USU ras Deutromelayu, ditinjau secara sefalometri lateral.

Hasil uji korelasi Pearson antara lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa perempuan FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara sefalometri lateral adalah sebesar 0,61 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat (r = 0,61) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa perempuan FKG USU ras Deutromelayu, ditinjau secara sefalometri lateral.


(53)

BAB 5 PEMBAHASAN

Kesuksesan perawatan ortodonti didasarkan pada diagnosis dan rencana perawatan yang tepat. Adapun tiga pilar penting dalam ortodonti guna menentukan diagnosis dan membuat rencana perawatan yang tepat yakni; analisis model, analisis fotografi dan analisis sefalometri.1-2

Dari analisis model, dapat diketahui ukuran lebar mesiodistal gigi. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi pada setiap individu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor keturunan (ras/suku).

2,9-10 Menurut Yamaoka (2001)

ukuran lebar mesiodistal gigi berpengaruh terhadap profil wajah, dimana profil wajah merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan estetika wajah. Profil wajah dipengaruhi oleh berbagai hal, yakni: tulang, otot dan jaringan lunak yang membentuk tampilan wajah. Hamilah dan Gandadinata (2008) menyatakan bahwa faktor terpenting yang berperan dalam menentukan estetika wajah adalah jaringan lunak wajah.

Lebar mesiodistal gigi pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan analisis Moorrees, yakni dengan cara mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial ke titik kontak distal gigi pada permukaan interproksimalnya atau dengan cara mengukur jarak antara titik kontak gigi yang bersinggungan dengan gigi tetangganya. Pengukuran lebar mesiodistal gigi pada penelitian ini menggunakan kaliper yang berujung yang tajam dengan ketelitian dua angka dibelakang koma. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing model studi untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan validitas yang tinggi.

8,13-14

22-23

Kecembungan profil jaringan lunak wajah dapat ditentukan dengan dua cara, yakni: dengan fotometri lateral dan sefalometri lateral.

1-2 Secara fotometri lateral,

penentuan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada penelitian ini menggunakan analisis Singh. Secara sefalometri lateral, penentuan derajat


(54)

kecembungan profil jaringan lunak wajah menggunakan analisis Subtelny. Baik analisis Singh maupun analisis Subtelny menggunakan titik-titik anatomis yang sama, yakni: titik Nasion kulit (N’), titik Subnasale (Sn) dan titik Pogonion kulit (Pog’).

Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu ditinjau secara fotometri lateral adalah sebesar 165,4

9-8,35,39

0 dan jika ditinjau secara sefalometri lateral adalah sebesar

163,40

Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa perempuan FKG USU ras Deutromelayu, baik ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral, lebih besar daripada mahasiswa laki-laki, namun secara statistik perbedaan itu tidak bermakna secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji-t yang membandingkan rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah antara mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri lateral sebesar 0,26 dan secara sefalometri lateral sebesar 0,33 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu, baik ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral.

. Uji-t untuk membandingkan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah yang ditinjau secara fotometri lateral dengan sefalometri lateral mendapatkan hasil sebesar 0,29 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu, baik ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Susilowati dan Sulastry (2007) pada suku Bugis Makassar yang mendapatkan hasil bahwa rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada laki-laki dan perempuan tidak berbeda secara bermakna. Subtelny juga menyatakan bahwa kecembungan profil jaringan lunak wajah (N`-Sn-Pog`) tidak berbeda signifikan antara laki-laki dan perempuan.8,40

Begitu pula halnya dengan penelitian Soehardono yang meneliti tentang hubungan profil muka skeletal dan jaringan lunak pada orang Indonesia ras Deutromelayu.


(55)

Soehardono mendapatkan hasil bahwa profil muka laki-laki dan perempuan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji korelasi Pearson antara lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara fotometri lateral pada mahasiswa laki-laki FKG USU ras Deutromelayu adalah sebesar 0,84 dan pada mahasiswa perempuan adalah sebesar 0,65 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat (r = 0,84) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki FKG USU ras Deutromelayu dan terdapat hubungan yang kuat (r = 0,65) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa perempuan FKG USU ras Deutromelayu, ditinjau secara fotometri lateral berdasarkan analisis Singh.

2

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fatihatur Rohmah, Emita Netiani dan Ali Taqwim (2011) yang meneliti tentang hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada populasi Cina di SMA Katolik Santo Paulus Jember.18

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji korelasi Pearson antara lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara sefalometri lateral pada mahasiswa laki-laki FKG USU ras Deutromelayu adalah sebesar 0,71 dan pada mahasiswa perempuan adalah sebesar 0,61 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah, baik pada mahasiswa laki-laki (r = 0,71)

Pada penelitian ini didapatkan hasil korelasi Pearson yang lebih tinggi daripada penelitian Fatihatur Rohmah, Emita Netiani dan Ali Taqwim. Hal ini disebabkan karena perbedaan ras/suku yang menjadi sampel penelitian serta analisis fotometri yang digunakan. Lebar mesiodistal gigi pada suku Cina (ras Mongoloid) lebih kecil daripada ras Deutromelayu, begitu pula halnya dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah suku Cina (ras Mongoloid). Profil wajah pada suku Cina (ras Mongoloid) dikatakan cekung/datar, sedangkan profil wajah pada ras Deutromelayu dikategorikan cembung.


(56)

maupun pada mahasiswa perempuan (r = 0,61) FKG USU ras Deutromelayu, jika ditinjau secara sefalometri lateral berdasarkan analisis Subtelny.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan Rudy Joelijanto (2011) yang meneliti hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada populasi Jawa. Ia mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada populasi Jawa sebesar 60% (r = 0,60). Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Susilowati dan Sulastry (2007) yang meneliti pada suku Bugis Makasar. Hasil penelitian Susilowati dan Sulastry didapatkan adanya hubungan yang lemah antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada suku Bugis Makassar.1-2 Adanya perbedaan antara hasil penelitian ini dengan penelitian Susilowati dan Sulastry (2007) disebabkan karena adanya perbedaan pada sampel penelitian. Penelitian Susilowati dan Sulastry (2007) menggunakan sampel yang terbatas hanya pada satu suku saja, yakni: suku Bugis Makasar, sedangkan penelitian ini menggunakan beberapa suku yang tergolong ras Deutromelayu sebagai sampel penelitian. Mayoritas sampel pada penelitian ini bersuku Aceh, Mingkabau, Jawa dan Melayu.


(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rerata derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu secara fotometri lateral adalah sebesar 165,40 dan secara sefalometri lateral adalah sebesar 163,40

2. Derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki dan perempuan FKG USU ras Deutromelayu, baik secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral tidak berbeda secara signifikan.

.

3. Ditinjau secara fotometri lateral, terdapat hubungan yang sangat kuat (r = 0,84) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa laki-laki FKG USU ras Deutromelayu dan terdapat hubungan yang kuat (r = 0,65) antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah pada mahasiswa perempuan FKG USU ras Deutromelayu.

4. Ditinjau secara sefalometri lateral, terdapat hubungan yang kuat antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah, baik pada mahasiswa laki-laki (r = 0,71) dan mahasiswa perempuan (r = 0,61) FKG USU ras Deutromelayu.

5. Derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah, baik ditinjau secara fotometri lateral maupun sefalometri lateral, tidak berbeda secara signifikan.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak agar didapatkan hasil penelitian dengan validitas yang lebih tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan ras/suku lain yang terdapat di Indonesia.


(58)

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat seberapa besar pengaruh lebar mesiodistal gigi terhadap kecembungan profil jaringan lunak wajah.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

1. Swasono S, Sylvia M, Susilowati. Variasi normal lebar mesiodistal gigi geligi pada orang bugis dan toraja. Majalah Kedokteran Gigi. FKG Unair. 2004; 37(1): 9-11.

2. Susilowati, Sulastry. Korelasi antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah orang Bugis Makassar. Dentofasial. 2007 Oktober; 6(2): 72-77.

3. Bhalajhi, S.I. Orthodontics: the art and science. New Delhi: Arya Publishing House, 1998: 1-2, 15, 151-152.

4. Riedel, R.A. Esthetics and its relation to orthodontics therapy. Am J Orthod, 1970; 20: 168-167.

5. Rostina, T. Analisa profil jaringan lunak menurut metode Holdaway pada mahasiswa FKG USU suku Deutromelayu. Tesis. Medan: Bagian Ilmu Ortodonsia FKG USU, 2007: 10-16.

6. Arnett G.W. Facial esthetics, orthodontics and orthognatic surgery. PCSO Bulletin. 2002 Summer: 21-22.

7. Bregman R.T. Cephalometric soft tissue facial analysis. Am J Orthod 1999; 116: 373-388.

8. Rakosi T. An atlas and manual of cephalometric radiography. London: Wolfe Medical Publications Ltd, 1982: 7-8, 78-89.

9. Singh G. Textbook of orthodontics. Jaypee. India, 2007: 68-9.

10.Khalid WH. Variations in tooth size, dental arch dimensions and shape among Malay school children. Masters thesis, Universiti Sains Malaysia 2008; 1(18): 1-24.

11.Thu KM, Winn T, Abdullah N, Jayasinghe JAP, Chandima GL . The maxillary arch and its relationship to cephalometric landmarks of selected Malay ethnic group; Malaysian Journal of Medical Sciences January 2005; 12 (1) : 29-38.


(60)

12.Sarver, DM; Ackerman, JL. Orthodontics about face: The re-emergence of the esthetic paradigm. Am J Orthod Dentofac. 2000, May: 575-576.

13.Andriani N. Beberapa metode dalam Menganalisa jaringan lunak sebagai salahsatu prosedur diagnosis ortodonti berdasarkan fotografi. Skripsi. FKG USU. Medan, 2003.

14.Jacobson A. Soft tissue evaluation. In: Patricia BW, ed. Radiographic Cephalometry. Hong Kong: Quintessence Publishing Co, Inc, 1995 : 239-54. 15.Galante DL. History and current use of clinical photography in ortodontic. CDA

J. 2009 : 173-4(37)

16. Bishara SE. Textbook of orthodontic. Philaddelphia: W.B. Saunders Company 2001: 44-52

17.Samawi S. A Short guide to clinical digital photography in ortodontics. Jordan: Sdoc, 2008 : 12-6.

18.Rohmah F, Netiani E, Taqwim A. Hubungan lebar mesiodistal gigi terhadap kecembungan profil jaringan lunak pada populasi Cina. (8 April 2011).

19.Joelijanto R. Korelasi antara lebar mesiodistal gigi dengan derajat kecembungan profil wajah pada populasi Jawa, Madura dan Cina di Kabupaten Jember.

20.Daldjoeni N. Ras-ras umat manusia. Bandung : Citra Aditya Bakti 1991: 189-91.

21.Anonymous. Demografi Indonesia. (28 Mei 2012).

22.Santoro M, Ayoub ME, Pardi VA, et all. Mesiodistal crown dimensions and tooth size discrepansy of the permanent dentition of Dominican Americans. JAngle Orthod 2000; 70(4): 303-7.

23.Budiraharjo R, Pradopo S. Ukuran mesiodistal gigi anak usia 12 tahun populasi Jawa dan Madura di Kabupaten Jember. Jurnal PDGI 2002; 490-3.


(61)

24.Al-Khateeb SN, Alhaija ESJ. Tooth size discrepancies and arch parameters among different malocclusion in a Jordanian samples. J Angle Orthod 2006: 76(3): 459-465.

25.Budiman JA, Yashadana EDD, Sadosa SD, Masbirin PI. Hubungan rasio anterior dengan overjet dan overbite pada perawatan ortodontik. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 1997; 4(3): 19-25

26.Desi FK, Sylvia M, Kristiani S. Hubungan lebar mesiodistal gigi insisif dengan lengkung geligi pada kasus berdesakan anterior. Jurnal PDGI 2007; 50(2): 52-5. 27. J. L. Stroud, P. H. Buschang, P. W. Goaz. Sexual dimorphism in mesiodistal

dentin and enamel thickness. Dentomaxillofacial Radiology, Vol 23, Issue 3, 1994; 169-171.

28.Kusnoto H. Penggunaan cephalometri radiografi dalam bidang orthodonti. Jakarta: Universitas Trisakti, 1977; 1-7, 87-90.

29.Moyers RE. Handbook of orthodontic. 4th

30.Love L. Facial alloplastic implants, mandibular angle. 2010.

ed. London: Year Book Medical Publisher, INC 1988: 171-3.

2012).

31.Bryan M. Facial proportion & analysis. (3 Feb 2010). http://www. jawaugmentation.com/facial_formula.html

32.Beeson D. Facial analysis. 2005.

(10 Agustus 2012).

(13 Agustus 2012).

33.Rio RO. Analisa wajah suku Batak. Tesis. Medan: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher FK USU, 2008: 6-24.

34.Ardhana W. Materi kuliah ortodonsia I: Prosedur pemeriksaan ortodontik. Yogyakarta: Bagian Ortodonsia FKG UGM. 2009 : 11-3.

35.Thomas R, Irmtrud J, Thomas MG. Orthodontic diagnosis. New York: Thieme Medical Publisher Inc, 1992: 173-6

36. Meneghini F. Clinical facial analysis: Elemen Principles Techniques. Berlin Heidelberg: Springer 2004: 16-21


(62)

37.Šidlauskas A., Laura Žilinskaitė, Vilma Švalkauskienė. Mandibular Pubertal Growth Spurt Prediction. Part One: Method Based on the Hand-Wrist Radiographs. Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2005; 7: 16-20.

38.Hwang, HS. Ethnic differences in the soft tissue profile of Korean and European-American adults with normal occlusions and well-balanced faces. Angle Orthodontist 2002; 72: 72-73.

39.Hashim HA, AlBarakati SF. Cephalometric soft tissue profile analysis between two different ethnic groups: A comparative study. Journal of Contemporary Dental Practice. 2003; 4(2).

40. Sahin AM, Umit G. Analysis of Holdaway soft-tissue measurements in children between 9 and 12 years of age. European Journal of Orthodontics 2001; 23: 287-294.

41.Holdaway RA. A soft tissue cephalometric analysis and its use in orthodontic treatment planning. Part I. Am J Orthod 1983; 84: 3-13.


(63)

Lampiran 1

Kerangka Teori Skripsi

Diagnosis dan Rencana Perawatan Ortodonti pada ras

Deutromelayu

Analisis Model Analisis Fotografi Analisis Sefalografi

Lebar Mesiodistal

Gigi

Fotometri Frontal

Fotometri Lateral

Sefalometri Lateral Sefalometri

Frontal

Jaringan Lunak

Derajat Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah


(64)

Lampiran 2

Kerangka Konsep

Variabel Bebas:

 Lebar mesiodistal gigi.

Variabel Tergantung:

 Derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara fotometri lateral berdasarkan analisis Singh (N’-Sn-Pog’).

 Derajat kecembungan profil jaringan lunak wajah secara sefalometri lateral berdasarkan analisis Subtelny (N’-Sn-Pog’).

Variabel Terikat:

 Ras.

 Usia.

 Belum pernah mendapat perawatan ortodonti.

 Hubungan molar klas I Angle.

Overjet dan Overbite normal.

 Tidak ada tambalan serta karies interproksimal.

 Tidak memakai protesa (crown,bridge).  Crowded ringan dan diastema ≤ 2mm.


(65)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN DEPARTEMEN ORTODONTI FKG USU H U B U N G A N L E B A R M E S I O D I S T A L G I G I D E N G A N

KECEMBUNGAN PROFIL JARINGAN LUNAK WAJAH PADA MAHASISWA FKG USU

RAS DEUTROMELAYU A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Nim :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

No. Hp :

Suku : Ayah : Kakek :

Nenek :

Ibu : Kakek :

Nenek :

A. RIWAYAT DENTAL DAN WAJAH

Perawatan Ortodonti : Sudah / Sedang / Belum pernah

Trauma pada Wajah : Pernah / Tidak Pernah

Tindakan Bedah pada Wajah : Pernah / Tidak Pernah

B. PEMERIKSAAN INTRAORAL (diisi oleh operator)

Gigi geligi lengkap sampai M2 : Rahang Atas Ya / Tidak

Rahang Bawah Ya / Tidak

Relasi M1 : Klas I / Klas II / Klas III

Karies Proksimal : Ada / Tidak Ada

Tambalan Proksimal : Ada / Tidak Ada

Memakai gigi tiruan (Lepasan/Cekat) : Ada / Tidak Ada

Crowded/malposisi gigi yang berat : Ada / Tidak Ada


(66)

Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama :

Nim :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

No. Hp :

Menyatakan bersedia dan tanpa paksaan untuk ikut turut serta dalam penelitian yang berjudul ”Hubungan Lebar Mesiodistal Gigi dengan Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutromelayu” dan tidak akan menyatakan keberatan maupun tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.

Medan,

Pembuat pernyataan


(1)

Lampiran 11

Uji Korelasi pada Hasil Pengukuran Lebar Mesiodistal Gigi Mahasiswa FKG

USU Ras Deutromelayu dengan Hasil Pengukuran Derajat Kecembungan

Profil Jaringan Lunak Wajah secara Fotometri Lateral dan

Sefalometri Lateral.

Laki-Laki

No.

Sampel

Lebar

Mesiodistal

Gigi

(mm)

Derajat

Kecembungan

Profil Jaringan

Lunak Wajah

secara Fotometri

Lateral

Derajat

Kecembungan

Profil Jaringan

Lunak Wajah

secara Sefalometri

Lateral

1

Sampel 1

223,54

163

0

162

0

2

Sampel 2

207,85

159

0

160,5

0

3

Sampel 3

218,96

164,5

0

163,5

0

4

Sampel 4

222,41

166,5

0

163,5

0

5

Sampel 5

225,76

168

0

166

0

6

Sampel 6

217,53

165,5

0

168,5

0

7

Sampel 7

225,71

166

0

165

0

8

Sampel 8

230,91

163,5

0

162

0

9

Sampel 9

224,68

157

0

158

0

10

Sampel 10

220,33

163,5

0

161,5

0

11

Sampel 11

233,48

164

0

166

0

12

Sampel 12

236,14

162

0

164

0

13

Sampel 13

227,44

161

0

162

0

14

Sampel 14

198,13

163

0

159,5

0

15

Sampel 15

219,19

167

0

164,5

0

16

Sampel 16

227,54

164

0

162,5

0

17

Sampel 17

228,65

159

0

157

0

18

Sampel 18

221,07

167

0

169,5

0


(2)

Perempuan

No.

Sampel

Lebar

Mesiodistal

Gigi

(mm)

Derajat

Kecembungan

Profil Jaringan

Lunak Wajah

secara Fotometri

Lateral

Derajat

Kecembungan

Profil Jaringan

Lunak Wajah

secara Sefalometri

Lateral

19

Sampel 19

222,95

164

0

166

0

20

Sampel 20

222,30

164

0

160

0

21

Sampel 21

194,61

163

0

161

0

22

Sampel 22

211,19

170

0

171

0

23

Sampel 23

209,74

169

0

168

0

24

Sampel 24

213,18

163

0

160

0

25

Sampel 25

212,20

172

0

168,5

0

26

Sampel 26

191,82

160

0

157,5

0

27

Sampel 27

237,64

172

0

173,5

0

28

Sampel 28

224,91

171

0

168

0

29

Sampel 29

217,01

164

0

160,5

0

30

Sampel 30

212,95

165

0

158

0

31

Sampel 31

212,46

167

0

167,5

0

32

Sampel 32

225,25

166

0

167

0

33

Sampel 33

224,37

163

0

160

0

34

Sampel 34

225,27

163

0

161

0

35

Sampel 35

227,70

163

0

160

0

36

Sampel 36

221,30

168

0

168

0

37

Sampel 37

211,24

168

0

168

0

38

Sampel 38

214,94

164

0

167,5

0

39

Sampel 39

222,30

174

0

171

0

40

Sampel 40

220,08

162

0

161,5

0


(3)

Lampiran 12

Uji Korelasi pada Hasil Pengukuran Lebar Mesiodistal Gigi Mahasiswa FKG

USU Ras Deutromelayu dengan Hasil Pengukuran Derajat Kecembungan

Profil Jaringan Lunak Wajah secara Fotometri Lateral.

Laki-Laki

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Lebar Mesiodistal Gigi 222.7698 .50628 40

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah

secara Fotometri Lateral 164.000 .2131 40

Correlations

Lebar Mesiodistal Gigi

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara

Fotometri Lateral Lebar Mesiodistal

Gigi Pearson Correlation 1 ,438

Sig. (2-tailed) ,836

N 40 40

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara Fotometri Lateral

Pearson Correlation ,48 1

Sig. (2-tailed) ,836

N 40 40

Perempuan

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Lebar Mesiodistal Gigi 206.6598 .70928 40

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah


(4)

Correlations

Lebar Mesiodistal Gigi

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara

Fotometri Lateral Lebar Mesiodistal

Gigi Pearson Correlation 1 ,42

Sig. (2-tailed) ,646

N 40 40

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara Fotometri Lateral

Pearson Correlation ,42 1

Sig. (2-tailed) ,646


(5)

Lampiran 13

Uji Korelasi pada Hasil Pengukuran Lebar Mesiodistal Gigi Mahasiswa FKG

USU Ras Deutromelayu dengan Hasil Pengukuran Derajat Kecembungan

Profil Jaringan Lunak Wajah secara Sefalometri Lateral.

Laki-Laki

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Lebar Mesiodistal Gigi 222.7698 .50628 40

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah

secara Sefalometri Lateral 161.944 .2434 40

Correlations

Lebar Mesiodistal Gigi

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara

Sefalometri Lateral Lebar Mesiodistal

Gigi Pearson Correlation 1 ,57

Sig. (2-tailed) ,729

N 40 40

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara Sefalometri Lateral

Pearson Correlation ,57 1

Sig. (2-tailed) ,729

N 40 40

Perempuan

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Lebar Mesiodistal Gigi 206.6598 .70928 40

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah


(6)

Correlations

Lebar Mesiodistal Gigi

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara

Sefalometri Lateral Lebar Mesiodistal

Gigi Pearson Correlation 1 ,46

Sig. (2-tailed) ,609

N 40 40

Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara Sefalometri Lateral

Pearson Correlation ,46 1

Sig. (2-tailed) ,609


Dokumen yang terkait

Hubungan Lebar Mesiodistal Gigi dengan kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto dengan Deutromelayu

3 95 57

Hubungan Sudut Interinsial dengan Jaringan Lunak Wajah Berdasarkan Analisis Steiner pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutro Melayu

2 55 61

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

3 18 64

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

2 9 64

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 13

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 2

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 5

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Lebar Mesiodistal Gigi dengan kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto dengan Deutromelayu

0 0 12

HUBUNGAN LEBAR MESIODISTAL GIGI DENGAN KECEMBUNGAN PROFIL JARINGAN LUNAK WAJAH PADA MAHASISWA FKG USU RAS CAMPURAN PROTO DENGAN DEUTROMELAYU

0 0 15