Mengitung Manfaat dan Biaya dalam Rupiah

8.2. Mengitung Manfaat dan Biaya dalam Rupiah

Dalam hal ini yang dilakukan adalah menghitung nilai dari manfaat proyek tersebut secara tidak langsung. Misalnya pemerintah membangun Puskesmas untuk tiap kecamatan atau pendidikan gratis pada sekolah-sekolah. Cara yang tepat untuk menghitungnya ialah melihat dampak tidak langsung dari terlaksananya proyek tersebut. Dengan adanya Puskesmas masyarakat sakit bisa sehat kembali dan dapat bekerja untuk memperoleh penghasilan serta pendidikan yang diperoleh dapat diterapkan kembali apa yang telah diperoleh pada masyarakat.

Perhitungan manfaat dan biaya dari pembangunan biaya dari pemerintah tidak semuanya dapat dihitung dengan hasil yang akurat walaupun perhitungan dalam proses pembangunan proyek tersebut menggunankan analisis kuantitatif, proyek-proyek pemerintah telah dievalusi oleh para ekonom menggunakan metode perhitungan kuantitatif. Namun ketika diterapkan, pemerintahan banyak mengalami perubahan dikarenakan masyarakat bersifat fleksibelitas. Misalnya dalam pembangunan dam air yang akan menimbulkan pro dan kontra terhadap pembangunan proyek dam air sehingga dibutuhkan biaya lebih.

Proses yang pembangunan yang fleksibel pada masyarakat membuat pemerintah kesulitan dan ketika pembangunan telah selesai proyek tersebut juga akan menimbulkan dampak yang tak langsung yang tidak diperhitungkan. Jika berdampak positif maka pemerintah berhasil tetpi jika tidak sesuai dengan perencanaan, pemerintah harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menanggulangi efek negatif yang ditimbulkan.

Dapat disimpulkan penghitungan analisis biaya dan manfaat dengan metode kuantitatif kurang mampu menghitung berapa nominal rupiah yang diperlukan untuk suatu proyek tersebut dikarenakan pemerintah menghadapi masalah yang fleksibel ketika di lapangan, dimulai dari perencanan, tahap pembangunan, hingga dampak yang ditimbulkan akibat proyek tersebut tidak dapat di analisis secara pasti karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat.

8.3. Perbedaan Analisis Manfaat dan Biaya dengan Biaya Proyek Pemerintahan Pada analisis manfaaat dan biaya proyek pada swasta manfaat umum yang diukur dengan cara mengalikan jumlah barang yang dihasilkan dengan perkiraan harga barang. Biaya yang diperhitungkan adalah semua biaya yang langsung digunakan dalam proyek tersebut berdasarkan harga pembelianya. Ketika tidak terdapat persaingan sempurna yang dilakukan ialah menyesuaikan harga sumber ekonomi dengan menggunakan harga bayangan (Shadow Prices).

Jadi dalam menghitung biaya dan manfaat kita hanya menghitung manfaat dan biaya yang mencerminkan nilai oportunis dari proyek tersebut. Faktor penyebabnya tidak terdapat harga sebagaimana yang terdapat pada persaingan sempurna dan hal tersebut disebabkan oleh adanya pajak, pengangguran, dan adanya surplus konsumen. Berikut dijelaskan penyebab berubahnya harga:

Ketika suatu proyek pemerintah yang menggunakan faktor-faktor produksi yang dibeli pada pasar persaingan tidak sempurna menjadikan harga–harga faktor produksi tersebut lebih tinggi dari biaya marginalnya. Harga input yang dihitung dalam evaluasi suatu proyek pemerintah ialah harga monopoli yang mencerminkan nilai barang atau input bagi konsumen, sedangkan biaya produksi marginal menunjukan tambahan biaya karena tambahan output. Jadi jika dampak penggunaan input di pasar untuk proyek pemerintah yaitu dengan kombinasi kedua dampak yang menggunakan bobot antara harga pasar dan biaya produk marginal.

Dana yang terbatas menjadikan kurang optimalnya pembanguan proyek tersebut karena harga marginal telah berubah pada persaingan tidak sempurna. Pemerintah harus menyiapkan dan tambahan untuk membangun sebuah proyek, biaya yang dikeluarkan menjadi bertambah besar akibat harga dari bahan pembanguan proyek telah berubah pada harga pasar yang berubah-ubah.

Hal tersebut bukan diakibatkan oleh faktor dari produsen saja, harga barang yang berubah dari harga marginalnya dipengruhi pula oleh pemerintah berupa pajak yang diterapkan di perusahaan sehingga produsen harus menambahkan biaya akibat pengenaan Hal tersebut bukan diakibatkan oleh faktor dari produsen saja, harga barang yang berubah dari harga marginalnya dipengruhi pula oleh pemerintah berupa pajak yang diterapkan di perusahaan sehingga produsen harus menambahkan biaya akibat pengenaan

Dalam proses pembangunan yang berlangsung tidak hanya dari segi bahan produksi yang menjadikan bertambahnya biaya pembangunan akan tetapi perizinan yang harus dilakukan juga mengeluarkan biaya yang besar. Efek ini merupakan efek kelembagaan yang dimana untuk proses pembangunan diperlukan melalui beberapa lembaga untuk mendukung terlaksananya proyek tersebut.

Dalam tahap pembagunan suatu proyek mungkin menggunakan tenaga kerja yang sedang menganggur yang tak dikehendaki (involuntary unemployed). Karena penggunaan tenaga kerja yang sedang menganggur ini menyebabkan berkurang produksi barang dan jasa, sehingga upah yang mereka terima tidak mencerminkan biaya oportunitas penggunaan tenaga kerja yang nilainya lebih rendah daripada upah pada pengangguran yang tidak dikehendaki.

Terdapat dua masalah dalam menghitung upah pengangguran yang tak dikehendaki yaitu: Pemerintah melaksanakan kebijakan stabilisasi, dimana biaya tenaga kerja yang dipakai dalam evaluasi proyek tersebut adalah upah yang berlaku di pasar atau jika tenaga kerja yang dipakai ialah tenaga kerja menganggur yang tak di kehendaki maka dalam evaluasi proyek adalah deberikan upah bayangan.

Biaya tenaga kerja seperti ini karena tidak adanya suatu konsensus mengenai cara menghitung biaya sosial tenaga kerja. Dalam banyak evaluasi proyek, perhitungan biaya tenaga kerja dengan cara menggunakan harga yang berlaku atau harga sebenarnya.

Pembangunan yang diharapkan pemerintah ialah yang memiliki dampak positif pada masyarakat sehingga dapat menaikan kesejahteraan masyarakat dengan adanya fasilitas yang di bangun oleh pemeritah. Kesejahteraan tersebut dapat diukur apabila orang yang melakukan evaluasi proyek tersebut mampu menghitung bentuk kurva permintaan denga tepat. Untuk proyek-proyek besar perubahan surplus konsumen merupakan ukuran yang paling tepat untuk mengukur perubahan kesejahteraan masyarakat yang tidak sekedar nilai total dari hasil suatu proyek. Oleh karena itu, pada proyek yang skalanya besar evaluasi manfaat proyek tersebut harus dilakukan dengan mengukur surplus konsumen pula.

Dalam perencanaan pembangunan pemerintah akan memprediksi akan selesai pada masa mendatang menggunakan tingakt bunga yang merupakan suatu hal sangat penting karena pelaksanaan suatu proyek tergantung dari tingkat bunga mana yang akan menentukan berapakah nilai dari proyek tersebut ketika di masa mendatang telah selasai.

Para ahli ekonomi menggunakan tingkat bunga atau diskonto sosial (social discount rate) yang mereka perkirakan dengan mempertimbangkan resiko pajak dan tingkat inflasi yang akan terjadi selama pembangunan proyek tersebut atau ketika proyek tersebut telah selesai.

Menurut Arrow, “Ketika pemerintah melaksanakan berbagai proyek, maka secara keseluruhan proyek-proyek pemerintah tidak mempunyai resiko ini disebabkan karena kegagalan proyek yang satu akan diimbangi oleh keberhasilan dalam proyek yang lain, faktor resiko yang harus dimasukkan dalam perhitungan tingkat diskonto”. Cara lain yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan tingkat diskonto dengan memasukkan perbedaan rata-rata resiko antara proyek pemerintah dan proyek swasta, misalnya dengan menambahkan perbedaan dan rata-rata resiko pada tingkat diskonto yang dipakai.

Tingkat diskonto yang diumumkan atau yang dikenakan pada badan-badan perbankan adalah tingkat diskonto nominal. Analisis manfaat dan biaya dilakukan dengan menggunakan tingkat bunga konstan sehingga tingkat diskonto yang digunakan haruslah tingkat diskonoto nyata, yaitu tingkat diskonto nominal dikurangi tingkat inflasi.

9. Keuntungan dan Kelemahan Analisis Manfaat dan Biaya KEUNTUNGAN

KELEMAHAN

Ø Penggunaan sumber-sumber Ø Kurang fleksibel ketika diterapkan di ekonomi lebih efisien

masyarakat

Ø Penggunaan dana proyek dapat Ø Dampak tidak langsung tidak dapat diawasi oleh pemerintah

dianalisis secara tepat Ø Masih banyak faktor yang mempengaruhi dan dapat menimbulkan bertambahnya biaya

Keuntungan dari penggunaan analisis biaya dan manfaat dalam penentuan program pemerintah adalah terjaminya penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efisien, sebab program-program pemerintah dievaluasi dengan memperhitungkan keadaan perekonomian sehingga dapat menigkatkan penggunaan faktor-faktor produksi.

Efisiensi juga terjamin karena sumber-sumber ekonomi yang digunakan dalam proyek-proyek pemerintah paling tidak sama pada efisiensinya dengan penggunaan sumber- sumber tersebut oleh sektor swasta. Penggunaan analisis manfaat dan biaya terutama adalah untuk menigkatkan efisiensi penggunaan sumber-sumber ekonomi sehingga tercapai Efisiensi juga terjamin karena sumber-sumber ekonomi yang digunakan dalam proyek-proyek pemerintah paling tidak sama pada efisiensinya dengan penggunaan sumber- sumber tersebut oleh sektor swasta. Penggunaan analisis manfaat dan biaya terutama adalah untuk menigkatkan efisiensi penggunaan sumber-sumber ekonomi sehingga tercapai

Kelemahan analisis manfaat dan biaya adalah untuk evaluasi proyek-proyek pemerintah adalah karena analisis ini membutuhkan perhitungan manfaat secara kuantitatif, sedangkan banyak proyek pemerintah yang dapat diukur manfaatnya secara kuantitatif. Hal ini menyebabkan suatu proyek yang sangat menguntungkan bagi masyarakat mungkin saja tidak terpilih oleh karena tidak semua manfaatnya dapat diukur secara kuantitatif, sedangkan proyek lain yang kurang menguntungkan akan dipilih karena manfaatnya yang dapat diukur secara kuantitatif lebih besar dari pada proyek pertama.

Kelemahan lain dari analisis manfaat dan biaya adalah karena semua perhitungan manfaat dan biaya dilakukan secara kuantitatif, maka analisis ini tidak mempunyai fleksibilitas sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat terkesan masih jauh untuk menigkatkan kesejahteraan dan produktifitas.

10. Studi Kasus Analisis Manfaat dan Biaya: Jokowi-Proyek MRT Diputus 2 Hari Lagi Selasa, 18 Desember 2012 | 17:34

Dijadwalkan pertemuan dengan Menko Ekonomi untuk memutuskan skema

investasi dan subsidi. Pemerintah pusat diharapkan akan mengeluarkan keputusan tentang mega proyek Mass Rapid Transit dalam dua hari ini. Keputusan yang dibuat akan dikaitkan dengan subsidi dan investasi untuk angkutan moda berkapasitas besar itu.

Gubenur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, pihaknya akan melakukan rapat dengan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa untuk membahas finalisasi MRT. Pertemuan ini merupakan rangkaian perundingan dalam mengambil keputusan terkait skema investasi dan juga subsidi.

”Dua hari lagi bertemu, tinggal keputusan terakhir. Ini mengenai sharing investasi, kita pokoknya minta agar Pak Menko bisa memberikan jalan keluarnya,” ujarnya kepada wartawan di Pangkalan Undara Halim Perdanakusumah, hari ini.

Di tempat yang sama, Hatta mengakui, dalam waktu dua hari ini akan ada keputusan soal MRT keluar dari kementeriannya. Kementerian Koordinator Perekonomian dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan sama-sama mencari solusi terbaik untuk proyek ini.

Yang Hatta tekankan adalah bagaimana subsidi bisa dimanfaatkan untuk harga tiket agar terjangkau oleh masyarakat. ”Ini persoalan bagaimana subsidi bisa diberikan untuk per tiketnya agar tidak membebankan masyarakat dan tidak membebani DKI. Ini perlu kita lihat bagaimana struktur yang pas,” ujarnya.

Penulis: Arientha Primanita/ Ratna Nuraini

Analisa Biaya dan Manfaat Proyek MRT

Ø Analisis Segi Positif Manfaat dan Biaya MRT MRT merupakan salah satu solusi untuk memecah kepadatan arus Transportasi di Jakarta

yang menimbulkan kemacetan, MRT dinilai akan dapat menghindari stagnasi kendaraan di jalan raya akibat pertumbuhan kendaraan pribadi yang meningkat tajam, sementara transportasi umum belum memadai angkutan dalam kota saat ini di Jakarta masih belum memadai.

Disamping itu, MRT juga memberikan kontribusi dalam meningkatkan kapasitas transportasi publick. Kapasitas angkut MRT (Lebak Bulus ke Bundaran HI) diharapkan mencapai sekitar 412 ribu penumpang per hari. Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberi dampak positif lainnya bagi Jakarta dan warganya, antara lain:

ü Penciptaan lapangan kerja: selama periode konstruksi, proyek MRT Jakarta diharapkan dapat menciptakan sekitar 48.000 pekerjaan baru ü Penurunan waktu tempuh dan meningkatkan monilitas: waktu tempuh antara Lebak Bulus sampai Bundaran HI diharapkan turun dari 1-2 jam pada jam-jam sibuk menjadi 30 menit. Penurunan waktu tempuh ini akan meningkatkan mobilitas warga Jakarta. Meningkatnya mobilitas warga kota ini memberikan dampak kepada peningkatan dan pertumbuhan ekonomi kota, dan meningkatkan kualitas hidup warga kota

ü Dampak lingkungan: 0,7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93,663 ton per tahun akan dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Ptogram for Jakarta MRT System 2005), sehingga Jakarta dapat mengurangi polusi dan transportasi

ü Transit-Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai pendorong untuk merestorisasj tata ruang kota. Integrasi transit-urban diharapkan dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi pada area sekitar stasiun, sehingga dapat berdampak langsung kepada jumlah penumpang MRT Jakarta.

Akan tetapi, transportasi modern tersebut memiliki harga yang cukup tinggi sehingga pemerintah harus mengupayakan dana dari Jepang, yaitu Japan Cooperation Agency (Badan Kerjasama Internasional Jepang). Setoran modal dari Pmeprov DKI sebesar 42% dari total pinjaman dari JICA, dan pinjaman pemerintah pusat 58% dari total pinjaman yang diteruskan ke Pemprov DKI, lalu oleh Pemprov DKI ke PT. MRT. Total dana yang dibutuhkan untuk Akan tetapi, transportasi modern tersebut memiliki harga yang cukup tinggi sehingga pemerintah harus mengupayakan dana dari Jepang, yaitu Japan Cooperation Agency (Badan Kerjasama Internasional Jepang). Setoran modal dari Pmeprov DKI sebesar 42% dari total pinjaman dari JICA, dan pinjaman pemerintah pusat 58% dari total pinjaman yang diteruskan ke Pemprov DKI, lalu oleh Pemprov DKI ke PT. MRT. Total dana yang dibutuhkan untuk

Dampaknya tiket MRT dapat mencapai Rp.38.000 sungguh nilai yang cukup tinggi. Pemerintah akan mengambil kebijkan dengan memberikan subsidi pada tiket MRT dengan target Rp.10.000 untuk harga tiket MRT supaya transportasi tersebut menjadi efisien bagi penduduk kota Jakarta.

Akan tetapi terdapat pula imbas negatif terhadap pembangunan MRT di kota Jakarta, yaitu: Pertama, akan menimbulkan kemacetan baru di sepanjang jalan di bawah rel kereta api. Medan jalan itu akan diambil untuk meletakkan tiang-tiang rel dan stasiun. Akses keluar- masuk ke gang-gang di sepanjang jalan Fatmawati–Sisingamangaraja pasti akan terganggu. Apalagi sampai sekarang juga belum jelas analisis dampak lalu lintasnya baik selama maupun setelah pembangunan selesai. Kedua , akan mematikan bisnis di kawasan Fatmawati yang sudah mulai hidup sejak 20 tahun terakhir. Jangan lupa, untuk memulai bisnis di kawasan itu adalah pengorbanan individu per individu dengan memulai usaha bisnis pada saat kawasan tersebut masih sepi, bukan karena usaha Pemerintah Pusat/Pemprov DKI Jakarta sengaja membuka kawasan bisnis di sana. Kawasan bisnis di Fatmawati itu sekarang telah mampu memecah beban pergerakan ke arah kota sekedar untuk belanja barang-barang elektronik atau karpet. Dengan adanya kawasan bisnis yang tumbuh subur di sepanjang Jalan Fatmawati itu secara otomatis dapat mengurangi beban pergerakan ke arah kota. Bila kawasan bisnis sampai hancur karena pembangunan MRT, maka pembangunan MRT sesungguhnya hanya melahirkan persoalan baru, karena akan mendorong orang-orang dari kawasan Jakarta Selatan harus pergi ke Kota (Glodok) lagi sekedar untuk belanja barang-barang elektronik dan sejenisnya. Akhirnya, akan lebih banyak kendaraan pribadi mengarah ke Kota. Mubazirlah pembangunan MRT tersebut karena justru melahirkan kemacetan baru. Ketiga, menciptakan kekumuhan baru di sepanjang bawah rel MRT. Kekawatiran ini wajar mengingat sudah banyak bukti yang dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Kebetulan belum ada bukti di mana ada kondisi bawah jembatan layang maupun rel kereta api listrik di Jakarta ini rapi, bersih, dan tertib. Yang ada justru kekumuhan baru karena menjadi tempat tinggal gelandangan.

"Jelas bahwa secara matematis, biaya pembuatan subway lebih mahal daripada MRT Layang, tapi kemahalannya itu hanya pada kontruksi, karena setelah operasional, usaha bisnis di sepanjang Fatmawati akan tetap hidup sehingga dapat mengurangi beban traffic ke arah

Kota, tidak menimbulkan angka pengangguran baru, dan juga tetap berkontribusi pada pertumbuhan perekonomian di Jakarta Selatan," kata Jokowi. Menurutnya pembangunan MRT secara melayang memang murah namun hanya dalam konteks konstruksi saja, namun amat mahal biaya ekonomi dan sosial yang harus dibayar oleh masyarakat seumur hidup. "Kalau subway, lebih mahal investasinya dan tarifnya, tapi dalam jangka tertentu investasi tersebut akan balik dan tarif bisa ditekan dengan mengembangkan properti di sekitar stasiun subway," katanya.

Seperti diketahui MRT Jakarta yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih ± 110,8 Km, meliputi dua koridor utama, yaitu koridor selatan-utara yang jadi prioritas. Sementara itu koridor timur-barat masih tahap kajian, dari timur Jakarta-Balaraja