Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Kemiskinan

6.20 Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Kemiskinan

Persepsi masyarakat miskin terhadap kemiskinan dilakukan analisis deskriptif, yang dibedakan terhadap dua permasalahan kemiskinan yaitu tentang (i) bantuan atau penanggulangan kemiskinan serta (ii) persepsi masyarakat miskin tentang kemiskinan itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 115 responden keluarga miskin di Kecamatan Kuta, maka dilakukan pengukuran yaitu mengenai persepsi masyarakat terhadap penanggulangan kemiskinan dengan membandingkan pernyataan responden yang bersifat positif terhadap pelaksanaan program dan Kemiskinan itu sendiri.

Hasil penelitian diperoleh yaitu bahwa persepsi masyarakat terhadap program penanggulangan kemiskinan dapat diterima positif, hal ini ditunjukkan dari hasil pendapat responden pada beberapa indikator menunjukan nilai > 56,52 persen, sedangkan terhadap upaya penanggulangan kemiskinan yang dianggap positif berdasarkan pilihan responden yang paling banyak adalah sebagai berikut : (i) kejujuran, keadilan, keikhlasan dan sifat gotong royong adalah hal yang

diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat merupakan pilihan responden yang paling besar yaitu sebesar 100 persen.

(ii) kepedulian dan tidak bersikap masa bodoh terhadap program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan sebesar 99,3 persen. (iii) mempunyai rasa percaya terhadap program penanggulangan kemiskinan sebesar 99,3 persen (iv) serta pengambilan keputusan dalam kegiatan rembug warga oleh masyarakat sebaiknya dilakukan dengan musyawarah mufakat sebesar 97,4 persen. Respon positif yang tinggi di Kecamatan Kuta menunjukkan bahwa program berimplikasi dapat meningkatkan kesejahteraan responden.dari rumah tangga miskin tersebut, dimana pola pikir dan penilaian masyarakat inilah yang diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan dimana tanpa partisipasi dan keterlibatan pelaku-pelaku sosial tersebut/ masyarakat tentunya tidak akan terjadi penurunan angka kemiskinan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dalle Daniel Sulekale (2003), bahwa pengentasan kemiskinan yang tidak berbasis komunitas dan keluarga miskin itu sendiri akan sulit berhasil sehingga hal-hal tersebut harus (ii) kepedulian dan tidak bersikap masa bodoh terhadap program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan sebesar 99,3 persen. (iii) mempunyai rasa percaya terhadap program penanggulangan kemiskinan sebesar 99,3 persen (iv) serta pengambilan keputusan dalam kegiatan rembug warga oleh masyarakat sebaiknya dilakukan dengan musyawarah mufakat sebesar 97,4 persen. Respon positif yang tinggi di Kecamatan Kuta menunjukkan bahwa program berimplikasi dapat meningkatkan kesejahteraan responden.dari rumah tangga miskin tersebut, dimana pola pikir dan penilaian masyarakat inilah yang diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan dimana tanpa partisipasi dan keterlibatan pelaku-pelaku sosial tersebut/ masyarakat tentunya tidak akan terjadi penurunan angka kemiskinan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dalle Daniel Sulekale (2003), bahwa pengentasan kemiskinan yang tidak berbasis komunitas dan keluarga miskin itu sendiri akan sulit berhasil sehingga hal-hal tersebut harus

Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan yang terdapat di Kecamatan Kuta, maka dari hasil penelitian terhadap 115 responden rumah tangga miskin, diketahui bahwa hasil pendapat responden tersebut sebagian besar masyarakat ( >50 %) menyatakan setuju bahwa kemiskinan tersebut terkait dengan pendidikan yang kurang yaitu sebesar 93,91 persen.

Peningkatan ekonomi sebaiknya disertai juga dengan kesadaran pentingnya pendidikan dimana pendidikan juga merupakan hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik karena dengan pendidikan yang rendah akan menyebabkan kualitas sumber daya manusia menjadi rendah yang pada akhirnya produktivitasnya juga rendah.

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Tisnawati (2010) bahwa pendidikan dan kesehatan yang baik akan mampu meningkatkan kemampuan kaum miskin untuk menghadapi perubahan dalam lingkungan mereka dan juga memungkinkan mereka berganti pekerjaan guna perlindungan terhadap penurunan ekonomi dan finansial serta Andreas Muller (2002), menyatakan bahwa status pendidikan yang rendah juga menunjukkan kurangnya sumber daya material dan keadaan hidup lainnya yang merugikan mengarah pada miskin kesehatan dan kematian yang lebih besar.

Faktor penyebab kemiskinan yang lainnya di Kecamatan Kuta yaitu disebabkan oleh tindakan sendiri sebesar 80 persen, hal ini menunjukkan bahwa responden di Kecamatan Kuta menyadari bahwa apa yang terjadi pada dirinya Faktor penyebab kemiskinan yang lainnya di Kecamatan Kuta yaitu disebabkan oleh tindakan sendiri sebesar 80 persen, hal ini menunjukkan bahwa responden di Kecamatan Kuta menyadari bahwa apa yang terjadi pada dirinya

Faktor penyebab kemiskinan ditentukan pemerintah mendapat respon sebesar 59,13 persen. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun secara ekonomi wilayah Kecamatan Kuta menunjukkan peningkatan dan kemajuan ekonomi yang berpengaruh juga terhadap perilaku sosial (gaya hidup) masyarakatnya namun pemerintah belum dapat meningkatkan status sosial masyarakat yang memiliki keterbatasan sumber daya dengan menciptakan peluang usaha (padat karya) bagi masyarakat miskin.

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya (A.A. Mas Bagiawati, 2011) bahwa faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kelurahan Ubud Kabupaten Gianyar antara lain yaitu kemiskinan akibat kerentanan umur, akibat pendidikan yang kurang serta akibat tindakan sendiri.

Sedangkan faktor-faktor yang berperan dalam menghapus rumah tangga miskin di Kecamatan Kuta, berdasarkan jawaban 115 responden maka mayoritas persepsi responden ( > 50 %), yaitu kemiskinan hanya dapat dihapus oleh tindakan diri sendiri sebesar 86,09 persen, kemiskinan hanya dapat dihapus oleh pemerintah dan lingkungan sebesar 65,22 persen, hal ini menunjukkan bahwa responden mempunyai keinginan yang kuat dari dalam diri sendiri untuk merubah hidupnya

Sedangkan pernyataan kemiskinan hanya dapat dihapus oleh nasib mendapatkan respon yang negatif dari para responden sebesar 54,78 persen hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan yang dialami oleh responden di Kecamatan Kuta hanya dapat dihapus oleh usaha dari mereka sendiri dan terkait perempuan yang tidak memperoleh hak sebesar 58,26 persen, berarti sudah terdapat kesetaraan gender di Kecamatan Kuta.

Respon negatif terkait hak perempuan tersebut, mendukung apa yang dikemukakan Sheldon Danziger etc (2002), bahwa dalam program kesejahteraan untuk memecahkan sebagian masalah keluarga dalam program kesejahteraan yaitu dengan memberikan rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan untuk mengatur respon kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap kemiskinan dalam rumah tangga yaitu melibatkan perempuan untuk membantu menghapus kemiskinan keluarga.

Berdasarkan pada tanggapan responden terhadap faktor-faktor penyebab kemiskinan di Kecamatan Kuta maka perlu mendapat perhatian yaitu para lansia yang kurang memperoleh hak, bila dikaitkan dengan kemiskinan yang beranjak dari pendekatan berbasis hak, yang mengakui bahwa masyarakat miskin baik laki- laki maupun perempuan mempunyai hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya termasuk dalam hal pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masyarakat miskin sesuai situasi dan kondisi yang dialaminya sudah merasa cukup bahagia dengan keadaannya saat ini sebesar 82,61 persen, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat miskin di Kecamatan Kuta sudah merasa kecukupan dan tidak merasa kekurangan Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masyarakat miskin sesuai situasi dan kondisi yang dialaminya sudah merasa cukup bahagia dengan keadaannya saat ini sebesar 82,61 persen, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat miskin di Kecamatan Kuta sudah merasa kecukupan dan tidak merasa kekurangan

Respon positif dari responden terkait dengan kemiskinan hanya bisa dihapus oleh tindakan diri sendiri, merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan terutama usaha dan upaya mereka untuk memenuhi kebutuhannya dan terbebas dari lingkaran kemiskinan Ragnar Nurkse.