Persepsi Masyarakat Terhadap Kemiskinan

5.5 Persepsi Masyarakat Terhadap Kemiskinan

Persepsi masyarakat miskin terhadap kemiskinan dibedakan menjadi 2 hal yaitu persepsinya terhadap program penanggulangan kemiskinan dan terhadap faktor penyebab kemiskinan. Persepsi responden terhadap program penanggulangan kemiskinan mendapat respon positif dilihat dari indikator yaitu adanya kejujuran, keadilan, keikhlasan dan sifat gotong royong; sangat peduli dan tidak bersikap masa bodoh terhadap program serta mempunyai rasa percaya terhadap program, masing- masing mendapat respon positif sebesar 100 persen dan 99,13 persen, sedangkan indikator malu dan minder menerima bantuan dalam Persepsi masyarakat miskin terhadap kemiskinan dibedakan menjadi 2 hal yaitu persepsinya terhadap program penanggulangan kemiskinan dan terhadap faktor penyebab kemiskinan. Persepsi responden terhadap program penanggulangan kemiskinan mendapat respon positif dilihat dari indikator yaitu adanya kejujuran, keadilan, keikhlasan dan sifat gotong royong; sangat peduli dan tidak bersikap masa bodoh terhadap program serta mempunyai rasa percaya terhadap program, masing- masing mendapat respon positif sebesar 100 persen dan 99,13 persen, sedangkan indikator malu dan minder menerima bantuan dalam

Tabel 5.8 Persepsi Reponden Terhadap Penanggulangan Kemiskinan

Jumlah Jawaban Responden No

% Orang % Persepsi Terhadap Penanggulangan Kemiskinan

Orang

1 Kejujuran, keadilan, keikhlasan dan sifat gotong royong adalah hal yang sangat diperlukan dalam

100 - kehidupan bermasyarakat. 2 Sangat Peduli dan tidak bersikap masa bodoh terhadap program penanggulangan kemiskinan

99,13 1 0,87 yang dilaksanakan 3 Mempunyai rasa percaya terhadap program

99,13 1 0,87 penanggulangan kemiskinan

4 Malu dan minder menerima bantuan dalam 65 56,52

50 43,48 program penanggulangan kemiskinan.

dilakukan juga oleh masyarakat secara swadaya,

93,92 7 6,09 pemerintah dan kelompok peduli. 6 Belum merasa puas dengan pendapatan yang

93 80,87 14 12,17 selama ini didapatkan

7 Turut serta dalam menanggulangi kemiskinan di

88,69 13 11,30 wilayahnya.

8 Pengambilan keputusan dalam kegiatan rembug warga oleh masyarakat sebaiknya dilakukan

97,4 3 2,61 dengan musyawarah mufakat. 9 Masyarakat seharusnya bersikap kritis terhadap pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di

91,31 10 8,7 wilayahnya. Sumber : Hasil Penelitian, 2011(data diolah)

Sedangkan hasil pengukuran persepsi masyarakat tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan itu sendiri, maka dari penelitian terhadap 115 responden rumah tangga miskin yang terdapat di Kecamatan Kuta diperoleh respon positif terhadap indikator kemiskinan terkait dengan pendidikan yang kurang sebesar 93,91 persen dan kemiskinan hanya dapat dihapus oleh tindakan sendiri sebesar

86,09 persen, sedangkan respon negatif responden sebesar 58,26 persen terhadap indikator kemiskinan terkait dengan perempuan yang kurang memperoleh hak dan sebesar 56,52 persen kemiskinan terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana tampak pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Persepsi Reponden Terhadap Kemiskinan

Jumlah Jawaban Responden No

% Orang % Persepsi Terhadap Kemiskinan

Orang

1 Kemiskinan ditentukan oleh nasib 58 50,43 57 49,56 2 Kemiskinan ditentukan oleh tindakan sendiri

92 80,00 23 20,00 3 Kemiskinan ditentukan oleh lingkungan

56 48,70 59 51,31 4 Kemiskinan ditentukan oleh Pemerintah

68 59,13 47 40,87 5 Kemiskinan hanya dapat dihapus oleh nasib

52 45,22 63 54,78 6 Kemiskinan hanya dapat dihapus oleh tindakan

99 86,09 16 13,91 diri sendiri

75 65,22 40 34,78 lingkungan

7 Kemiskinan hanya

8 Kemiskinan hanya

9 Kemiskinan terkait dengan perempuan yang 48 41,74 67 58,26 kurang memperoleh hak

10 Kemiskinan terkait pendidikan yang kurang

93,91 7 6,09 11 Kemiskinan terkait dengan kekerasan dalam

50 43,48 65 56,52 rumah tangga

12 Kemiskinan terkait dengan kerentanan karena 73 63,47

42 36,52 umur

13 Kemiskinan terkait dengan keturunan 55 47,83 60 52,17 Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)

Dari berbagai persepsi masyarakat miskin tersebut, dilihat dari kondisi yang dialami yaitu miskin secara material sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan secara layak, bukan menjadi tolok ukur bahwa orang miskin tidak bahagia bahkan kadang kala sebagian besar masyarakat miskin merasa cukup bahagia dengan kondisi yang dialaminya. Untuk mengetahui seberapa jauh faktor kemiskinan yang dialami masyarakat miskin di Kecamatan Kuta dengan Kebahagiaan yang dialaminya, hasil penelitian terhadap

115 responden di Kecamatan Kuta bahwa sebanyak 95 orang (82,61%) responden menyatakan bahagia dengan keadaan saat ini dan respon negatif sebanyak 20 orang (17,39%).

Untuk mengetahui persepsi masyarakat miskin terhadap urut-urutan kegiatan yang diperlukan dalam penanggulangan rumah tangga miskin di Kecamatan Kuta, maka diketahui bahwa urutan tindakan yang diperlukan dalam menghapus kemiskinan adalah menunggu takdir menempati peringkat pertama pilihan responden sebesar 86,09 persen dan bantuan pemerintah menempati

peringkat terakhir pilihan responden yaitu sebesar 38,26 persen. Adapun rincian pernyataan responden tersebut adalah sebagaimana Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Persepsi Reponden Terhadap Urutan-urutan Tindakan Yang Diperlukan Dalam Menghapus Kemiskinan

Persentase Pilihan Urutan Kegiatan

Prioritas I Menunggu Takdir

Peringkat

I 86,09 Bantuan Masyarakat setempat

II 69,57 Kerja Keras

65,22 Bantuan Pengusaha

III

IV 52,17 Bantuan Pemerintah

V 38,26 Sumber : Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)

5.6 Hubungan Antar Variabel Guna lebih mempertajam analisis maka dilihat hubungan atau keterkaitan

antar beberapa variabel dengan analisis Chi Square.

5.6.1. Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Umur Responden Sebelum PNPM

Hasil perhitungan hubungan antara total pendapatan dengan umur responden sebelum PNPM dapat dijelaskan yaitu proporsi responden dengan kelompok umur diatas 50 tahun lebih banyak mempunyai pendapatan kurang dari

Rp. 759.999,- dibandingkan responden dengan kelompok umur dibawah 50 tahun. Hal ini diperjelas pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11

Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Umur

di Kecamatan Kuta, Sebelum Pelaksanaan PNPM

Pendapatan sebelum PNPM

Umur (tahun)

73.00 24.30 2.60 100.00 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah)

5.6.2 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Umur

Responden Sesudah PNPM

Hasil perhitungan hubungan antara total pendapatan dengan umur responden sesudah PNPM dapat dijelaskan yaitu responden yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp.1.026.666,- dan diatas Rp.1.026.667,- didominasi oleh kelompok umur diatas 50 tahun dengan proporsi sebesar 44,1 persen , sedangkan proporsi responden dengan kelompok umur dibawah 50 tahun yang mempunyai pendapatan diatas Rp.2.053.333,- hanya sebesar 16 persen. . Hal ini diperjelas pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Umur

di Kecamatan Kuta, Sesudah Pelaksanaan PNPM

Total Umur

Pendapatan sesudah PNPM

53.00 33.90 13.00 100.00 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah)

5.6.3 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Status Perkawinan Responden Sebelum PNPM

Hubungan antara variabel total pendapatan dengan status perkawinan sebelum PNPM bahwa responden dengan status kawin dan tidak kawin di Kecamatan Kuta dominan mempunyai pendapatan kurang dari Rp.759.999,-, dan hanya sebesar 2,7 persen responden dengan status kawin yang mempunyai pendapatan diatas Rp.1.520.000,-.Dari hasil perhitungan kelompok pendapatan rumah tangga miskin dan status perkawinan sebelum pelaksanaan PNPM tampak pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13 Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Status Perkawinan

di Kecamatan Kuta, Sebelum Pelaksanaan PNPM

Pendapatan sebelum PNPM Total

1.520.000 – Status

2.280.000 Tidak kawin

Sumber : Hasil Perhitungan Sta tistik (data diolah) .

5.6.4 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Status Perkawinan Sesudah PNPM

Hubungan antara total pendapatan dengan status perkawinan sesudah PNPM, dari hasil perhitungan dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan proporsi responden dengan status kawin maupun tidak kawin dalam hal peningkatan pendapatan namun tidak ada responden dengan status tidak kawin yang mempunyai pendapatan diatas Rp.2.053.333,- sedangkan proporsi responden dengan status kawin sebesar 13,50 persen mempunyai pendapatan diatas Rp. 2.053.333,-. Hal ini dapat diperjelas dalam Tabel 5.14.

Tabel 5.14 Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Status Perkawinan

di Kecamatan Kuta, Sesudah Pelaksanaan PNPM

Pendapatan sesudah PNPM Total

2.053.333 Tidak kawin

orang

50.00 50.00 0.00 100.00 Kawin

orang

Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah)

5.6.5 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jenis Kelamin Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan bahwa hubungan antara variabel total pendapatan dengan jenis kelamin sebelum PNPM yaitu proporsi responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan lebih banyak mempunyai pendapatan kurang dari Rp. 759.999,-. Uraian tersebut dapat diperjelas dalam Tabel 5.15.

Tabel 5.15 Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kuta, Sebelum Pelaksanaan PNPM

Pendapatan sebelum PNPM Total 760.000 – 1.520.000-

2.280.000 Jenis Kelamin

70.90 26.20 2.90 100.00 Perempuan orang

Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah) .

5.6.6 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jenis Kelamin Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hubungan antara variabel total pendapatan dengan jenis kelamin sesudah PNPM yaitu bahwa terjadi peningkatan proporsi responden dengan jenis kelamin laki- laki maupun perempuan terhadap peningkatan pendapatan, namun proporsi responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak mempunyai pendapatan diatas Rp.2.053.333,- Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hubungan antara variabel total pendapatan dengan jenis kelamin sesudah PNPM yaitu bahwa terjadi peningkatan proporsi responden dengan jenis kelamin laki- laki maupun perempuan terhadap peningkatan pendapatan, namun proporsi responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak mempunyai pendapatan diatas Rp.2.053.333,-

Tabel 5.16 Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kuta, Sesudah Pelaksanaan PNPM

Pendapatan sesudah PNPM Total

2.053.333 Jenis Kelamin

53.00 33.90 13.00 100.00 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah).

5.6.7 Hubungan

Pendapatan Dengan Pendidikan Sebelum PNPM

Hasil perhitungan hubungan antara variabel total pendapatan dengan pendidikan sebelum PNPM diketahui yaitu responden yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp. 759.999,- didominasi responden dengan pendidikan tidak tamat SD sebesar 100 persen sedangkan proporsi responden dengan pendidikan diatas SD bahkan SMA hanya sebesar 14,30 persen yang mempunyai pendapatan diatas Rp.1.520.000,-. Uraian tersebut dapat diperjelas dalam Tabel

Tabel 5.17 Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kuta, Sebelum Pelaksanaan PNPM

Pendapatan sebelum PNPM

2.280.000 Tidak tamat Pendidikan

73.00 24.30 2.60 100.00 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik(data diolah)

5.6.8. Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Tingkat Pendidikan Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hubungan antara variabel total pendapatan dengan tingkat pendidikan sesudah PNPM yaitu proporsi responden dengan pendidikan dibawah SD mempunyai pendapatan kurang dari Rp.1.026.666,- sebesar 85 persen dan terjadi peningkatan proporsi responden dengan pendidikan diatas SD yang mempunyai pendapatan diatas Rp.1.026.667,-. Uraian tersebut dapat diperjelas dalam Tabel 5.18.

Tabel 5.18 Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan

di Kecamatan Kuta, Sesudah Pelaksanaan PNPM

Pendapatan sesudah PNPM Total

2.053.333 Tidak tamat

Pendidikan SD

Sumber : Hasil Perhitungan Statistik(data diolah)

5.6.9 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jumlah Anggota Keluarga Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hubungan antara variabel total pendapatan dengan jumlah anggota keluarga sebelum PNPM yaitu proporsi responden dengan jumlah anggota keluarga kurang dari 5 orang lebih banyak mempunyai pendapatan kurang dari Rp.759.999,- dibandingkan dengan responden yang mempunyai jumlah anggota keluarga diatas 5 orang lebih banyak mempunyai pendapatan diatas Rp. 1.520.000,-. Uraian tersebut dapat diperjelas dalam Tabel 5.19.

Tabel 5.19

Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Jumlah Anggota Keluarga

di Kecamatan Kuta, Sebelum Pelaksanaan PNPM

Pendapatan sebelum PNPM Total

2.280.000 Jml Agt

73.00 24.30 2.60 100.00 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah)

5.6.10 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jumlah Anggota Keluarga Sesudah PNPM

Hasil perhitungan hubungan antara variabel total pendapatan dengan jumlah anggota keluarga sesudah PNPM diketahui responden yang memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari 5 orang maupun yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 orang mempunyai mempunyai pendapatan diatas Rp.1.026.667,-, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pendapatan yang diperoleh responden. Uraian tersebut dapat diperjelas dalam Tabel 5.20.

Tabel 5.20

Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Jumlah Anggota Keluarga

di Kecamatan Kuta, Sesudah Pelaksanaan PNPM

Pendapatan sesudah PNPM Total

>= 2.053.333 Jml Agt

<=5 keluarga orang orang

% 57.80 30.40 11.80 100.00 >5 orang orang

53.00 33.90 13.00 100.00 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah)

5.6.11. Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Umur Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan dapat dijelaskan hubungan antara total kesempatan kerja dengan umur responden sebelum PNPM bahwa responden yang berumur dibawah 50 tahun sebesar 57,1 persen mempunyai kesempatan kerja kurang dari 3 jam/kegiatan sedangkan proporsi responden dengan umur diatas 50 tahun lebih banyak mempunyai kesempatan kerja lebih dari 4 jam/kegiatan/bulan bahkan sebesar 29,4 persen responden lansia mempunyai kesempatan kerja diatas

8 jam/kegiatan.. Hal ini diperjelas pada Tabel 5.21.

Tabel 5.21 Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Umur

di Kecamatan Kuta, Sebelum Pelaksanaan PNPM

Total Umur (tahun)

Kesempatan Kerja sebelum PNPM

40.00 41.70 18.30 100.00 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah)

5.6.12 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Umur Sesudah PNPM

Hasil perhitungan hubungan antara total kesempatan kerja dengan umur sesudah PNPM dapat dijelaskan yaitu responden dengan kelompok umur dibawah

50 tahun mempunyai kesempatan kerja berkisar 5-8 jam/kegiatan sedangkan proporsi responden dengan kelompok umur diatas 50 tahun sebesar 29,4 persen mempunyai kesempatan kerja diatas 8 jam/kegiatan/bulan, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kesempatan kerja, sebagaimana diperjelas pada Tabel 5.22.

Tabel 5.22 Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Umur

di Kecamatan Kuta, Sesudah Pelaksanaan PNPM

Total Umur (tahun)

Kesempatan Kerja sesudah PNPM

Sumber : Hasil Perhitungan Statistik(data diolah)

5.6.13 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Tingkat Pendidikan Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hubungan antara variabel total kesempatan kerja dengan Tingkat Pendidikan sebelum PNPM yaitu didominasi responden dengan pendidikan tidak tamat SD dengan proporsi sebesar

65 persen mempunyai kesempatan kerja kurang dari 3 jam/kegiatan dan kesempatan kerja berkisar 4-8 jam/kegiatan lebih banyak dimiliki responden dengan pendidikan diatas SD. Uraian tersebut dapat diperjelas dalam Tabel 5.23.

Tabel 5.23 Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kuta, Sebelum Pelaksanaan PNPM

Kesempatan Kerja sebelum PNPM Total

>=9 jam Tidak Pendidikan tamat SD

Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah)

5.6.14 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Tingkat Pendidikan Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hubungan antara variabel total kesempatan kerja dengan Tingkat Pendidikan sesudah PNPM yaitu sebesar

45 persen responden dengan pendidikan dibawah SD dan sebesar 56,30 persen responden dengan pendidikan diatas SD memperoleh kesempatan kerja diatas 5 jam/kegiatan, maka terjadi peningkatan jumlah kesempatan kerja yang diperoleh responden. Uraian tersebut dapat diperjelas dalam Tabel 5.24.

Tabel 5.24 Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kuta, Sesudah Pelaksanaan PNPM

Kesempatan Kerja sesudah PNPM Total

>=9 jam Tidak Pendidikan tamat SD

Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah)

5.6.15 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Jenis Kelamin Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hubungan antara variabel total kesempatan kerja dengan jenis kelamin sebelum PNPM yaitu responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak mempunyai kesempatan kerja kurang dari 3 jam/kegiatan dibandingkan responden dengan jenis kelamin laki- laki, dan hanya sebesar 16,70 persen responden perempuan yang mempunyai kesempatan kerja diatas 4 jam/kegiatan, sebagaimana diperjelas dalam Tabel 5.25.

Tabel 5.25 Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kuta, Sebelum Pelaksanaan PNPM

Kesempatan Kerja sebelum PNPM Total

>=9 jam Jenis

<=3 jam

4- 8 jam

Laki-laki

orang

Kelamin

35.90 44.70 19.40 100.00 Perempuan orang

Sumber :Hasil Perhitungan Statistik(data diolah)

5.6.16 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Jenis Kelamin Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hubungan antara variabel total kesempatan kerja dengan jenis kelamin sesudah PNPM yaitu tampak pada Tabel 5.26.

Tabel 5.26 Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kuta, Sesudah Pelaksanaan PNPM

Kesempatan Kerja sesudah PNPM Total

>=9 jam Jenis Kelamin Laki-laki

Sumber : Hasil Perhitungan Statistik (data diolah)

Pada Tabel 5.26 dapat dijelaskan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan kerja diatas 4 jam/kegiatan, bahkan sebesar 41,70 persen responden perempuan mempunyai kesempatan kerja berkisar 5-8 jam/kegiatan/bulan dan sebesar 21,40 persen responden laki-laki mempunyai kesempatan kerja diatas 8 jam/kegiatan, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan memperoleh kesempatan kerja bagi responden laki-laki maupun perempuan..