5 process evaluation, yang menilai metode yang dipergunakan oleh
organisasi untuk melaksanakan program. b.
Evaluasi judical, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk kemungkinan pelanggaran
terhadap konstitusi, sistem hukum, etika, aturan administrasi negara, hingga hak asasi manusia.
c. Evaluasi politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituten politik
terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan. Sedangkan menurut Dane Wibawa, 1994 menyebutkan ada dua tipe
evaluasi kebijakan, yaitu : a.
Sumative evaluation, adalah penilaian dampak dari suatu program. Disebut juga dengan evaluasi dampak out come evaluation.
b. Formative evaluation, adalah penilaian terhadap proses dari program, disebut
pula evaluasi proses.
2. Sifat Evaluasi
Gambaran utama evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan tuntutan- tuntutan yang bersifat evaluatif. Menurut Dunn 2003:608-609, evaluasi
mempunyai sejumlah karakteristik yang membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan lainnya :
1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada penilaian
menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan program. Evaluasi terutama merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau
kegunaan sosial kebijakan atau program, dan buka sekedar usaha untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi
dan tidak terantisipasi. Karena ketepatan tujuan dan sasaran kebijakan dapat selalu dipertanyakan, evaluasi mecakup prosedur untuk mengevaluasi tujuan-
tujuan dan sasaran itu sendiri. 2.
Interdependensi fakta-nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik “fakta” maupun “nilai”. Untuk menyatakan bahwa kebijakan atau program tertentu
telah mencapai tingkat kinerja yang tertinggi atau rendah diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan berharga bagi sejumlah individu,
kelompok atau seluruh masyarakat untuk menyatakan demikian harus didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara aktual merupakan
konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk memecahkan masalah tertentu. Oleh karena itu, pemantauan merupakan prasyarat bagi evaluasi.
3. Orientasi masa kini dan masa lampau. Tuntutan evaluatif, berbeda dengan
tuntutan-tuntutan advokatif, diarah pada hasil sekarang dan masa lalu, ketimbangan hasil di masa depan. Evaluasi bersifat retrospektif dan setelah
aksi-aksi dilakukan ex post. Rekomendasi yang juga mencakup premis- premis nilai, bersifat prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi dilakukan ex
ante. 4.
Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan-tuntutan evaluasi mempunyai kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan
sekaligus cara. Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang ada misalnya kesehatan dapat dianggap sebagai intrinsik
diperlukan bagi dirinya ataupun ekstrinsik diperlukan karena hal itu mempengaruhi pencapaian tujuan-tujuan lain. Nilai-nilai sering ditata di
dalam suatu hirarki yang merefleksikan kepentingan relatif dan saling ketergantungan antar tujuan dan sasaran.
3. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Kebijakan