Sedangkan menurut Sudana 2011:22, ROA adalah kemampuan
perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio
Return On Asset adalah sebagai berikut:
Return On Assets
= Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan
dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh
keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan
tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh
terhadap harga saham perusahaan.
2.1.7.3 Risiko Sistematis Beta
Dalam investasi, ada sebagian risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi risiko tidak sistematis, oleh karena itu hanya risiko yang tidak bisa
hilang karena diversifikasilah yang menjadi relevan dalam perhitungan risiko, yaitu dapat dihitung dengan beta risiko sistematis.
Menurut Gitman 2009:250 adalah sebagai berikut: “Beta is a relative measure of nondisversifiable risk a index of the
degree an asset’s return in response to change in the market return. An asset’s historical return an used in finding the asset’s beta coefficient”.
Sedangkan menurut Jogiyanto 2013:405 : “Beta merupakan pengukur volatilitas
volatility return
suatu sekuritas atau portofolio terhadap
return
pasar ”.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham
dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut.
Adapun faktor-faktor yang diidentifikasikan yang mempengaruhi nilai beta
menurut Husnan 2009:112 adalah :
1. Cyclicality.
Faktor ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian. Kita tahu bahwa pada saat kondisi perekonomian
membaik, semua perusahaan akan merasakan dampak positifnya. Demikian pula pada saat resesi semua perusahaan akan terkena dampak negatifnya.
Yang membedakan adalah intensitasnya. Ada perusahaan yang segera membaik memburuk pada saat kondisi perekonomian membaik
memburuk, tetapi ada pula yang hanya sedikit terpengaruh. Perusahaan yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian merupakan
perusahaan yang mempunyai beta yang tinggi dan sebaliknya
2. Operating leverage
Menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsi ini semakin besar
operating leverage
-nya. Perusahaan yang mempunyai
operating leverage
yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi dan sebaliknya.
3. Financial leverage.
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai
finacial leverage
. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan, semakin besar
financial leverage
-nya. Kalau kita menaksir beta saham, maka kita menaksir beta
equity
. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko yang makin
besar. Karena itu semakin tinggi
financial leverage
, semakin tinggi beta
equity
. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kondisi keuangan perusahaan
dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya nilai beta. Rumus yang digunakan untuk
mencari beta menurut Jogiyanto 2013:375 adalah sebagai berikut :
Keterangan : βi
: koefisien untuk sekuritas σim : kovarian dari
return
σ2m : varian dari
return
indeks saham atau dapat diuraikan sebagai berikut :
∑ ̅ ̅
̅
Keterangan : Rit
– ̅it = Hasil pengembalian dari saham i dikurangi hasil yang diharapkan
dari saham i RMt
– ̅Mt = Hasil pengembalian pasar dikurangi dengan hasil pengembalian pasar yang diharapkan, dan n adalah jumlah hasil penelitian.
Selanjutnya Beta dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan : = beta sekuritas
�
= kovarians return antara sekuritas ke i dengan return pasar Beta sebagai alat ukur risiko sistematis berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian portofolio karena yang diharapkan atas setiap investasi tergantung atas besarnya beta yang mengukur varians
return
dalam hubungan dengan
return
pasar.
2.1.8 Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berhubungan dengan kejadian di luar perusahaan, biasanya yang berkaitan dengan keadaan social ekonomi suatu
negara. Menurut Alwi dalam Arbiyanto 2013:17, faktor eksternal yang
mempengaruhi harga saham, antara lain : a.
Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b.
Pengumuman hukum
legal announcement
, seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dann tuntutan perusahaan
terhadap manajernya. c.
Pengumuman industri sekuritas
securities announcement
, seperti laporan pertemuan tahunan,
insider trading
, volume atau harga saham perdagangan, pembatasanpenundaan
trading
. d.
Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa
efek suatu negara. e.
Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri. Dalam penelitian ini diambil tiga faktor eksternal yaitu inflasi, tingkat
suku bunga dan harga minyak dunia.
2.1.8.1 Inflasi