Jadwal Pelaksanaan Tinjauan Ulang

3.Jadwal Pelaksanaan Tinjauan Ulang

Jadwal pelaksanaan tinjauan ulang merupakan hal yang penting dan harus ditetapkan oleh perusahaan mengingat tinjauan ulang merupakan elemen penting didalam menentukan efektifitas suatu kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sekretaris P2K3 dan wakil sekretaris tentang jadwal pelaksanaan K3, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Pelaksanaan tinjauan ulang dilakukan setip 1 tahun sekali.” (informan II)

“Dilakukan secara rutin setiap 1 tahun sekali.” (Informan III)

Berdasarkan Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan melakukan tinjauan ulang secara berkala setiap 1 tahun sekali. jika terdapat program K3 atau kegiatan yang belum terlaksana maka akan dimasukkan Berdasarkan Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan melakukan tinjauan ulang secara berkala setiap 1 tahun sekali. jika terdapat program K3 atau kegiatan yang belum terlaksana maka akan dimasukkan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait penerapan SMK3 di PKS Kebun Rambutan terdapat 4 elemen dari 12 elemen yang belum terlaksana dengan baik, yaitu :

1. Rencana Strategi K3 (Elemen 2)

2. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 (Elemen 6)

3. Penanganan Secara Manual dan Mekanis (Elemen 9)

4. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan, Strategi Pelatihan (Elemen 12) Adapun dari keempat (4) elemen tersebut ditemukan ketidaksesuaian minor sebanyak 22 kriteria dari 166 kriteria yang ada sebagai berikut:

1. ISBPPR belum mengidentifikasi risiko/bahaya (potensi negatif yang terjadi kepada pekerja akibat dari potensi bahaya yang ada), penetapan baru dilakukan sampai dengan potensi bahaya yang ada seperti baru ditetapkan potensi terjepit lori dari aktifitas pengoperasian rebusan, tetapi terhadap potensi bahaya ditetapkan tersebut belum ditetapkan ri sikonya seperti „meninggal dunia‟. (2.1.1)

2. Seharusnya ISBPPR ditetapkan terhadap semua proses kerja yang terdapat pada sebuah aktifitas seperti belum ditetapkan ISBPPR untuk potensi bahaya bekerja dengan mengunakan mesin oven dari aktifitas pekerjaan di laboratorium. (2.1.1)

3. Untuk setiap tindak lanjut yang ditetapkan dalam ISBPR belum ditetapkan pula

terkait informasi program kerja K3 yang akan dilakukan. (2.1.3)

4. Belum ditetapkan beberapa panduan teknis untuk bekerja dengan aman dan sehat pada areal laboratorium seperti panduan teknis untuk mengunaan oven, atau aktifitas pada ruang asam yang terdapat di areal penampungan limbah dan lain- lain. (2.4.1)

5. Nilai risiko yang ada belum didasarkan satu potensi bahaya per aktifitas yang dilakukan, terhadap beberapa potensi bahaya yang ada hanya ditetapkan satu nilai risiko contoh pada potensi bahaya kebisingan & berdebu dari aktifitas pengoperasian kernel silo, terhadap 2 (dua) potensi bahaya tersebut hanya ditetapkan nilai risiko M (Medium), yang seharusnya terhadap 2 (dua) potensi bahaya tadi ditetapkan pula 2 (dua) nilai resiko. (6.1.1)

6. Nilai risiko yang ditetapkan terhadap hasil review tahun sebelumnya yang sudah dilakukan pengendalian masih sama tidak terjadi perubahan penurunan dari nilai risiko sebelum dilakukan pengendalian, selain itu terdapat nilai resiko yang meningkat setelah dilakukan pengendalian selama 1 (satu) tahun seperti nilai risiko dari terjepit lori & terjepit pintu rebusan pada kegiatan pengoperasian rebusan yang pada tahun 2014 bernilai L (low) pada tahun 2015 setelah dilakukan pengendalian bernilai M (medium), dimana seharusnya setelah 6. Nilai risiko yang ditetapkan terhadap hasil review tahun sebelumnya yang sudah dilakukan pengendalian masih sama tidak terjadi perubahan penurunan dari nilai risiko sebelum dilakukan pengendalian, selain itu terdapat nilai resiko yang meningkat setelah dilakukan pengendalian selama 1 (satu) tahun seperti nilai risiko dari terjepit lori & terjepit pintu rebusan pada kegiatan pengoperasian rebusan yang pada tahun 2014 bernilai L (low) pada tahun 2015 setelah dilakukan pengendalian bernilai M (medium), dimana seharusnya setelah

7. Masih ditemukan pengendalian risiko yang ditetapkan tidak didasarkan hirarki pengendalian yang ditetapkan di dalam prosedur seperti dilakukan pengendalian mengunakan APD sarung tangan, helmet & sepatu baru kemudian pengendalian kalibrasi alat ukur untuk potensi bahaya tersembur steam panas dari aktifitas pengoperasian perebusan, dimana seharusnya penetapan pengendalian adalah kalibrasi alat ukur baru APD sarung tangan, helmet & sepatu. (6.1.2)

8. Belum ditetapkan panduan penyimpanan berbentuk matrik potensi bahaya dari penempatan atau penyimpanan beberapa bahan kimia pada satu lokasi (form matrik penyimpanan bahan kimia ditetapkan berdasarkan identifikasi potensi bahaya yang terdapat di MSDS). (6.1.4)

9. Perusahaan seharusnya mempunyai panduan teknis tertulis untuk pelaksanaan mekanisme menidaaktifikan semua peralatan yang berpotensi membuat keadaan darurat lebih berbahaya ketika keadaan darurat terjadi, Contoh peralatan tersebut adalah boiler, perebusan, dan motor diesel. Panduan teknis harus berisikan mekanisme mematikan peralatan yang berbahaya dan jabatan pemberi otorisasi untuk mematikan peralatan tersebut. (6.1.4)

10. Pekerjaan pengelasan pada cerobong sterilizer terhadap 2 (dua) pekerjaan dengan potensi tinggi yang dikerjakan pihak eksternal tersebut hanya diterbitkan 1 (satu) ijin kerja khusus yaitu ijin kerja khusus untuk pengelasannya, sedangkan ijin kerja terkait ketinggiannya belum ditetapkan sehingga informasi terkait peralatan 10. Pekerjaan pengelasan pada cerobong sterilizer terhadap 2 (dua) pekerjaan dengan potensi tinggi yang dikerjakan pihak eksternal tersebut hanya diterbitkan 1 (satu) ijin kerja khusus yaitu ijin kerja khusus untuk pengelasannya, sedangkan ijin kerja terkait ketinggiannya belum ditetapkan sehingga informasi terkait peralatan

11. Masih ditemukan diareal kerja, tenaga kerja yang membutuhkan APD khusus sesuai dengan potensi bahaya yang ada, pekerja pihak ketiga seperti beberapa pekerja sortasi yang menurunkan TBS tidak mengunakan APD helmet dan baju kerja (bertelanjang dada) serta diareal loading CPO pengemudi truck yang turun dari truknya dan berada di areal loading CPO tersebut tidak mengunakan alas kaki yang dipersyaratkan, karena mereka hanya menggunakan sandal. (6.1.6)

12. Perusahaan belum melakukan identifikasi dan penandaan masa pakai pada catridge masker yang ada diseluruh areal sesuai manajemen APD pada Permenaker No. 08/MEN/2010. (6.1.6)

13. Untuk areal loading CPO terdapat areal loading CPO dengan mengunakan kereta api yang digunakan untuk loading CPO dengan mengunakan truck tangki, tepat didepan truck yang berhenti untuk loading terdapat saluran air yang dapat menimbulkan masalah K3 bila truck yang akan loading tidak tepat berhentinya, seharusnya terhadap kondisi tersebut ditetapkan pengendalian yang memadai, seperti pembuatan tanggul atau yang lainnya. (6.2.1)

14. Seharusnya terhadap lokasi pabrik diberi pembatasan izin masuk untuk semua pekerja baik pihak internal maupun ekternal dengan pemasangan rambu area 14. Seharusnya terhadap lokasi pabrik diberi pembatasan izin masuk untuk semua pekerja baik pihak internal maupun ekternal dengan pemasangan rambu area

15. Seharusnya pemasangan rambu yang terkait standar pengawasan pada areal-areal dengan potensi bahaya besar seperti areal mesin perebusan dan boiler juga ditetapkan & dipampang pada areal kerja yang ada (contoh pemasangan rambu yang terkait dengan pengawasan melekat pada peralatan tersebut. (6.4.3)

16. Seharusnya terhadap semua tombol emergency stop yang digunakan untuk menghentikan peralatan ketika keadaan darurat terjadi diberikan penandaan yang terlihat dengan jelas serta dilengkapi petunjuk untuk pelaksanaan emergency stop tersebut beserta petunjuk otorisasi pemberian perintah yang ada. (6.4.4)

17. Evaluasi simulasi yang sudah dilakukan belum dilakukan tahapan penilaiannya sesuaikan dengan skenario yang sudah ditetapkan didalam prosedur, serta terhadap evaluasi belum dilengkapi hasil evaluasi efektifitas terhadap kesiapan petugas (manusia), metode/cara, material/bahan, sarana dan prasarana serta lingkungan kerja belum dilakukan pula, walau evaluasi sudah dilengkapi dengan foto pelaksanaan simulasi & pelatihan tersebut, sehingga simulasi yang sudah dilakukan tidak dapat diketahui efektifitasnya. (6.7.2)

18. Seharusnya pada areal control room disediakan pula emergency lamp yang berfungsi sebagai penerangan untuk membantu semua pekerja yang berada 18. Seharusnya pada areal control room disediakan pula emergency lamp yang berfungsi sebagai penerangan untuk membantu semua pekerja yang berada

19. ISBPPR belum ditetapkan untuk potensi bahaya penyimpanan bahan kimia sesuai dengan potensi bahaya yang terkandung dari 2 (dua) bahan kimia yang berbeda tetapi disimpan berdekatan pada areal laboratorium. (9.1.2)

20. Perlu diperhatikan agar semua penjamah B3 yang terdapat diareal kerja perusahaan khususnya yang berada di areal laboratorium, seperti tenaga analist dan operator di penyimpanan limbah sudah mendapatkan pelatihan penjamah B3 dari personel atau lembaga yang berkompeten sesuai dengan Permenkes No. 258/1992. (9.3.5)

21. Pelatihan yang dilakukan oleh PKS Kebun Rambutan belum didasari pada analisa kebutuhan pelatihan K3 ( training need analysis) (12.1.1)

22. Pelatihan K3 yang diadakan belum sepenuhnya diikuti oleh seluruh tenaga kerja, pelatihan masih diberikan pada karyawan pimpinan saja ( 12.3.1)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24